This story for kpop fan
────୨ৎ────
・┆Thread of Destiny | 04 line┆・
Takdir selalu menemukan caranya sendiri-membelokkan, mempertemukan, dan memisahkan hati yang terhubung dalam cara yang tak terduga. Terkadang menjadi sekutu yang lembut, kadang menja...
Sebenarnya, Mirela itu sangat ingin bergabung dengan klub tech and game di sekolahnya. Namun, posisinya di sekolah ini membuatnya seperti mendapat sanksi sosial, karena semua orang berpihak pada Ricky. Ricky tidak suka jika Mirela punya teman di sekolah, apalagi terlibat dalam kegiatan yang menjadi minatnya.
Pada akhirnya ia memilih diam dan mengikuti alur, berharap bisa segera lulus SMA dan pergi jauh dari Ricky. Sekarang, sudah kelas 12, Mirela merasa waktunya semakin sibuk. Fokusnya hanya satu, lulus dengan nilai terbaik dan masuk universitas impian, lalu pergi dari rumah, bahkan kalau bisa mendapatkan uang dengan jeri payahnya sendiri.
Meskipun sang ayah sangat mampu membiayainya. Tapi bagi Mirela, itu adalah pilihan yang lebih baik. Tidak ingin Ricky menjadi penghalang yang selalu klaim apapun yang menjadi miliknya.
Namun mirela rasa belum terlambat untuk mengembangkan minatnya. Kemarin saat menggunakan komputer di sekolah, Mirela menemukan informasi mengenai acara Meetups dan Networking Events yang diselenggarakan oleh komunitas game development di hari minggu.
Sayangnya, ketika datang ke acara itu, Mirela malah bertemu dengan Gentala, bersama beberapa anak lain dari klub tech and game dari sekolahnya.
──★──
Hiro dan Ricky baru saja sampai di studio. Biasanya, jika bukan untuk berkumpul seperti ini, Javier jarang ikut.
Javier adalah wakil ketua OSIS di sekolahnya dan dikenal dengan citra baiknya. Selain sibuk dengan organisasi, cowok pecinta musik itu lebih senang menghabiskan waktunya di studio ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia juga punya studio kecil bersama teman-teman di luar sekolahnya, meskipun mereka jarang berkumpul karena kesibukan masing-masing.
Maka dari itu Javier mengizinkan Ricky, Hiro, dan Gentala untuk datang ke studionya, sekadar mengisi waktu kosong yang sering terjadi di studio.
Gentala sudah tiba lebih dulu dan tengah fokus main game di PC studio. Meskipun PC itu bekas karena Javier menggunakan yang lebih upgrade, tapi ketika Gentala iseng menyalakannya PC itu masih bagus untuk digunakan.
"Bocah, kalau gak di-samperin, mana mau ngumpul?" gumam Hiro sambil melihat Javier yang hanya rebahan di sofa.
Javier cuma nyengir lebar, tidak membatah perkataan Hiro.
Studio ini cukup luas. Begitu masuk, ada ruang utama yang mereka tempati sekarang, sementara alat-alat lainnya disimpan di ruang sebelah, studio inti.
Ricky segera menghampiri Javier lalu high five. Javier mengubah posisinya, dan memberi ruang untuk Ricky duduk.
Sementara itu, Hiro langsung keluar, katanya mau ngerokok.
"Gue tadi ketemu Mirela," kata Gentala, tanpa menolehkan wajahnya dari layar PC.
"Darimana tuh cewek?" tanya Ricky, penasaran.
"Kita satu event meetup tech tadi," jawab Gentala.
"Maksudnya kalian satu komunitas?" tanya Ricky lagi.
"Enggak, komunitas di luar sekolah ngadain meetup di coworking space. Ternyata Mirela juga ikutan," jelas Gentala, masih fokus dengan permainannya.
"Sejak kapan tuh cewek suka ngegame?" tanya Ricky, kali ini agak skeptis.
Gentala akhirnya menoleh ke belakang, fokusnya beralih ke Ricky. "Gak harus ke arah situ juga, Ky. Kayaknya dia minat jadi tech savvy deh, makanya nyambung ke sini," jawab Gentala.
