12

31 5 4
                                    

12 : Rencana lagi

Drey adalah suami yang lembut. Cara bicaranya sangat berwibawa, pandangannya selalu peduli pada lawan bicaranya, dan dia tahu bagaimana bersikap pada setiap orang. Termasuk pada Lilly. Setidaknya itu yang Lilly tanamkan ketika pertama kali berkenalan dengan pria itu.

Menjalani pernikahan dengan Drey, seperti memulai lembaran demi lembaran yang mengungkapkan satu demi satu halaman yang akhirnya diketahui oleh Lilly. Seperti chapter, Lilly akan memberi nama Chapter: Amarah Drey sebagai bagian yang mengerikan dalam kehidupan pernikahan mereka. Karena pria itu punya kendali yang payah perihal meluapkan amarah.

Dia, suka memukuli Lilly.

Tetapi Lilly berpikir bahwa dia tidak akan menyalahkan Drey jika dia payah dalam menahan diri. Karena Lilly punya kesabaran setebal kitab suci. Semua orang punya masalah, dan sebagai istri, Lilly ingin Drey punya tempat untuk pergi ketika dirasa masalahnya tidak terselesaikan dengan baik. Lilly siap menjadi sasak tinju, Lilly bersedia babak-belur dan menerima permintaan maaf usai itu.

Selama Drey tidak berselingkuh ... ya, selama Drey tidak berselingkuh. Karena Lilly sangat muak dengan penghianatan. Dan kitab kesabarannya akan langsung hangus terbakar.

Lilly melihat Theo berdiri di depan sana setelah menelepon seseorang. Dia bisa merasakan ada sesuatu yang membuat Theo diam memperhatikannya saat ini.

Mungkinkah dia akan dikembalikan pada Drey? Pada rumahnya yang sudah hancur?

Theo mendekatinya lagi dan pria itu terlihat gusar.

"Ada apa?" tanya Lilly padanya.

Tapi belum sempat Theo menjawab, Lilly mendekat dan tangannya terulur untuk menyentuh rambut bergelombang Theo yang berwarna cokelat gelap itu. Theo terdiam memperhatikan wajah Lilly di depannya.

"Apa kau pernah keramas?" tanyanya sambil menyentuh helai-helai rambutnya.

Theo tertawa heran. "What?"

"Apa aku pernah mencucikan rambutmu?"

"Ya maksudku ..." Theo menggaruk bawah telinganya. "Tidak," lanjutnya.

"Aku masih ingin mengggosok punggungmu," ujar Lilly sambil tersenyum.

"Aku rasa itu agak..."

"Bukankah aku istrimu?"

Theo menarik nafas dalam dan tersenyum pasrah seraya ia mengangguk. "Ya," jawabnya.

"Kalau begitu ayo."

Kemudian Lilly menarik tangannya masuk ke dalam menuju kamar mandi luas. Saat Lilly meminta Theo untuk masuk ke bath up, Theo menolak keras.

"Kau tidak perlu melakukannya."

"Kenapa tidak?"

Mereka berdiri di dekat bath up, dengan Theo yang memikirkan cara untuk menolak permintaan aneh ini. Namun dia tidak memilikinya.

Jadi dengan berat, dia membuka jubah tidurnya hingga menyisakan celana pendek warna hitam sebelum meletakkan tubuh di dalam bath up. Dilihatnya Lilly mengambil jubah itu dan meletakkannya di gantungan, dan mengambil perlatan mandi termasuk shampo. Kemudian Lilly duduk di dekat kepala Theo seraya mulai menyalakan air untuk mengisi bak.

"Kenapa pagi ini kau terlihat lesu?" tanya Lilly selagi menunggu airnya cukup.

Theo melirik padanya dan merasakan tubuh bagian bawahnya mulai dibasahi air.

"Ayah marah-marah pada kami bertiga," jawabnya. Dia enggan untuk berbicara lebih banyak karena takut kelewat batas.

"Apa dia selalu seperti itu?" tanya Lilly.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang