Seiring kereta kuda membawa Jane dan Victory menuju Eldoria, di dalamnya hanya terisi keheningan tanpa ada yang berniat membuka suara sejak tadi.
Jane sesekali mencuri pandang pada lelaki di depannya yang masih meringis kesakitan.
Berusaha membuka topik, Jane berdeham sebagai awalannya, "apa Eldoria juga beraliansi dengan Alaska?"
Victory mengangkat wajahnya menatap gadis itu, "kenapa?"
Jane berdecak, ini yang ia tak sukai jika berbicara dengan orang, terlalu berbelit-belit. "Ada ya spesies manusia yang jika ditanya justru bertanya balik? Memuakkan kau tahu? Sesusah itu untuk menjawab pertanyaanku langsung?"
Victory menatap tanpa ekspresi, "Eldoria tak pernah beraliansi dengan Alaska sejak Raja ke-2 mereka membunuh kekaisaran kakek buyutku berabad lalu. Kita tidak berselisih, namun sampai detik ini, tidak ada juga aliansi atau kedekatan."
Jane menyeringai geram, ia memalingkan wajahnya menatap luar jalanan, "sudah tabiat turun temurun sekali bagi mereka untuk melayangkan nyawa seseorang."
"Tapi selagi tak ada yang memulai perselisihan, kurasa masih aman saja."
Mendengarnya, membuat Jane kembali menatap Victory cepat, "justru karena tak pernah ada perselisihan maka kau harus waspada. Kau tak mungkin dungu menyimpulkan pola atas tindakan Arutala hari ini 'kan? Dia bisa saja melayangkan dendam padamu kapan pun."
Victory tersenyum lembut menatap gadisnya, "Sudah 2 kali kau memperingatiku. Apa aku memang se-dungu itu menurut pandanganmu, Jane? Aku sudah cukup tahu susunan pola yang kemungkinan akan terjadi di masa depan."
"Bagus kalau kau mengerti," tutur Jane dingin.
"Khawatir?"
Dengan cepat, Jane melayangkan tatapan tajamnya, menelisik penuh ketidaksukaan, "kau mulai lagi bersikap percaya diri yang terlalu tinggi."
Victory terkekeh kecil, yang mana, tawa itu membuat Jane tertegun karena suaranya yang begitu menenangkan.
"Ya.. aku tak akan mendesakmu mengakuinya."
Jane berdecak. Namun kemudian ia berusaha mengalihkan topik itu. "Apa lukamu sudah membaik?"
Victory mengangkat alisnya, "kenapa? Mau merawatku?"
Lagi-lagi Jane melayangkan tatapan tajamnya. "Mau kubunuh?"
"Bisa?" Victory semakin menggoda.
"Kenapa harus tak bisa? Kau bahkan hampir mati dengan anak panahku saat pertama kali kita bertemu karena aku menjumpai penyusup memasuki hutanku," desis Jane dengan alisnya yang mengerut tajam.
Victory tersenyum, "Kau yakin itu pertemuan pertama kita?"
"Maksudmu? 25 tahun aku hidup, aku tak pernah tahu tentangmu bahkan wujudmu. Eldoria tak seberpengaruh itu untuk hinggap dalam ingatanku," balas Jane ketus.
Lelaki itu terus memandang Jane dengan tatapan penuh makna tanpa mengeluarkan sepatah kata, membuat si gadis semakin mengernyit bingung.
"Memangnya kita saling mengenal? Di mana? Dalam khayalanmu? Di dunia fantasi?"
Jane melambaikan tangannya di depan mata Victory yang tak berkedip mentapnya, "Hei?"
Hingga membuat lelaki itu tersadar dan berdeham. "Lupakan."
Bukan sekarang..
"Jangan dalam waktu dekat ini, kau harus membuatnya menyusun pola ingatannya secara perlahan, biar Jane sendiri yang mengendalikan diri untuk mendapatkan puzzle masa lalunya. Jangan memaksa.."

KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF ARENDELLE
Romance"Lakukan upacara penobatan dan ambil tahta kerajaan ini di ulang tahunmu yang ke-25 nanti." Ruby Jane, yang kini statusnya adalah Putri Mahkota mengernyit tak suka mendengar perintah sang Ayah, Edward, Raja Arendelle. "Memanah dan memburu akan kula...