"Gak bakal gue biarin dia enjoy jalani aktivitasnya," gumam Ricky, nada suaranya penuh kebencian.
"Lo masih aja kejam sama sodara sendiri," kata Javier dengan nada mengingatkan.
"Sodara? Dia bukan siapa-siapa. Sodara yang gue punya satu-satunya itu cuma Vicky," jawab Ricky tegas.
Javier sudah lelah mencoba mengingatkan Ricky, tetapi temannya itu keras kepala. Javier sendiri juga tidak suka dengan sikap kasar Ricky terhadap Mirela, dan Javier adalah satu-satunya circle Ricky yang tidak ikut untuk merudung gadis itu.
──★──
Ricky teringat bahwa tepat hari ini papinya akan pulang. Tanpa berpikir panjang, dia mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja kecil di depan sofa. “Bokap hari ini balik. Gue duluan, ya,” katanya sambil meneguk sisa iced coffee yang di beli Hiro.
“Hati-hati, bro,” sahut Javier.
“Eh Genta, di mana event lo tadi?”
“Space Lab.”
Setelah mendapat jawaban dari Gentala, Ricky segera meninggalkan studio Javier dan melajukan mobilnya menuju Space Lab. Kemungkinan Mirela masih di sekitar sana dan yang pasti gadis itu memilih jalan kaki ke karena tidak memegang uang sama sekali.
Ricky menginjak pedal gas lebih dalam. Begitu melewati Space Lab, tidak terlihat sama sekali batang hidungnya, lalu ia menyusuri arah jalan pulang, dan melihat Mirela berjalan sendiri di trotoar. Ricky segera menepikan mobilnya dan menurunkan kaca jendela.
“Cepet naik!” perintahnya tegas.
Mirela, yang jelas mengenali mobil Ricky itu menghentikan langkahnya dan menatapnya dengan alis berkerut.
Ricky mendesah kesal, "Lo ngerti bahasa manusia, gak sih?” tegur Ricky karena Mirela hanya diam.
“Lo mau ngapain?” Mirela balas dengan nada curiga.
“Kita pulang sekarang. Papi gue pulang hari ini.”
Mirela mengangkat bahu. “Ya udah, lo duluan aja. Gue bisa jalan kaki.” ia melanjutkan langkahnya, berusaha tidak memedulikan Ricky.
Kesal, Ricky turun dari mobil, mengejar Mirela, dan menariknya dengan paksa ke dalam mobil. Sang gadis mencoba memberontak, tapi tenaga Ricky jauh lebih kuat.
“Gue nggak mau pulang bareng lo!” protes Mirela, berusaha melepaskan diri. Namun, pada akhirnya, dia menyerah.
Pasrah pada akhirnya, tapi tetap saja Mirela selalu takut terjadi sesuatu ketika ia berada dalam mobil ini, entah mungkin nanti Ricky menurunkannya di tengah jalan atau justru membawanya ke tempat lain yang lebih jauh, selalu seperti itu.
Namun, keheranannya bertambah saat Ricky mengantarnya dengan aman sampai rumah. Saat Mirela hendak masuk ke kamarnya, Ricky yang sudah lebih dulu masuk itu menahan pintu kamar Mirela, menyimpan dompet serta ponselnya di atas nakas secara asal.
Mirela aman selama ditinggal orang tuanya, hingga nanti papinya pulang tak ada masalah apapun mengenai Mirela.
Meskipun Ricky punya banyak rasa kesal pada papinya, dia juga punya ketakutan terbesar, bahwa ia mungkin tidak akan dipertemukan dengan Vicky lagi jika melakukan kesalahan.
Janji papinya adalah satu-satunya harapannya, selama Ricky menjaga Mirela dengan baik, papinya akan mempertemukannya dengan Vicky.
Argh! Justru Mirela itu penyebab Vicky pergi dari rumah ini, namun mengapa papi begitu sangat menyanyangi sosok gadis perempuan yang bukan anak kandungnya sendiri? Ricky benci fakta ini.