Awalan

36 15 0
                                    

Tiba tiba, seorang menepuk pundak Naya, yang tak lain itu adalah teman kelasnya sendiri, Anita. Naya yang kaget langsung menoleh dan tersenyum ketika melihat Nita, di samping itu juga Naya merasa malu. Karena namanya tidak ada di daftar pengumuman siswa berprestasi itu. Sedangkan nama nita, tercantum jelas pada bagian paling atas di sana.

"Hai Naya, tumben banget kamu ke sini, biasanya kamu hanya diam di kelas sembari menggambar?"
Tanya Nita.

Naya mulai menghindari kontak mata, dan dengan suara pelan Naya menjawab.

"Kebetulan pensil warna aku sudah mulai mengecil, sehingga aku harus segera pergi ke kantin untuk membeli yang baru"
Jawabnya.

"Oh begitu"
"Ngomong ngomong, coba kamu lihat deh namaku ada di urutan paling atas loh, keren ga"
Bangga Nita.

"Iya keren, selamat ya"

"Terima Kasih Naya"
"Oh ya Naya, aku boleh nanya satu pertanyaan lagi ga?"

"Tentu Nita"

"Bakat kamu apa ya?"
Tanya Nita.

Naya mendengar itu, berpaling dan mulai menyadari apa yang di katakan oleh Nita. Keseharian Naya di rumah ataupun di sekolah tidak lain adalah menggambar, mewarnai, dan melukis. Dia rasa menggambar bukan sebuah bakat istimewa yang dia milikinya, Naya bingung, Naya tidak tau apa yang harus dia jawab kepada Nita. Naya juga malu, jika dirinya harus menjawab bahwa ia tidak memiliki bakat. Sehingga Naya berkata bohong.

"Aku punya bakat Nyanyi loh"
"Suara aku merdu banget"
kata Naya.

"Itu keren"
"Kalau begitu, mengapa kamu tidak meminta guru untuk mengajukan lomba Nyanyi?"
saran Nita.

"Hehehe"
"Ku rasa tidak perlu"

"Tidak apa apa"
"Kamu berhak untuk mendapatkan suatu dari hasil kemampuan mu"

"Ya, tapi aku rasa tidak perlu"
"Aku pamit ya"
Naya meninggalkan Nita begitu saja, tanpa ingin melihat wajah Nita sekali lagi.

. . .

Naya merasa bersalah, dengan apa yang dia katakan pada Nita tadi. Kini Naya benar benar seperti daun kering yang tertiup angin tanpa ada arah petunjuk.

Kau tidak harus jadi sepertinya (Kelompok 5) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang