Udara di dojo terasa panas. Naya berdiri di tengah lapangan, menatap lawannya dengan gugup. Ini adalah pertandingan pertama Naya dalam kelas Karate.
"Kamu siap Nay?"
tanya Pak Joko.Naya mengangguk, walau hatinya berdebar kencang. Dia sudah lama berlatih, dan tidak mungkin harus melewatkan begitu saja, pertandingan ini.
"Ingat Nay"
"Kamu harus fokus, kuat, dan percaya diri. Bapak yakin, kamu bisa melakukan ini! "
kata Pak Joko.Naya menarik napas dalam-dalam. Dia harus percaya diri, dia harus bisa.
Lawan Naya adalah seorang anak laki-laki bernama Rehan. Terlihat, Rehan memiliki postur tubuh yang lebih besar di bandingkan dengan Naya, dengan tubuh nya yang jauh lebih pendek di bandingkan Rehan, Naya mulai sedikit ragu, Naya tidak yakin mampu melawan Rehan.
"Ayo, Nay!"
"Kamu bisa melakukannya!"
teriak seluruh teman kelas Karate nya.Naya menghela nafas. Dan mulai kembali percaya diri
Pertandingan dimulai. Rehan dengan cepat dan tepat langsung memberikan jurus andalannya itu. Naya berusaha menghindar. Tapi menurutnya, sudah tidak berarti lagi.
Naya mulai merasa ketakutan. Dia sudah tidak ada tenaga lagi untuk bisa menghindar Rehan. Dia harus melawan.
Naya menggerakkan kakinya, menghindar dari serangan Rian. Dia mencoba untuk menyerang balik, tapi Rian terlalu kuat.
"Jangan menyerah, Nay!"
teriak Kak Mega.Naya menggerakkan kakinya lagi, menghindar dari serangan Rian untuk kedua kalinya.
Tubuhnya mulai melemah, tidak ada sedikit pun tenaga yang bersinggah di dalam tubuhnya.
/BRUKKK!
Naya terjatuh, dan tidak sadarkan diri.
Suasana Dojo yang tadinya gaduh seketika mulai hening. Saat mereka melihat seorang gadis tergeletak di sana. Tubuh gadis itu sangat lemas, wajahnya pucat dan keringat dingin di dahi nya. Dengan cepat, salah satu dari mereka mulai memberikan pertolongan terbaik kepada nya.
2 menit, 3 menit hingga 5 menit.
Naya masih saja, belum tersadar. Iringan doa dari keluarga, teman teman, Pak Joko, hingga lawan Naya. Terus menerus terucap dan terarah kepada Naya.Sarah duduk di samping Naya menangis dan berharap temannya akan segera sadar. Tak sengaja air mata Sarah mengenai dahi Naya, Naya yang seolah tidak sadarkan diri itu. Perlahan, membuka kedua bola matanya itu. Naya akhirnya tersadar.
Sarah langsung memeluk erat Naya. "Naya,kamu sudah sadar? Alhamdulillah!"
Naya masih bingung dengan apa yang terjadi kepadanya.
"Dimana aku? Kenapa aku ada di sini?"
"Kamu di dojo, Nay. Kamu pingsan pada saat pertandingan" jawab Sarah, sambil mengelus rambut Naya."Pertandingan? Dengan siapa?"
tanya Naya, bingung.
"Dengan Rehan, Nay. Kamu terlalu memaksakan diri" kata Sarah.
Naya terdiam. Dia ingat saat Rehan menyerang dengan cepat dan tepat. Dia juga ingat saat dia merasa tubuhnya lemas dan tidak berdaya.
"Lalu, apakah Rehan menang"
tanya Naya."Sepertinya begitu, Nay. Dia akan masuk final besok" jawab Sarah.
Naya terdiam. Dirinya merasa gagal, untuk kedua kalinya. Dan mulai berpikir Apakah dirinya tidak pantas memiliki bakat?
Naya menangis.
"Aku kalah ya, Sarah? Aku gagal"
Sarah menatap Naya.
"Nay, aku tau kamu hebat. Kamu tidak gagal Nay, kamu masih punya banyak kesempatan lagi. Perjalanan kamu masih panjang" kata Sarah, memeluk Naya."Tidak Sarah!"
"Aku gagal, aku bodoh, aku tidak akan pernah memiliki bakat apapun itu! "
ucap Naya.Tangisan Naya semakin besar, membuat para teman teman Karate nya mengetahui. Termasuk Pak Joko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau tidak harus jadi sepertinya (Kelompok 5)
Short Story"Pencarian Diri" Naya awalnya terobsesi untuk menjadi seperti teman-temannya yang memiliki bakat tertentu, seperti olahraga atau seni. Dia mencoba mengikuti mereka, tetapi selalu gagal. Akhirnya, dia menyadari bahwa dia harus menemukan bakatnya se...