"AYAH!!!"
Suara lantang Jane menggema ke seluruh ruang tengah istana yang megah. Terdengar penuh amarah dalam nadanya. Gadis dengan tatapan tajam yang bahkan seorang pun tak berani mendekatinya sedang berjalan angkuh mencari sang ayah.
Pengawal dan para maid sampai tak berkutik. Karena jika putri kedua Rajanya sudah seperti itu, maka diam adalah pilihan yang tepat untuk melindungi nyawanya.
Jane. Masih dengan baju prajurit khas pemanah terus melangkah dari ruang tengah, kemudian beralih ke ruang singgasana, yang di mana merupakan tempat berkumpul keluarganya.
Begitu tiba, para pengawal membungkuk hormat.
"Ada apa teriak-teriak? Begitu sopan santunmu pada ayah?" Seruan kakak pertamanya membuat Jane menoleh.
Veronica Equielle. Wanita cantik yang sudah menikah dengan salah satu pangeran dari kerajaan Agastan. Singkat cerita, ia mengalami sedikit kesalahan, hamil sebelum pernikahan, karena itu, tahta putri mahkota diperuntunkan pada Jane sesuai aturan. Veronica tak masalah dengan itu. Tapi bagi Jane sendiri, masih menentang keras dengan gelar tersebut.
Ruby Jane menatap tajam sang kakak, kemudian menatap ayahnya yang seolah menunggu kemarahan apa yang akan ia luapkan.
"Zona eksekutif utara pada kawasan Norsk Skogmuseum Forest adalah milikku. Semua orang tahu itu atas deklarasi dari ayah sendiri. Tapi.. kenapa ayah lancang mengubah aturan tanpa keputusanku untuk membebaskan orang luar berkeliaran di sana huh? Seorang penyusup dari Eldoria hendak membunuh induk rusa petang ini. Ayah mau aku mengibar perang dengan Eldoria?" Cetus Jane penuh keseriusan dalam amarahan yang tertahan. Ia masih menggendong busur panah di pundaknya.
"Tapi Jane. Bukankah ayah sudah memintamu hadir dalam rapat minggu lalu? Salah satu topiknya tentang itu. Semua pihak telah sepakat, adikku.." timpal Veronica menjelaskan.
Jane mendecak. "Rapat apa? Rapat yang membicarakan tentang sayembara pernikahan sialanku? Tapi ayah tetap salah, kak! Bagaimanapun kawasan itu masih menjadi hakku sepenuhnya!"
"Masih hak ayah." Sang Raja akhirnya membuka suara. "Kau tidak menghadiri rapat itu, jadi terima lah balasannya."
Jane mengepalkan tangan mendengar itu. Ia sungguh ingin meledak-ledak. Entah kenapa, bertemu lelaki tadi membuat hatinya berkecimpung amarah, padahal, pangeran dari Eldoria itu tidak sampai membunuh rusanya. Mungkin karena kesepakatan tentang sayembara pernikahan untuk dirinya lah yang membuat amarahnya semakin menjadi. Jane tidak suka dikendalikan.
"Siapa yang kau maksud penyusup dari Eldoria itu?" Tanya Edward lagi.
"Victory Beanorld Alexander. Pangeran Mahkota dari Eldoria," ucap Jane. Namun sejenak ia tertegun, kenapa saat menyebut nama lengkapnya ia merasa tak asing?
Dari posisinya, Veronica terkejut setengah tak percaya saat mendengar nama itu disebutkan Jane. "Victory? Dia teman kec-"
"Lalu hanya masalah sepele ini kau terditraksi ingin mengibar bendera perang pada Eldoria?" potong Edward, seolah menghentikan ucapan Veronica.
Vernica menatap sang ayah yang memberi kode selah mengatakan "Tidak untuk saat ini." Maka ia pun menghela nafas dan memilih diam. Beruntung, Jane tidak menyadari hal tersebut.
"Membunuh binatang bukanlah masalah sepele, ayah!" marah Jane.
"Hentikan sikap kekanakanmu untuk memperbesar masalah kecil ini, Ruby Jane. Jangan coba-coba bertindak konyol dengan lelucon perang yang kau katakan. Arendelle dan Eldoria sudah beraliansi sejak dulu. Dan tentang kesepakatan orang luar yang bebas memasuki kawasan itu adalah keputusan mutlakku sendiri, keputusan Raja yang masih berwenang tinggi. Jika kau tidak setuju, ambil tahtaku, maka kau akan memiliki hak dan wewenang atas segala keputusanmu sendiri," ucap Edward penuh keseriusan. Tindakannya memang tak lain adalah untuk menggeret Jane menuju tahtanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF ARENDELLE
Любовные романы"Lakukan upacara penobatan dan ambil tahta kerajaan ini di ulang tahunmu yang ke-25 nanti." Ruby Jane, yang kini statusnya adalah Putri Mahkota mengernyit tak suka mendengar perintah sang Ayah, Edward, Raja Arendelle. "Memanah dan memburu akan kula...