Bab 9

1.1K 5 0
                                    

"Ini semua gara-gara Abi!!" Ketus Nisa dalam hatinya.

Nisa menyalahkan Abdul atas mimpinya tersebut bukan tanpa alasan. Kejadian saat dia meminta Abdul untuk melakukan senggama pagi tadi di tolak mentah-mentah oleh Abdul karena berasalan takut ketinggalan pesawat. Yang meninggalkan Nisa begitu kentang seharian dengan nafsu syahwatnya yang menggebu-gebu akibat selalu terbayang perbuatan zina Bu Santi dan selingkuhannya.

Namun yang tidak Nisa mengerti adalah fakta bahwa objek pemuas nafsu dalam mimpinya tersebut justru tak lain adalah Pak Okto. Majikan lelaki yang selalu membuatnya salah tingkah dalam bersikap setiap kali mereka bertemu. Nisa tidak habis pikir kalau perempuan baik-baik dan taat seperti dirinya bermimpi tentang dipuaskan oleh laki-laki lain selain suaminya.

Usai sepenuhnya sadar, Nisa pun kemudian bangkit dari tempat tidurnya yang sudah basah akibat air kencingnya sendiri. Ia melirik jam di dinding pukul 4 pagi yang berarti sebentar lagi akan adzan subuh.

Dengan langkah gontai, dia pun akhirnya memutuskan untuk mandi sebelum dirinya menunaikan ibadah sholat subuh.

............................

Di tanah kalimantan, kini Abdul sampai dengan segala harapan untuk memperbaiki ekonomi keluarganya. Setelah menempuh satu setengah jam perjalanan dengan pesawat, kini Abdul akan melanjutkan perjalanannya lagi dengan menggunakan kendaran travel yang telah dipersiapkan pihak yang akan mempekerjakannya. Menurut beberapa omongan para calon pekerja lainnya, letak tambang yang jadi tempat bekerja lumayan jauh dari perkotaan dan aksesnya lumayan sulit.

"Baru beberapa jam kayaknya udah ada yang kangen aja sama istri" sapa Pak Kani duduk disebelah Abdul.

Abdul tersenyum kecut, mengingat kejadian dimana dia sempat diajak berhubungan badan oleh istrinya sebelum berangkat, namun ditolak Abdul dengan alasan takut ketinggalan pesawat. Akan tetapi alasan tersebut hanyalah sebuah dalih untuk menutupi alasan sebenarnya.

Ya, sesuai saran dari dokter konsultasinya, Abdul mencoba untuk tidak berhubungan badan dulu dengan Nisa, apalagi ini adalah kesempatan yang bagus saat dia benar-benar jauh dari istrinya tersebut.

Namun tentu saja perasaan sedih dan bersalah mengiringi kepergiannya untuk beberapa minggu ini. Tampak sekali wajah kecewa istrinya yang terus membayang di benak Abdul ketika dia menolak untuk bercinta dengan Nisa.

"Mas Abdul takut istrinya kenapa-napa???" Tanya Pak Kani lagi.

Abdul mengangguk "Iya Pak!! soalnya saya tidak pernah ninggalin dia sendirian" jawab Abdul.

"Apalagi--" lanjut Abdul terputus.

Tapi Pak Kani langsung seperti mengerti "Sama rumor yang beredar??" tanyanya.

Dan Abdul pun mengangguk mengiyakan "Saya takut dia semakin stress jadi bahan omongan tetangga lagi" balasnya.

"Saya tidak bermaksud apa-apa, tapi apa rumor tersebut benar mas???" tanya Pak Kani serius. "Kalau mas gak mau jawab juga gapapa" lanjutnya bermain tarik ulur.

Abdul menghela nafasnya sebentar, mungkin sudah saatnya dia mengungkap fakta sebenarnya pada orang lain, toh Abdul berpikir kalau orangnya laki-laki seperti Pak Kani pastilah bisa menjaga rahasia karena dia terlihat seperti orang yang baik. Bahkan cukup baik untuk menawarkan pekerjaan pada Abdul.

"Rumornya gak bener Pak! Alhamdulillah istri saya sehat dan baik-baik saja" jawab Abdul.

"Apa mas yakin???" Tanya Pak Kani sekali lagi.

Abdul pun kembali mengangguk "Yakin Pak! soalnya kita memang sudah pernah cek sama dokter"

"Oalaahhhh.. gak bener toh" angguk Pak Kani.

Lalu dia melanjutkan "Tapi kenapa kalian tidak punya anak?? bukannya kalian sudah menikah selama 6 tahunan"

"Sebenarnya masalah ada sama saya Pak!" Jawab Abdul terbuka begitu saja.

"Maksud kamu??" tanya Pak Kani mulai bersemangat.

"Dokter bilang sperma saya encer dan tidak kuat untuk membuahi istri saya, bahkan hampir didiagnosis mandul" Ucap Abdul menjelaskan. Entah kenapa ada rasa lega yang mengangkat beban di dalam hati Abdul dengan bercerita seperti ini.

"Astaga!!" balas Pak Kani kaget. Tapi itu semua hanyalah sebuah kebohongan belaka karena Pak Kani seperti sudah menebak hal ini.

6 Tahun yang lalu, Abdul dan Nisa pindah ke komplek perumahan yang dihuni oleh Pak Kani. Pada awalnya, Pak Kani tidak terlalu memperhatikan kedua pasangan pengantin tersebut karena mereka terkenal dengan citra alim dan baik-baik. Dan bukan karena Pak Kani orang jahat, hanya saja dia cukup skeptis dan sentimental dengan orang-orang seperti Abdul dan Nisa yang bisa dikatakan sudah berhijrah.

Namun seiring berjalan waktu, Pak Kani pun akhirnya menyadari tentang "berlian" macam apa yang tengah tertutup oleh baju kurung dan pakaian syar'i istri Abdul tersebut. dan Semuanya berawal dari ketidaksengajaannya melihat tubuh telanjang Nisa yang begitu molek dan menggoda hasrat dan birahi pria manapun.

Saat itu keluarga Pak Kani sedang mengadakan khitanan anak bungsu mereka dan membuat pesta kecil-kecilan dengan mengundang warga sekitar termasuk Abdul dan Nisa. dan diKarenakan hujan lebat, Abdul dan Nisa pun harus sampai di rumah Pak Kani dengan basah kuyup karena waktu hujan turun mereka sedang dijalan menuju rumah Pak Kani.

Berniat baik, Pak Kani pun menawarkan pakaiannya kepada Abdul yang basah kuyup agar tidak kedinginan. Memang ukuran baju mereka berbeda, tapi karena Abdul lebih kecil dari Pak Kani, maka dia yakin kalau Abdul bisa memakai bajunya.

Pak Kani pun menuju kamarnya untuk mengambil baju salin untuk Abdul. Yang Pak Kani tidak tau, ternyata istrinya juga menawarkan hal yang sama kepada Nisa. Dan saat itulah kejadian tak terduga itu terjadi.

Pak Kani dengan santai masuk nyelonong kamarnya karena dia ingin mengambil baju di lemari, namun alangkah terkejutnya dia saat dia membuka pintu kamar, justru yang terlihat olehnya adalah tubuh mulus dan molek milik Nisa yang tengah berbugil tak berbusana satu pun. Apalagi tubuh tersebut menghadap pintu sehingga Pak Kani bisa melihat dengan jelas seluruh aset kekayaan tubuh milik Nisa.

Hijab Yang TerkoyakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang