Adrenalin mengalir deras dalam tubuh mereka saat pria bertopeng itu melangkah maju. Setiap langkahnya terdengar berat, penuh ancaman. Keempatnya bertahan, wajah-wajah mereka serius dan penuh tekad. Mereka tahu bahwa pertempuran ini bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi di balik seluruh kejadian aneh yang menimpa mereka.
“Jangan bergerak!” teriak pria bertopeng pertama, mengangkat tongkat besar di tangannya. “Sebelum kalian bisa keluar, kalian harus melewati ujian yang sudah disiapkan untuk kalian. Selesaikan ini, atau kalian akan terjebak selamanya.”
“Ujian?” tanya Taesan dengan sinis, melirik pria itu. “Kalian pikir kami akan takut dengan permainan konyol ini?”
Jiwon merapatkan posisi, matanya menilai situasi. “Kita harus berpikir cepat. Jika kita tidak melawan, mereka mungkin akan menangkap kita.”
Sunghoon menatap pria bertopeng itu dengan tajam. “Kami tidak akan melakukan apa yang kalian inginkan. Kami hanya ingin tahu alasan di balik semua ini.”
Namun, pria bertopeng itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan memberi penjelasan. Dia hanya tersenyum samar, lalu memberi isyarat pada dua orang lainnya untuk maju.
Dalam sekejap, perkelahian dimulai. Taesan bergerak cepat, meluncurkan tubuhnya ke arah salah satu pria bertopeng yang lebih dekat dengannya. Dengan gerakan terlatih, ia menghindari pukulan pertama yang datang, lalu membalas dengan tendangan ke arah dada lawannya. Lawannya terhuyung, namun segera bangkit dan melancarkan serangan balasan.
Sementara itu, Sunghoon berlari menuju pria bertopeng pertama, berusaha mengalihkan perhatian mereka. Ia tahu bahwa jika mereka bisa mengalahkan satu dari mereka, peluang untuk keluar akan semakin besar. Tetapi pria bertopeng pertama dengan sigap menghindar, menghentakkan tongkatnya ke arah Sunghoon. Dengan gerakan cepat, Sunghoon menangkis serangan itu, namun tubuhnya sedikit tersentak mundur.
“CUKUP!” teriak pria bertopeng pertama, tiba-tiba menghentikan pertempuran. Semua berhenti sejenak, wajah mereka penuh kebingungan.
Pria bertopeng itu meletakkan tongkatnya ke tanah, tatapannya tajam. “Kalian benar-benar tidak tahu apa yang kalian hadapi.”
Wonyoung, yang selama ini terdiam, maju sedikit dan menatapnya. “Kami tidak peduli dengan permainan ini. Apa yang kalian inginkan? Siapa yang mengendalikan semua ini?”
Pria itu menatap Wonyoung dengan ekspresi kosong, seolah menimbang-nimbang apakah akan memberikan penjelasan. Kemudian, dengan suara rendah dan misterius, ia berkata, “Kalian semua terpilih karena darah kalian. Kalian adalah bagian dari kelompok yang lebih besar, yang telah ada sejak bertahun-tahun yang lalu. Tapi kalian tidak tahu itu, kan?”
“Darah kami?” tanya Jiwon, bingung. “Apa maksudmu?”
Pria bertopeng itu tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia memutar tubuhnya, memberi isyarat kepada rekan-rekannya untuk mundur sedikit. “Kalian akan tahu kebenarannya, tetapi bukan sekarang. Satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan mengikuti ujian ini.”
“Apa ujian itu?” tanya Wonyoung, semakin bingung.
Pria bertopeng itu tersenyum tipis. “Ujian ini adalah untuk menguji sejauh mana kalian bisa bertahan. Jika kalian berhasil melewatinya, kalian akan tahu segalanya. Tapi jika kalian gagal...” Dia menatap mereka semua satu per satu. “Kalian akan menjadi bagian dari permainan ini selamanya.”
Taesan menggertakkan giginya. “Jadi, kami tidak punya pilihan selain ikut?”
Pria bertopeng itu mengangguk perlahan. “Benar. Kalian terperangkap dalam takdir ini. Kalian tidak bisa lari dari sini.”
Setelah mengatakan itu, pria bertopeng pertama melangkah mundur, memberi ruang kepada rekan-rekannya. “Kalian harus pergi ke ruang bawah tanah. Di sana, ujian pertama akan dimulai.”
Keempatnya saling berpandangan. Tanpa pilihan lain, mereka menyetujui untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju ruang bawah tanah sekolah, tempat yang Jiwon kenali dari peta.
---
Ruang bawah tanah itu gelap dan dingin, dengan bau lembap yang menguar di udara. Mereka menyusuri lorong sempit yang terasa seperti labirin, sesekali mendengar suara aneh di sekitar mereka, seperti bisikan yang datang entah dari mana. Mereka tidak tahu apa yang menunggu di depan, tetapi satu hal yang jelas: mereka harus bertahan hidup.
“Apa yang kita hadapi sekarang?” tanya Wonyoung, suaranya bergetar.
Jiwon yang memimpin, menatap sekeliling dengan hati-hati. “Kita harus tetap tenang. Ini seperti puzzle. Setiap langkah kita akan membawa kita lebih dekat ke jawaban.”
“Tapi, apa yang kita harus temukan?” tanya Taesan, matanya menyapu ruangan yang semakin sempit. “Kita tidak punya banyak waktu.”
Sunghoon mengeluarkan ponselnya, memeriksa jika ada sinyal, namun tak ada. “Terlalu gelap. Kita tidak bisa hanya mengandalkan insting.”
Wonyoung tiba-tiba berhenti, matanya menatap sebuah pintu kecil di ujung lorong. “Itu... seperti pintu yang tersembunyi.”
Tanpa berkata apa-apa, mereka semua berjalan menuju pintu itu, jantung mereka berdegup kencang. Mereka tahu, di balik pintu itu, ujian pertama mereka akan dimulai. Tak ada jalan mundur lagi.
Mereka harus menemukan jawaban atas misteri yang mengikat hidup mereka—sebelum semuanya terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Veil of Secrets
Misteri / ThrillerKetika empat siswa SMA Hanlim-Taesan, Wonyoung, Sunghoon, dan Jiwon-terjebak dalam rangkaian teka-teki misterius yang mengungkap sisi gelap sekolah mereka. Saat dua siswa baru, Jeno dan Karina, bergabung, ketegangan meningkat dan rahasia demi rahasi...