Malam itu udara terasa panas sekali meski aku sudah menyetel volume AC yang terbesar. Udara tetap saja panas. Tepat jam 12 malam, aku baru bisa tertidur pulas. Lampu kamar sengaja kumatikan agar tidurku lebih nyenyak dalam gelap.
Baru satu jam aku tertidur, tiba-tiba ponselku berdering. Tanganku sibuk meraba-raba dalam gelap. Butuh waktu beberapa menit sebelum akhirnya ku temukan ponsel itu. Dering itu sudah tak terdengar lagi. Tapi, baru saja kuletakkan dering itu terdengar kembali.
Aku berusaha mengangkatnya, meski mataku masih belum terbiasa melihat sinar ponsel . Rasa kantuk masih menyerang diriku.
"Halo,"suaraku parah. Suara khas orang yang tengah di landa kantuk.
"Hihihi..."sahut suara di seberang sana. Tak ada jawaban . Hanya suara tawa yang mampu membuat tubuhku merinding.
Aku spontan menutup ponselku dan mematikannya. Ratih tertawa lebar. Puas mengerjai Arman, cowok berwajah standard yang berani menolak permohonannya yang kala itu meminta Arman agar mau menjadi pacarnya.
Ratih sakit hati pada Arman. Spontan, timbul ide untuk meneror cowok itu.
"Hahaha....cowok sombong itu sekarang pasti tengah di landa ketakutan. Rasain dia.."tawa Ratih membahana ke seluruh ruangan kamarnya.
Baru saja Ratih selesai tertawa, datang sosok hantu perempuan itu terus-menerus mengatakan 311. Ratih baru ingat nomor itu adalah nomor belakangnya ponsel Arman.
Astaga ! Kenapa ia bisa menjadi bodoh sekali merupakan nomor itu. Lalu, apa hubungannya dengan setan perempuan itu."311....311..."setan itu berusaha mencekik Ratih.
"Ja..jangan bunuh aku ! Aku tidak tahu apa-apa. Jangann..."teriak Ratih sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir.
Setelah kematian Ratih, Arman akhirnya mengetahui siapa gerangan wanita yang kerap kali menelponnya dan menakutinya dengan suara tawa hantu perempuan. Dialah Ratih. Kabarnya Ratih di cekik oleh seseorang belum di ketahui siapa sosok yang mempunyai dendam pada Ratih.
Malam ini malam Jumat kliwon, malam yang menyeramkan. Malam ini terasa lama sekali berlalu. Padahal Arman sudah tertidur lama tapi pagi belum juga menjelma.
Sialnya, ia tak bisa tidur lagi padahal masih tengah malam. Jam di dindingnya baru saja berdentang 12 kali yang menunjukkan baru pukul 12 malam. Ia sudah bolak-balik, kiri-kanan hasilnya sama saja tak juga membuatnya terlelap.
Suara lolongan anjing dan binatang malam lainnya sontak membuat tubuh Arman makin merinding.
Tiba-tiba, ponsel Arman berdering. Lagi-lagi hanya terdengar tawa perempuan. Tidak ! Kali ini di sertai ancaman kematian.
"Kamu harus mati,"begitu berulang-ulang. Tanpa menunggu lama, Arman segera mematikan ponselnya.
Siapa lagi ini ? Ratih tidak mungkin, ia sudah mati. Lalu siapa ini ? batinnya. Ah, mungkin cuma orang yang iseng aja sengaja mau menakut-nakutinya lagi. Dipikirnya, ia ini bodoh apa ? Ia tak akan membiarkan diriku jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Memangnya, orang itu pikir aku akan mati ketakutan hanya karena ancaman yang tak jelas seperti itu. Entah berasal darimana, ancaman itu ?
Arman berusaha untuk mengingat-ingat apakah ia pernah membuat salah pada seseorang ? Sehingga orang tersebut menyimpan dendam pada diri Arman. Tapi, seingatnya ia tidak pernah berbuat salah pada orang lain.
Arman memutuskan untuk melupakan ancaman yang baru saja di terimanya itu. Ia memilih untuk memejamkan matanya karena sudah 2 hari ini ia tidak tidur, sejak telpon gelap yang di lakukan oleh Ratih. Tubuhnya sudah teramat sangat lelah. Ia tak tau apa yang akan terjadi pada tubuhnya jika ia tidak tidur lagi malam ini.
Ah, persetan dengan ancaman itu ! Pokoknya malam ini, ia harus tidur bagaimanapun caranya ! Meskipun ia harus minum obat tidur sekalipun. Akhirnya, tanpa pikir panjang Arman membuka laci lemari tempat ia menyimpan obat-obatan. Di ambilnya satu butir obat tidur yang lalu di minumnya. Tidak harus menunggu lama agar obat itu bereaksi. Hanya 15 menit, kemudian mata Arman mulai terpejam. Sesaat ia merupakan ancaman kematian itu. Dan tertidur lelap.
Tak terasa pagi pun tiba, matahari sudah memancarkan sinarnya yang mulai menyilaukan menembus jendela kamar Arman.
"Akh, kenapa pagi sangat cepat tiba sih ? Padahal aku baru saja tidur beberapa jam. Aku masih ngantuk tau..."keluh Arman kesal. Tapi, ia tak peduli dengan matahari yang seakan menyapa dirinya untuk segera bangun. Arman malah kembali menarik selimutnya dan memejamkan matanya.
Ia kembali tertidur lelap. Hingga bunyi nyaring dering ponselnya membangunkannya.
"Aduh, siapa sih yang telpon aku pagi-pagi begini ? Masih pagi tau. Nggak tau apa kalo aku masih ngantuk."keluh Arman kesal.
Mau tak mau Arman mengangkat ponselnya. Ternyata, si penelpon menggunakan private number . Dan sialnya, karena ia penasaran ingin tahu siapa gerangan sosok yang berani menelponnya pagi-pagi begini ? Dan siapa sosok yang sudah mengganggu tidurnya ?
"Halo,"kata Arman dengan suara serak.
"Kamu harus mati ! Kamu harus mati !"lagi-lagi ancaman kematian itu. Arman dengan jengkel hanya menatap layar ponselnya. Tiba-tiba ada sepasang tangan keluar dari layar ponselnya berusaha mencekik leher Arman. Kemudian, semua menjadi gelap.