Bab 8

1.2K 5 0
                                    

Chapter 3 : Mimpi dan Keinginan

Nisa

Pak Okto

Abdul

Pak Kani​

Ditengah dinginnya malam, Nisa terbangun dari tidurnya dan langsung berjengit seperti tersengat sebuah arus listrik. Matanya dengan pelan terbuka dan langsung mendapati sosok wajah Pak Okto yang sedang tersenyum nakal menindih tubuhnya.

"Pa--Pak Okto??" Ucap Nisa pelan.

Dan bersamaan dengan itu, pikirannya mendadak menjadi buram saat mata Pak Okto menatapnya begitu lekat. Nisa tau seharusnya dia menolak dipeluk oleh majikannya tersebut. Namun entah kenapa dia sama sekali tak mampu melakukannya.

"Kenapa Bapak bisa disini??" tanya Nisa semakin terheran.

Tapi Pak Okto tidak menjawabnya dan malah tersenyum "Kamu gak perlu tahu! Sekarang, lepas semua pakaianmu. Aku ingin melihat tubuhmu." Ucap Pak Okto.

Dan Seperti orang bodoh, Nisa Pun melakukannya begitu saja. Ia segera mempreteli baju kurungnya meski dalam hati merasa sangat bingung dan tidak mengerti kenapa tubuhnya menurut begitu saja.

Sampai semua sudah terbuka, Nisa pun kemudian duduk bersebelahan dengan Pak Okto. Dengan gemas lelaki paruh baya yang menjadi majikannya itu meraih tubuh sekal Nisa ke dalam pelukannya. dibelainya bulatan payudara Nisa yang kini hanya tertutup sebuah jilbab lebar.

Nisa semakin tidak mengerti dengan suasana yang membingungkan ini. Dia merasa ada yang salah dengan tubuhnya yang tidak dapat merespon apapun yang dia inginkan. tubuhnya seperti seolah-olah bergerak dan punya kemauan sendiri. Nisa pun teringat kalau sebelum tidur tadi dia sama sekali tidak memakai jilbab. Namun sekarang, benda itu melekat kuat di kepalanya.

Nisa hanya bisa memejamkan mata rapat-rapat melihat wajah Pak Okto yang mendekati mukanya. Belum pernah ada lelaki yang sedekat ini dengan dia selain Abdul suaminya.

Dan sesaat kemudian, Bibir tebal milik Pak Okto langsung melumat rakus bibir Nisa yang ranum dan kecil itu, mengirim rasa muak pada diri Nisa yang mencoba memberontak dan melawan, namun anehnya, lagi-lagi dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri dan sama sekali tidak sanggup untuk menolak.

Malahan Nisa mulai membalas lumatan bibir dan lidah Pak Okto dengan ragu-ragu. Meski batinnya menjerit, entah mengapa tubuhnya malah bergairah dan syahwatnya bangkit. Terasa aneh saat Nisa membalas lumatan laki-laki itu, sementara Pak Okto terus menyapukan lidah dengan terburu-buru dan melumat bibir tipis Nisa dengan mulutnya yang tebal.

Tangan Pak Okto sudah menjelajah ke sekujur dada Nisa, diremasnya bulatan payudara Nisa dengan kasar, diselipkannya di balik jilbab lebar yang menutup sebagian dada Nisa. Kulit tangannya terasa kaku saat meremas, dan Nisa menggeliat begitu Pak Okto mempermainkan putingnya yang mungil dengan dua jari.

"ooohhhhh.. Paaakhhh!!!!" rintih Nisa keluar begitu saja, namun tetap diam saat satu tangan Pak Okto mulai mengelus selangkangannya yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

Pak Okto lalu menatap bulatan payudara Nisa dengan mesum. Dipandanginya sejenak dua bukit kembar yang begitu putih dan mulus itu, dirasakannya dengan meremas-remasnya ringan, sebelum kemudian bibir tebalnya menyambar, mendarat tepat di puncaknya yang mungil menjulang kemerahan.

"OOOOhhh.. Pakkk!! Geliiihhhhh" Mata Nisa masih terpejam meskipun kegelian mulai menghinggapi tubuhnya.

Nisa meremas-remas rambut Pak Okto ketika majikannya itu terus menyusu di dadanya. Nisa menggeliat ke kiri dan ke kanan tanpa sadar saat bibir tebal Pak Okto menyentuh putingnya.

Terasa aneh pada awalnya, tapi makin lama makin terasa enak, hingga membuat Nisa mulai mendesah dalam nikmat. Apalagi Pak Okto menyelinginya dengan meremas-remas lembut puting yang satunya, bergantian mengulum dari puting kiri ke yang kanan, lalu balik lagi, dan begitu terus selama beberapa waktu sampai desahan Nisa semakin lepas keluar.

"Ahh... aughh... Pakkk!! hentiikaaannn!!" Nisa menggelinjang.

"Ssh... nikmati saja, Mbak" Ucap Pak Okto melanjutkan penjelajahannya, disusurinya perut Nisa dengan bibirnya yang tebal dan berhenti di selangkangan miliknya.

Pak Okto lalu membuka lebar kaki Nisa, lidahnya langsung menari pada biji klitoris Nisa, membuat istri Abdul itu langsung menjerit tertahan merasakan kenikmatan jilatan Pak Okto yang tak terduga. Seumur hidup baru kali ini Nisa merasakan Vaginya dijilat oleh lidah manusia. Dan rasanya amat sangat nikmat.

"Paakkk!!! geliihh!!! aakkkuuu mauuu kenciiinnngggg!!!" Ucap Nisa merasakan ambang kenikmatannya mendekat.

Namun saat benar-benar rasa nikmat itu hampir meledak, Nisa merasakan cairan hangat mengalir deras keluar dari dalam Vaginanya. Yang membuat alam bawah sadarnya bangkit dari sebuah mimpi yang teramat sangat nikmat tersebut.

Ya, Nisa baru saja mengalami sebuah mimpi basah yang sangat hebat.

Saking hebatnya mimpi tersebut, Nisa bahkan orgasme sambil terkencing-kencing banyak sekali. membuat tempat tidur, baju dan celananya langsung basah kuyup karena air seninya yang keluar sangat banyak.

"Astagfirull*h hal adzim" Ucap Nisa dalam hati yang tersadar kalau dia sudah ngompol dicelana.

Sekarang Nisa mengerti kenapa tadi dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya karena hal tersebut adalah sebuah mimpi. Dan siapapun sama sekali tidak bisa mengendalikan tubuh mereka di alam mimpi.

Nisa mengurut pelipis matanya dengan seksama, matanya masih mengantuk dan jiwanya belum kembali seutuhnya. Namun pikirannya langsung berkecamuk tiada henti memikirkan mimpi yang baru saja terjadi.

Mimpi itu terasa sangat nyata dan asli, bahkan Nisa pun merasakan kalau dia benar-benar sudah dilecehkan oleh Pak Okto majikannya tersebut. Dalam mimpi tersebut Nisa bahkan sudah mau menerima kenikmatan yang diberikan oleh Pak Okto dengan senang hati. Tapi untunglah hal tersebut hanyalah sebuah mimpi saja. Karena kalau itu adalah dunia nyata, Nisa pasti akan berontak dan melawan sekuat tenaga.

Hijab Yang TerkoyakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang