Second Accident

25 2 0
                                    


Author POV

Dinda mengerjapkan matanya dan mulai membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Arka yang sedang tertidur disisi ranjang uks disebelahnya.

Ia mengernyitkan dahi bingung,
"Bukannya tadi yang nemenin gua Rena ya. Kenapa jadi Arka yang ada disini?" Ucapnya lirih.

Dinda merasakan kepalanya masih sedikit pusing namun ia sudah merasa jauh lebih baik saat ini. Saat ia ingin mengangkat tangannya, ia baru menyadari tangannya yang digenggam sejak tadi. Ya, Arka terus menggenggam tangannya selama ia tertidur.

Dinda tersenyum tipis lalu perlahan melepaskan tangannya dari genggaman Arka. Namun gerakan itu sama sekali tidak mengusik tidur lelaki didepannya ini.
"Pules banget tidurnya ni anak" ujarnya

Dinda melirik jam dinding yang ada didepannya, 07.40. Sebentar lagi bel jam pelajaran kedua akan berbunyi. Dan menurut feelingnya, Arka pasti dihukum oleh gurunya karna datang telat tadi pagi. Kalau tidak mana mungkin ia bisa berada disini sekarang.

Dinda sangat mengenal Arka, dan cabut dari pelajaran sama sekali bukan gayanya. Yang ia kenal, Arka adalah siswa yang rajin, pintar -terutama pada pelajarn biologi- dan tidak pernah macam-macam. Tapi bukan berarti Arka sejenis cowo cupu yang jarang bergaul dan selalu mojok diperpustakaan, tidak sama sekali.

Arka selalu bisa membagi waktu antara sekolah dan kehidupan pribadinya. Ia sangat cepat tanggap dan tidak pernah kesulitan dalam belajar. Dan yang paling penting, ia tidak pernah pelit ilmu dan selalu mau mengajari temannya termasuk Dinda tentunya.

Ya, harus ia akui nilai akademisnya sejak dulu tidak pernah diatas Arka, namun juga tidak jelek. Standar, itulah Dinda dalam hal akademis. Lain lagi dalam hal pergaulan, Dinda lebih banyak memiliki teman daripada Arka berkat sifatnya yang ceria, supel dan mudah dekat dengan orang. Sedang Arka lebih kalem dan cenderung.. Cool? Ya, itulah pendapat beberapa temannya yang entah harus ia akui atau tidak. Yang pasti satu hal yang mutlak tentang Arka, RESE!

"Duh, mesti gue bangunin nih." Pikirnya setelah beberapa saat melamun.

Dinda memperhatikan wajah Arka lalu berfikir cara apa yang paling tepat untuk membangunkan sahabatnya ini.

"Ahaa, gue tau! Satu..dua..tiga!!"

"Aawww!!" Teriak Arka refleks dan langsung terbangun ketika bulu kuduknya dicabut dengan sangat tidak manusiawi oleh Dinda. Sedangkan pelakunya malah tertawa terbahak-bahak melihat 'keberhasilannya' kali ini.

"Hahaha, good morning Arkaa. Ayo bangunn kebo banget sih jadi cowo!" Goda dinda dan bangkit duduk.

"Oh,jadi lo ngajak perang nih ceritanyaa!" Arka memasang muka "devil" nya dan mulai mendekat kearah Dinda. Dinda yang tau apa yang akan dilakukan setan satu ini langsung bersiap-siap dengan wajah sok galaknya.

"Heh, mau ngapain lo! Awas aja lo Arka kalo berani.."

"Teeetttttttt"
Bunyi bel pergantian jam pelajaran berbunyi dan menghentikan Arka yang baru akan melancarkan aksinya untuk mengelitiki Dinda yang merupakan kelemahan gadis itu.

"Weee.. sukurin lo gabisa bales guee hahaha" ujar Dinda yang langsung turun dari ranjang uks sebelum Arka melanjutkan aksinya lagi.

Arka melipat kedua tangannya didada dan menatap kearah Dinda yamg sedang merapihkan seragamnya yang agak kusut.

