Malam itu mataku menatap tajam dalam gelap. Tak ada yang dapat kulihat. Mataku tidak terbiasa melihat dalam gelap. Tapi apa mau dikata aliran listrik mati. Dan suara petir masih sesekali terdengar setelah hujan jatuh dari langit.
Jantungku masih berpacu dengan cepat. Kini aku tau siapa sosok yang sudah tiga hari ini menerorku saat tengah malam. Sekarangpun saat tengah malam aku terbangun kembali. Tapi bukan karena udara panas yang menyerang sumsum tulangku. Malam ini aku menyaksikan kemenanganku, seringai seram muncul dari bayangan Nyi Rohimah. Dukun sakti yang kutemui berkat ide dari sahabatku Ratih.
Cerita bermula dari Dion cowok terkenal di kampus yang mendekatiku. Aku ragu awalnya , setahuku status Dion masih pacar Ani. Ah, peduli apa aku dengan Ani. Lagipula ini bukan salahku, salah Dion pacarnya yang selalu tebar pesona pada diriku juga pada cewek-cewek lugu dikampus ini. Dion memang playboy kampus. Aku tak peduli dengan niat Dion yang sebenarnya mendekatiku. Pokoknya, sekarang aku senang bukan kepalang. Cewek mana yang tidak senang jika ia di dekati cowok ganteng macam Dion, mungkin hanya gadis bodoh dan buta saja yang tidak bisa melihat ketampanan Dion.
Ani diam-diam sudah mengetahui tentangku. Tiba-tiba Ani datang menemuiku dan ia mendampratku habis-habisan di tengah orang banyak yang sedang lalu lalang.
"Jangan pernah dekati Dion ! Mengerti kamu !! ancam Ani sambil menatapku tajam.
Orang banyak itu membentuk kerumunan menonton diriku yang tengah di permalukan oleh Ani. Bisik-bisik mulai terdengar. Tentu saja, aku sudah menerka siapa orang yang sedang jadi trending topic saat ini, sudah pasti aku. Hatiku sakit. Sangat sakit.
Ani pun ternyata tidak membiarkan diriku lepas begitu saja. Diam-diam, ia sudah menemui dukun terkenal untuk membalaskan amarahnya yang meluap-luap.
Saat tengah malam, tubuhku terasa seperti terbakar, nyaris terbakar. Pendinginnya di kamarku seakan tak berfungsi sama sekali, meski sudah ku setel volumenya pada yang paling dingin. Tetap tak berfungsi sama sekali. Aku tak tahu apa yang terjadi pada tubuhku. Apakah pendingin ruanganku rusak? Entahlah. Aku bahkan tak tahu kalau ini perbuatan Ani.
Suatu hari, aku menceritakan apa yang terjadi pada tubuhku setiap tengah malam pada sahabatku Ratih.
"Kalau saranku sih, sebaiknya kau menemui Nyi Rohimah dukun sakti yang terkenal di kota sebelah. Menurutku ada yang nggak beres dengan panas pada tubuhmu."kata Ratih dengan gayanya yang sudah seperti peramal saja.
"Apa ? Dukun ? Kau nggak sakit kan, Rat ? Aku nggak mau !!"tolakku dengan tegas.
"Terserah kau saja, itu keputusanmu !! Kalau kau mau terus merasakan tubuhmu panas setiap malam ya, silahkan. Kalau tidak sebaiknya kau ikuti saranku untuk menemui Nyi Rohimah. Pikirkan itu !!"kata Ratih dengan tegas. Ia melipat tangannya di atas pinggang.
Atas saran Ratih, aku akhirnya setuju untuk menemui Nyi Rohimah. Tempat tinggal Nyi Rohimah sangat jauh dan berada di tempat terpencil. Mungkin karena beliau seorang dukun dan pasti warga sekitar menganggapnya orang yang aneh. Sudah bukan hal yang aneh lagi bagiku jika seorang dukun di anggap aneh. Apalagi kalau wajahnya yang menyeramkan plus bau kemenyan lengkap deh. Aku jadi menyesali keputusanku, seharusnya tidak usah kusetujui sarannya Ratih yang menurutku gila ini.
