Handphone Pembawa Petaka

1.1K 20 0
                                    

Siang itu, aku sedang berada dalam toilet sebuah rumah sakit pemerintah. Ketika nada sebuah lagu mengalun lembut dari sebuah ponsel yang tidak tahu di mana pemiliknya berada, sepertinya tertinggal. Entahlah, mungkin pemiliknya lupa.
"Lumayan,"gumamku pelan.
Ponsel keluaran terbaru. Tanpa pikir panjang, aku segera mengambilnya lalu memasukkannya ke dalam tasku sesudah aku mematikannya.
Tentu saja, aku tak mau mengambil resiko jika saja si empunya ponsel tersebut tiba-tiba menelpon ke ponselnya ini menggunakan ponsel lain. Aku keluar dari toilet dengan bersikap biasa saja. Padahal, aku rasanya ingin bersorak dan meloncat tinggi setelah mendapatkan surprise berupa ponsel keluaran tersebut. Bagaimana tidak memimpikannya saja tidak ? Aku tak berani karena aku tak punya uang. Sampai di ruang tunggu di sana sudah duduk manis, Helen sahabatku.
Haruskah, aku memberitahunya tentang ponsel ini ? Ah, tapi setelah kupertimbangkan lebih baik tidak. Akan berat rasanya jika Helen menyuruhku untuk mengembalikan ponsel ini pada si empunya. Akhirnya, aku diam saja dan memilih menyimpan perihal ponsel ini diam-diam. Aku kembali duduk manis sambil menunggu antrian dokter.
Antri dokter memang hal yang sangat membosankan. Aku hanya mengutak-utik smartphoneku sambil sesekali memasang telinga kalau-kalau namaku di panggil. Sudah pukul 11:30, tapi namaku belum juga di panggil. Dan itu juga berarti sudah hampir 2 jam aku menunggu di rumah sakit ini. Rasanya sudah hampir lumutan aku menunggu akhirnya dengan kesal aku meninggalkan rumah sakit dan juga Helen yang masih memanggil-manggil namaku.
"Eh, Dah. Indah, indah kamu mau kemana ?"teriak Helen dengan suaranya yang super kenceng itu persis toa.
Mengundang beberapa pasang mata menatapku dengan aneh. Aku hanya cuek aja. Lebih baik aku menghabiskan sisa hariku dengan tidur daripada menunggu dokter yang tak jelas kapan akan datang dan kapan namaku akan di panggil.
Aku tiba di rumah tadi jam 1 dan sekarang jam yang tergantung di dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 5 sore berarti sudah 4 jam aku tertidur pantas saja cacing di perutku sudah berdemo menuntut untuk diisi. Tapi, seluruh tubuhku gatal rasanya karena aku belum sempat mandi sore tepatnya. Namun, kedua kakiku ternyata melangkah menuju meja makan. Karena urusan perut memang tidak bisa di tunda.
Tak ada makanan, hanya ada mie instant. Sebenarnya, aku bosan dengan mie instant tapi daripada kelaparan dengan sangat terpaksa. Akupun makan dengan lahapnya. Setelah itu aku memilih untuk mandi terlebih dahulu. Lalu, aku berniat melanjutkan tidurku karena terakhir kali kulirik jam dinding baru menunjukkan pukul 9 malam, masih jauh dari pagi.
Tapi, sialnya mataku enggan terpejam. Sepertinya malam ini aku harus ikutan meronda, namun di rumah kontrakan sendiri. Beginilah nasib kalau harus tinggal sendiri, di kota besar pula. Ayah dan ibuku di kampung desa Karang Asih tepatnya.
Lolongan suara anjing berbunyi katanya kalo lolongan anjing berbunyi ada setan yang sedang memilih rumah yang akan dimasuki. Hiy ! Tanpa sadar aku bergidik ngeri, jarum jam terus berputar dan berdentang 12 kali.
Sudah jam 12 ...kringg !! Telepon rumahku berbunyi nyaring memecah kesunyian malam. Aku terlonjak kaget.
"Haduh, bikin kaget saja ! Siapa sih yang telepon malam-malam begini ?"gumamku pelan.
Aku berjalan menuju di mana telpon berada. Kuraih gagang telpon .
"Halo,"kataku pelan.
"Iya, halo. Maaf ini siapa, ya ?"kataku lagi.
"Ini bapak, Indah. Ibumu meninggal dunia mendadak. Bapak tidak tau sebabnya."kata bapak di seberang sana. Bapak menangis. Bapak pasti sangat sedih ia kehilangan orang yang di sayanginya.
Akupun segera memesan tiket untuk keberangkatan esok pagi. Aneh ! pikirku dalam hati. Kenapa tiba-tiba ibu meninggal dunia ? Padahal ibu nggak sakit apapun. Aku tidak mendengar kabar kalo ibu sakit berat. Pikirku sekali lagi. Semua terjadi sejak ia menemukan ponsel itu.
Apa ponsel itu yang menyebabkan petaka ini terjadi ? Iya, pasti ponsel itu penyebabnya. Sebaiknya, aku buang saja ponsel pembawa sial ini.
Dengan kesal, aku menghancurkan ponsel itu. Aku terlalu baik ? Mungkin, aku hanya tak ingin ada orang yang mengalami petaka sepertiku juga.

Kumpulan Cerita HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang