Wonbin sama sekali tidak sanggup menatap wajah papanya, apalagi mengajaknya mengobrol. Meskipun Wonbin tidak mengungkapkan kekesalannya, ia cenderung menghindar, tersenyum kecil, dan berbicara seadanya saja. Ia tidak pernah lagi menerima ajakan papanya untuk olahraga bersama.
Hyunbin menyadari perubahan signifikan pada anak lelakinya itu terhadapnya. Malam itu, di taman belakang rumah, ia menghampiri Wonbin yang sedang duduk melamun sambil memeluk kedua kakinya. Dengan perlahan, pria itu mencoba duduk di sisi anaknya.
"Kamu belum tidur? Sudah lewat tengah malam," tanya Hyunbin.
"Belum ngantuk. Papa duluan aja," jawab Wonbin tanpa menatap papanya.
"Ada yang kamu mau tanyakan ke papa?"
Sebesar apapun usaha Wonbin untuk menyembunyikan perasaannya, papanya selalu berhasil mengetahui isi hatinya. Melihat reaksi anak tunggalnya itu, Hyunbin menyandarkan tubuhnya di kursi taman sambil mendongak menatap langit, membuka kisah lamanya.
"Dulu papa dan Yejin, kami berdua pacaran. Sama seperti kamu dan Karin."
Wonbin tertegun. Ia seketika menengokkan kepalanya ke arah papanya. Jantung Wonbin perlahan berdebar mendengar papanya yang mengungkit masa lalu. Bagaimana papanya bisa sangat paham apa yang sedang ada dalam pikirannya? Di sisi lain, ia tidak ingin melukai perasaan papanya. Entah mengapa, Wonbin seketika dipenuhi perasaan bersalah.
"Jadi, papa saat itu sedang melakukan kerja sama bisnis dengan perusahaan nenekmu. Yejin kebetulan sedang bekerja di sana dan kami berdua bertemu. Tapi sayangnya, hubungan kami berakhir. Papa baru tahu kalau mamamu, yang juga bekerja di sana, sangat menyukai papa dan ingin menikahi papa. Pada saat itu, perusahaan papa sedang mengembangkan sebuah mega proyek. Nenekmu berencana akan berinvestasi dalam jumlah besar ke perusahaan papa. Oleh karena itu, papa membuat keputusan yang sampai saat ini terus membuat papa diselubungi rasa bersalah."
Hati Wonbin teriris melihat mata papanya yang mulai berair sambil terus menatap langit. Namun, ia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.
"Sejak menikah dengan mamamu, kami berdua putus kontak. Papa sama sekali tidak pernah mengungkit Yejin di depan mamamu. Akan tetapi, sedalam apapun papa menyembunyikan perasaan papa, entah bagaimana caranya, mamamu menyadarinya... bahwa papa masih mencintai Yejin. Sampai ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Tidak heran jika nenekmu masih membenci papa sampai sekarang. Papa adalah orang jahat yang sudah menghancurkan hati orang-orang yang benar-benar tulus mencintai papa..."
Untuk pertama kalinya, Wonbin melihat papanya menitikkan air mata. Untuk pertama kalinya, ia melihat papanya berada di titik terendahnya dan begitu lapang mengutarakan masa lalunya kepadanya. Masa lalu yang mungkin tidak ingin diungkitnya. Wonbin turut meneteskan air matanya satu per satu. Dadanya sesak karena menahan tangis hingga lehernya sakit seperti tercekik. Wonbin mendekap erat tubuh papanya, membenamkan wajahnya di dada papanya.
"Maafin aku, Pa! Udah ngga usah dilanjutin lagi ceritanya! Papa udah menderita bertahun-tahun."
Hyunbin membelai lembut kepala anaknya. "Kamu harus jaga Karin baik-baik. Papa tidak ingin anak papa mengalami nasib seperti papa."
"Tapi gimana dengan papa? Papa masih cinta kan sama bundanya Karin?" tanya Wonbin hati-hati.
Hyunbin tidak langsung menjawab. "Itu semua sudah jadi bagian dari masa lalu. Tidak ada yang perlu kamu cemaskan."
Wonbin merasakan kehangatan terpancar dari tatapan papanya. Namun, melihat pancaran mata itu, Wonbin tahu bahwa papanya berbohong demi dirinya. Demi kebaikannya. Papanya masih mencintai wanita itu.
***
"Serius Bin?"
Sore itu sepulang sekolah, semua murid sudah meninggalkan ruang kelas, kecuali Wonbin dan Karin. Karin tertunduk dan terdiam, begitu syok mendengar cerita Wonbin mengenai orang tua mereka. Ia merinding. Wonbin hanya duduk termenung di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love of Two Generations || Wonbin x Karina
عاطفيةWonbin kini resmi berpacaran dengan Karin, gadis yang ia anggap sebagai penyelamat hidupnya. Namun, siapa sangka orang tua mereka justru menyimpan rahasia yang dapat berpengaruh ke hubungan mereka berdua.