Arwah Pengintai

1.3K 16 0
                                    

"Ilmumu, sudah hampir melebihiku, pulanglah !"kata guruku sore itu.
Akupun mengangguk setuju pada kata-kata guruku barisan. Aku harus cepat, sebentar lagi malam menjelma. Kalau gelap akan tambah sulit hanya untuk menyusuri jalanan gunung yang memang berliku-liku dan terjal.
Area gunung Kandul memang di penuhi tumbuh-tumbuhan juga sejak belukar yang lebat. Sayang, sekarang pepohonan di gunung tersebut sudah botak akibat tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab telah melakukan penebangan liar. Padahal pemerintah sudah melarang mereka.
Aku tidak menyadari saat kuturun gunung ada juga sosok tak kasat mata yang juga ikut turun gunung bersamaku. Sosok yang akan membuat hidupku berubah 180 derajat dari sekarang. Aku tidak menyadarinya saat itu.
Aku terus berjalan agar bisa segera tiba di desa Kejaten esok pagi. Kalau aku tak salah hitung perjalanan dari gunung Kandul hingga tiba di desa Kejaten butuh waktu sehari semalam itu pun jika tak ada aral melintang. Malam semakin pekat. Aku tak tahu sekarang sudah pukul berapa, karena aku tak punya jam tangan. Suara bising bunyi lolongan binatang malam bersahut-sahutan. Menimbulkan kengerian tersendiri. Namun, aku sudah terbiasa dengan itu semua.
Aku terus berjalan menyusuri jalan gunung yang berliku. Aku hampir sampai di desa Kejaten, pagi sebentar lagi tiba.
"Fiuhh...akhirnya tiba juga aku di rumahku. Kali ini, tak ada orang yang berani meremehkanku karena ilmuku kini sudah tinggi. Akan kubuat menjadi mayat, orang yang berani meremehkanku dan tercabik-cabik mayatnya oleh binatang buas."
Belum sehari aku tiba di rumahku, aku sudah merasa tak nyaman. Aku merasa seperti ada sosok tak kasat mata di rumahku. Entah siapa ? Aku tak tahu, yang terpenting sosok itu sudah mengusik hidupku dan merubah hidupku menjadi tak nyaman.
Suatu kali aku melihat sosok itu, bayangan hitam berbentuk orang tampak sedang mengawasiku. Aku mengerutkan kening, tanda bahwa aku sedang berpikir serius. Rasanya aku mengenal sosok tersebut. Tapi, siapa ?
"Siapa ya, sosok itu ? Rasanya aku pernah melihatnya, tapi di mana ya ?"gumamku pelan.
Ah, ya. Aku ingat sekarang di gunung Kandul tempatku menuntut ilmu dengan guruku Ki Samad. Baru satu hari kembali ke rumah, saat itu juga aku memutuskan kembali ke gunung Kandul untuk meminta jawaban dari guruku tentang sosok tak kasat mata tersebut.
Matahari sudah menyinari bumi dengan cahayanya yang sangat menyengat. Angin masih sesekali bertiup menyapu wajahku. Entah apa alasannya memata-mataiku ? Apakah beliau tidak percaya padaku ? Atau ada maksud lain ? Yang pasti sosok itu telah membuat hidupku tidak nyaman. Aku kehilangan apa yang di sebut orang zaman modern sebagai privacy. Ya, privacyku sebagai murid Ki Samad.
Aku segera kembali ke gunung Kandul untuk menemui guruku. Aku berjalan lebih cepat seolah tiada lelah yang menggelayut di tubuhku. Sebenarnya, kakiku sudah terasa letih. Namun aku berusaha mengacuhkannya. Aku tak mau menjadi manja yang sedikit-sedikit mengeluh karena letih, lemas atau bahkan sakit. Tidak. Aku tak mau seperti itu.
Pagi mulai berganti siang, keringat mulai membasahi tubuhku. Mengucur dari sela pori-poriku, baju yang kupakai sudah basah penuh dengan keringatku. Angin masih sesekali meniup. Menyapu tubuhku meninggalkan setitik rasa sejuk pada wajahku. Siang pun mulai berganti sore, sore mulai menjelma menjadi malam.
Di saat malam semakin pekat, aku baru tiba di gunung Kandul.
"Guru, guru, guruu...."teriakku tak sabar. Ingin segera meminta penjelasan pada beliau. Setelah beberapa menit mencari dan berteriak memanggil namanya. Akhirnya, kutemukan juga beliau tengah bersemedi di dalam gua yang memang merupakan tempat tinggalnya.
Ki Samad dulu adalah penduduk desa Kejaten namun karena di anggap sebagai orang yang aneh dan ia juga disebut dukun santet oleh warga desa. Maka ia di asingkan oleh penduduk desa Kejaten.
"Ada apa kau mencariku ? Bukankah kau sudah ku suruh pulang ?"tanya Ki Samad merasa heran.
"Iya, benar guru memang sudah menyuruhku pulang. Aku kembali, karena ingin menanyakan siapa sosok tak kasat mata yang guru kirim untuk memata-mataiku ?"tanyaku, tanpa basa-basi. Aku tidak ingin berlama-lama. Rasa penasaranku sudah teramat besar.
"Ooh...kau sudah mengetahuinya ternyata. Kau memang muridku yang paling pintar. Ha..ha...ha...kau mau tahu apa alasannya aku mengirim sosok tak kasat mata itu untuk memata-mataimu ?"kata Ki Samad dengan tenang.
Aku hanya mengangguk pelan. Tentu saja, aku ingin tahu karena memang itu tujuanku satu-satunya datang kembali ke gunung ini. Memang hanya untuk bertemu dengan guruku dan menanyakan apa alasannya telah mengirim sosok tak kasat mata tersebut ? Apa guruku itu tiba- tiba menjadi orang bodoh ? Mengapa pula harus di tanyakan lagi hal itu padaku ? Pertanyaan pertanyaan itu, entah dari mana datangnya tiba-tiba saja memenuhi benakku.
"Ha...ha...ha...!! Rasanya kau sangat penasaran sekali untuk mengetahui apa alasanku itu ?"tawa Ki Samad membahana memenuhi seluruh gua gunung Kandul. Sedikit membuat guncangan kecil sesaat menyerupai gempa.
Ternyata Ki Samad tidak bodoh, ia bisa melihat diriku yang sangat gelisah. Tak sabar menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut guruku ini. Tapi, sepertinya guruku sengaja mengulur-ulur waktu. Aku mencium gelagat yang tidak baik dari guruku. Namun, sialnya aku tidak bisa membaca niat apa yang ada dalam hatinya padaku.
"Baiklah, kalau kau memang ingin mengetahui yang sebenarnya. Alasanku adalah aku tidak menyukai apabila ada orang yang kekuatannya melebihi diriku !!"Ki Samad bangkit berdiri dari tempatnya semula. Dan mendekati Irwan yang adalah muridnya, Ki Samad membelakangi Irwan muridnya dengan membawa sebilah pisau lalu menusukkannya berulang kali tepat di jantung Irwan.
Setelah memastikan apakah Irwan masih bernapas atau betul-betul sudah tiada ? Ki Samad sendiri yang memeriksa jasad Irwan dan ia di pastikan sudah tewas oleh Ki Samad . Ki Samad melemparkan mayat Irwan di tengah hutan.

Kumpulan Cerita HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang