Dalam konteks perjalanan yang terbesit di kepala Jane, ia tak pernah menyangka bahwa sosok di hadapannya adalah Pangeran Arutala.
Lelaki yang hampir memenangkannya di kontes sayembara, namun tergagalkan dengan kehadiran Victory yang tiba-tiba memenangkan dirinya secara logis dan sempurna.
Memikirkan semua pola di kepalanya, tentang maksud serta tujuan ia bertemu Arutala dalam situasi ini, perlahan, Jane bisa menangkap.
Mungkinkah dendam atau hal semacam lainnya?
Dengan tetap bersikap tenang, Jane kembali bersuara, "Pangeran Arutala? Ini benar dirimu, atau hanya reinkarnasi yang hanya mirip denganmu? Kenapa tidak menjawab? Sudah kelu?"
Seringaian dari sang lelaki dapat Jane lihat walau di bawah gelapnya malam serta mencekamnya suasana hutan.
"Tuan Putri Ruby Jane... Hutanmu sungguh bagus-"
"Dan kau tertarik menguasainya? Oh berperang dulu denganku," potong Jane cepat.
Dalam seperkian detik, jika ia tak memperhatikan secara detail ke mana arah mata Pangeran Arutala, mungkin insting Jane yang tajam juga gagal, namun karena ia adalah pendengar yang cermat, bahkan sehunus angin kecil yang berubah, Jane bisa merasakan perubahan tersebut.
Arah belakang, tepat pada detik ke2 setelahnya, ia menangkis serangan mendadak yang hendak tertuju ke arahnya.
Jane berbalik, kemudian dengan sekali hentakan, ia memilir tangan pria yang hendak membekap mulutnya. Sehingga dirinya turun dari sang kuda.
Gerakannya sungguh gesit dan tangkas.
"Main bekap-bekapan sudah tak zaman dari belakang. Dari depan sekalian lah.." Masih dengan kekuatannya, Jane memilir tangan pria itu sampai meringis, seolah meremukkan tulangnya, ia kembali menatap Arutala, "ini salah satu anak buahmu, Pangeran? Apa kau mengajarinya tata cara menyerang dengan cara pengecut seperti itu? Tidak ada bedanya denganmu dong?"
Arutala menyeringai tajam, menggertakkan giginya geram menatap Jane.
"Kenapa? Mau marah? Dendam karena kalah dari Pangeran Victory?" Jane kembali mendahului ucapannya. Ia menghempas tubuh pria yang baru saja ia hentakkan keras lengannya hingga menjerit kesakitan.
"Nyatanya kau tidak memberikan keputusan yang benar mengenai pertimbangan siapa pemenang sejati, Ruby Jane."
"Oh? Lalu aku harus mengumumkan pada dunia bahwa pemanah yang tidak meleset dengan sempurna adalah ia pemenangnya? Sungguh memalukan," decak Jane. Kembali menunggangi kudanya.
Arutala semakin menggeram. "Kau yakin tidak akan menyesali semua yang kau lakukan?"
Jane tertawa dibuatnya. "Penyesalan? Aku hanya punya kebebasan dalam prinsip hidupku."
"Kau akan menyesalinya, Ruby Jane.." tekan lelaki itu lagi. Lebih tajam dan seolah menyiratkan keseriusan yang mematik kobaran amarah.
"Pangeran Arutala.. jika kau merasa dendam pada kekalahanmu, limpahkan semuanya padaku, jangan pada suamiku," Jane juga ikut menekan kalimatnya. Seolah peringatan yang tidak main-main.
Mendengar panggilan suami yang tertuju pada Victory, membuat Arutala semakin panas dingin di tempatnya. Ia tak terima. Hatinya masih memanas menolak fakta bahwa Ruby Jane telah resmi menikah dengan Pangeran Victory.
Suasana keseriusan antar keduanya terpecah oleh suara teriakan yang memanggil nama Jane.
"RUBY JANE!!"
Jane menoleh, ia mendengus, sudah dipastikan bahwa suara itu adalah Victory. "Keras kepala sekali."
Arutala menyeringai menatap Jane. "Jane. Kau memiliki 2 pilihan di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF ARENDELLE
Romance"Lakukan upacara penobatan dan ambil tahta kerajaan ini di ulang tahunmu yang ke-25 nanti." Ruby Jane, yang kini statusnya adalah Putri Mahkota mengernyit tak suka mendengar perintah sang Ayah, Edward, Raja Arendelle. "Memanah dan memburu akan kula...