Tok !! Tok !! Ku ketuk pintu rumah Nyi Rohimah dengan rasa takut yang tak bisa kukatakan. Sialnya ! Ratih yang katanya sahabatku itu cuma bisa menyarankan saja. Saat kuminta untuk menemaniku menemui Nyi Rohimah, ia dengan seribu alasannya berusaha menolak dengan halus.
Aku dengan sangat terpaksa bersiap-siap untuk mengetuk pintu itu kembali. Aku juga dengan terpaksa saat ini berada di depan rumah Nyi Rohimah hanya untuk mencari tahu tentang keanehan tersebut. Baru saja aku ingin mengetuk pintu kembali. Namun pintu itu sudah terbuka lebar lebih dulu.
Aku dengan takut berusaha melangkahkan kakiku yang tak juga mau bergerak masuk.
"Masuklah, cu. Jangan takut !"sahut sebuah suara berat yang sepertinya adalah Nyi Rohimah seolah mengerti ketakutan yang ku rasakan.
Masih dengan langkah hati-hati di tambah jantungku yang tak kunjung berhenti berdebar. Aku tengok kanan kiri sudah seperti pencuri yang takut ketahuan saja.
"Cari siapa, cu? Kok dari tadi tengok-tengok aja?"tegur Nyi Rohimah, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja Nyi Rohimah sudah ada di depanku.
Aku yang terkejut, langsung mundur beberapa langkah ke belakang. Astaga ! Wajah Nyi Rohimah ternyata sangat menyeramkan. Aku sampai bergidik ngeri.
Dengan mengerahkan segenap keberanianku dan bicaraku yang tiba-tiba saja jadi gagap.
"S..saya m..mau .."kata-kataku terputus, karena di potong begitu saja oleh Nyi Rohimah. Dasar nenek-nenek tidak tahu sopan santun ! makiku dalam hati.
"Cu, jangan kurang ajar ya pada orang tua ya!"kata Nyi Rohimah.
Upps ! Dia tahu. Wajahku langsung merona merah. Untung saja, cahaya lampu redup jadi tidak kelihatan wajahku yang memerah seperti kepiting rebus. Sambil berusaha mengatasi rasa maluku, aku kembali berusaha menceritakan maksud kedatanganku yang sebenarnya pada Nyi Rohimah.
"A..anu Nyi...s...saya...d...datang kesini.."kataku dengan terbata-bata.
"Saya sudah tau, cu. Cucu mengalami panas pada tubuh cucu kan ? Dan itu terjadi setiap tengah malam kan?"terka Nyi Rohimah dengan tepat. Aku hanya mengangguk."Itu adalah pekerjaan teman cucu. Siapa itu namanya A...Ana ?"kata Nyi Rohimah sambil berusaha mengingat nama sosok dibalik semua ini. Mungkin sudah faktor usia karena dilihat dari usia Nyi Rohimah sudah sangat tua.
"Ya, itu dia Ani. Dia diam-diam menemui Ki Wongso dukun sakti yang memang sudah menjadi musuh bebuyutan ku selama bertahun-tahun. "
Aku hanya mengangguk-angguk. Sekarang aku mengetahui siapa dibalik panasnya tubuhku selama 3 hari ini? Ani, ya Ani. Ia menyimpan dendam padaku karena aku telah merebut Dion darinya.
Setahuku, aku tidak pernah merebut Dion darinya.
Setahuku, aku tidak pernah merebut Dion darinya. Tapi, cowok playboy itu yang mendekatiku terlebih dulu. Tidak tahukah Ani kalau cowok yang di belanya mati-matian itu tidak jauh dari seorang cowok hidung belang yang tidak boleh melihat cewek cantik sedikitpun. Apa semua cowok seperti itu? Mata keranjang.
"Kasihan Ani,"desisku pelan. Aku pun melangkah pulang setelah meminta bantuan Nyi Rohimah.
Ani yang menyimpan dendam padaku rupanya mendatangi Ki Wongso dukun besar yang terkenal juga. Namun, Nyi Rohimah ternyata lebih hebat dalam hal ilmu gelap.
Di sinilah aku sekarang, di balkon rumahku menikmati kemenanganku dengan wajah Nyi Rohimah penuh senyum kemenangan tapi menurutku lebih seperti seringaian seram.