"Lo udah sembuh?" Tanyanya. Ia menghampiri Dinda dan.meletakan telapak tangannya didahi gadis itu untuk memeriksa suhu badannya.

"Ihh Arka, poni gue jadi berantakan tauu" protes Dinda karna Arka menyibakkan poninya saat akan memeriksa dahinya.

Arka hanya tersenyum tipis, sedangkan Dinda sibuk merapihkan poninya.

"Udah nggak panas. Emang sih ya,kalo bebek sakit dikasih molor dikit juga langsung berkoar-koar lagi.." kata Arka yang langsung membuat Dinda melotot.

"Gausah melotot-melotot, tambah jelek. Udah ayo keatas, nanti gue kena omel lagi" ucapnya sambil menggandeng -lebih tepatnya menyeret- Dinda keluar tanpa menghiraukan ocehan gadis itu.
***

"Arkaa tungguin kaliii.." protes Dinda yang tertinggal 3 anak tangga dari Arka sudah setengah jalan.

"Makanya jangan lelet, udah tau gua lagi buru-buru.." Arka berhenti dianak tangga tengah dan menengok kearah Dinda.

"Yaudah sana lo duluan aja!"

"Yaelah pake ngambek segala, ayo buruan gue tungguin"

Tap..tap..tap..

"Gausah!" Ujar Dinda saat sudah sejajar dengan Arka masih dengan gaya 'sok' ngambeknya.

"Huuu dasar drama Queen.." ejek Arka sambil mengacak pelan rambut Dinda.

"Ish, kebiasaan deh! Berantakan tau.." protes Dinda lagi yang membuat Arka terkekeh.

"Woy!! Malah pacaran ditangga lagi nih bocah berdua!" Mereka berdua menengok ke sumber suara yang ternyata adalah Tama. Ia berdiri diujung tangga sambil berkacak pinggang dan menggelengkan kepala seolah habis melihat adegan asusila

"Ckckck.." decak Tama saat Dinda dan Arka kini sudah sampai diatas.

"Cakcekcakcek mata lu tuh picek! Udah ah gua mau kekelas, Daa.." Dinda pun melenggang pergi menuju kekelasnya, meninggalkan Arka dan Tama.

"Din, bilangin Saski nanti istirahat jangan lupa makan!" Ucap Tama agak kencang yang dibalas oleh Dinda dengan mengangkat tangan kanannya yang membentuk huruf O tanpa menengok.

"Sejak kapan lo jadi babysitternya Saski?" Ejek Arka

"Sialan lo. Itu namanya gua perhatian sama calon pacar!" Ujar Tama membela diri.

"Iyadeh iyaa" Arka pun pergi menuju kelas mendahului Tama membuat Tama melongo.

"Perasaan gue yang disuru Bu manggil dia, kenapa jadi dia yang nyelonong duluan? Kamprett" Ucapnya pelan dan segera menyusul teman sebangkunya itu.
***

Dion melangkahkan kakinya melewati lorong untuk menuju keruang guru. Ya, saat sedang menghakimi Anwar yang menurutnya adalah biang kerok kasusnya kali ini ia mendapat 'panggilan' untuk menemui wali kelasnya. Ia sendiri tidak mengerti kenapa guru-guru dikelasnya hobi sekali mengadukannya pada Bu Ambar -wali muridnya- tiap ia membuat masalah.

Ia memang sudah sering dipanggil keruang guru seperti ini, tapi justru itu yang membuatnya agak was-was kali ini. Entah mengapa feelingnya berkata kali ini ia tidak akan seberuntung sebelumnya, apalagi tadi Mrs.Reina membawa-bawa soal posisinya sebagai atlet taekwondo sekolah. Tidak biasanya, mendadak ia khawatir apa yang akan disampaikan Bu Ambar nanti bukan sekedar omelan dan peringatan seperti sebelumnya.

Dion mengacak-acak rambutnya dan menghembuskan nafas berat, tiba-tiba

Tap..tap..tap.. Duggg!!

"Aww!!"

"Woy, kalo jalan yang bener dong!"

"Lo?"

"Lagi?"
***

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LovtangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang