Malam ini baru hari Rabu, tapi rasa penat dan sepi sudah menggelayut memenuhi perasaanku. Aku merasa ingin teriak, ingin menghabisi nyawaku.
Aku seperti biasanya sendirian di rumah malam ini, mencoba membunuh waktu dengan menulis. Ribuan lembar cerita sudah berhasil kutulis. Jam di dindingku berdentang 12 kali, tepat tengah malam. Aku sudah hafal betul tanda itu. Namun, mataku masih juga enggan terpejam. Bunyi-bunyian suara binatang malam menemani malam-malamku.
Selarik angin mengenai tengkukku. Dingin, bulu kudukku meremang. Tidak seperti biasanya malam ini aku merinding ngeri.
Malam yang aneh ! batinku. Atas dasar iseng dan rasa penat yang menyerang tubuhku, aku melihat-lihat Facebook sambil berharap ada manusia-manusia kelelawar yang menjadikan siang sebagai malam, dan malam menjadi siang dan yang tidak tidur seperti diriku. Entah dengan alasan apa, aku pun tak peduli. Tiba-tiba ada seseorang yang tak kukenal telah memasukkan namaku ke sebuah grup yang bahkan tak jelas grup apakah itu? Begitu juga dengan asal-usul mengapa grup itu di buat ? Apa zaman sekarang banyak orang yang kurang kerjaan ya ?
Aku sangat kesal dengan hal ini, entah sudah untuk yang ke berapa kalinya aku berkicau di dunia maya hanya untuk menyatakan ketidaksukaanku tentang grup-grup yang tidak jelas dan bahkan mengertipun aku tidak.
Aku yang di dera rasa penasaran akhirnya membuka grup itu. Keingintahuan aku untuk mengetahui grup apa itu sebenarnya telah menyeret diriku sendiri masuk dalam bahaya. Aku menganga lebar saat melihat foto profil grup itu seperti gambar para pemuja setan.
"Ah, ini kan cuma foto bisa diambil dari mana saja. Berhenti berpikir negatif, Karin !"gumamku pelan.
Setelah beberapa lama kuamati, ternyata grup yang satu ini berbeda dari puluhan grup yang amat sangat membosankan . Grup yang satu ini para anggotanya sangat aktif dan excited. Mau tidak mau aku ikut tertular rasa excited mereka. Dan aku di buatnya semakin penasaran.
Tuh kan, apa kubilang grup ini beda kan, batinku.
"Hi, salam kenal aku Karin Octaviana."kataku dengan hati senang.
"Hi, Karin. Welcome in group ! Aku Intan."
"Aku Meta,"dan puluhan nama lainnya yang tidak dapat ku ingat satu-persatu. Karin tidak sadar kalo dirinya telah masuk dalam perangkap sebuah grup penyembah iblis itu.
Sebelum malam habis dan pagi menjelma, Karin sudah tak ingat apa-apa lagi. Ia sangat lelah dan Karin jatuh tertidur dalam gelap. Karin memang terbiasa lelap dalam gelap. Ia tak pernah bisa tidur dalam keadaan terang benderang.
Di dalam kamar yang gelap sekalipun terkadang penyakit insomnia yang di derita Karin kambuh. Matanya enggan terpejam dan ia akan terjaga hingga pagi menjelang. Entah sudah berapa butir obat tidur dosis tinggi yang ia telan tiap malam hanya untuk membuat matanya terpejam selama lima-enam menit untuk membuang kepenatan setelah seharian beraktivitas. Ya, hanya untuk mengusir rasa lelah saja. Tidak lebih. Tapi, ternyata keinginannya tidak tercapai. Jadilah ia, seperti malam ini ketika penat, sepi juga bosan menyerang dirinya dan seolah bersorak penuh kemenangan. Menertawakan diriku yang bodoh.
Suara ayam berkokok sekaligus suara orang yang mengumandangkan adzan atau tepatnya mengingatkan orang untuk bangun dan pergi sembahyang.
Karin yang baru satu jam terlelap sontak bersungut-sungut.
Tok !! Tok !! Terdengar suara ketukan di pintu kamar Karin dan pastinya suara ibu berteriak pun seakan tak mau kalah. Mungkin ingin membandingkan siapa yang paling keras, suara ketukan pintu atau suara cempreng ibu yang selalu sukses membuatku segera tutup telinga jika tidak mau tuli.
"Karin, Kariiinnn buka pintunya !! Bangun sudah siang !! Apa kamu tidak mau sekolah ? Kaariiinn..."
"Aduh, berisik amat sih ! Mama nggak tau apa kalo aku baru saja tidur. Huh !!"Karin sangat kesal, kalau ia terbangun sudah bisa di pastikan ia tidak akan bisa tidur kembali. Dengan langkah sempoyongan ia berjalan menuju pintu kamarnya. Seketika tampak wajah mama dengan mata melotot masih berdiri di luar pintu kamarnya.
"Astaga Karin, lihat ini sudah jam berapa ? Kamu masih belum mandi. Apa kamu tidak berangkat sekolah hari ini ?"mama terus saja bertanya seperti kereta saja. Panjang juga banyak sekali. Membuat Karin bingung mana yang harus dijawab terlebih dahulu. Alhasil, dia hanya menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal sambil menggeleng pelan.
Karin memang berbeda dengan Reni saudaranya, tidur bagi Reni adalah hal termudah. Kadang aku iri dengannya, ketika matanya terbuka, ia tak akan pernah bisa tidur lagi. Karin berusaha mengingat-ingat hal terakhir apa yang dilakukan sebelum ia terlelap tadi malam. Karin kembali teringat, ia pun membuka aplikasi Facebooknya melalui smartphonenya. Ternyata teman-teman barunya sepakat untuk bertemu, pada sebuah acara rutin bulanan mereka.
Aku tertarik, tanpa sadar aku sedang terseret kedalam lubang yang sangat dalam. Lubang yang mematikan. Saat untuk bertemu dengan teman-teman baruku itu akhirnya tiba. Bertempat di sebuah rumah megah layaknya sebuah istana. Hampir kebanyakan perempuan dan anehnya mereka semua berjubah dengan kepala yang ditutup oleh jubah mereka. Aku mengernyit heran. Perasaanku tiba-tiba tidak enak, jantungku berpacu dengan cepat. Kurasa aku telah melakukan sebuah kesalahan.
Aku mencoba untuk kabur, tapi terlambat. Ada beberapa laki-laki berjubah dan berbadan tegap layaknya seorang bodyguard telah menjaga pintu keluar. Mereka menyeringai seram. Aku bergidik ngeri. Matilah aku, batinku. Keringat dingin berpacu dengan degup jantungku.
Tubuhku di angkat oleh beberapa pria itu dan aku diletakkan di atas meja batu berbentuk persegi panjang. Kedua tangan dan kakiku diikat. Aku sama sekali tak bisa bergerak. Aku hanya bisa pasrah. Tiba-tiba, ada seorang pria yang tampaknya berperan sebagai algojo maju mendekatiku dengan membawa sebilah golok hendak memotongku. Lalu, semua menjadi gelap. Aku tak ingat apa-apa lagi.