ARKA POV
Sepanjang perjalanan Dinda tak henti-hentinya berkoar. Ia takut kami akan terlambat sampai disekolah. Hah, padahal kalaupun kami akhirnya terlambat itu semua sudah jelas salahnya. Ia sudah membuang-buang waktuku yang harusnya ku gunakan untuk bersiap-siap dengan mendengarkan ocehan paginya yang sangat berefek buruk bagi telingaku.
Dulu ketika rumah ku dan Dinda masih berdekatan kami memang hampir selalu berangkat sekolah bersama. Namun sejak aku pindah rumah, ia lebih sering diantar kak Riko. Mungkin dia kasihan jika aku tiap hari harus putar jalan dulu untuk menjemputnya. Baguslah kalau dia tau diri, haha.
Tapi sebenarnya aku tidak keberatan jika harus mengantarnya lebih sering. Toh, itu yang dulu selalu aku lakukan, jadi tidak ada masalah.
Kami berdua berteman sejak umur 10 tahun dan ketika SMP kami bersekolah disekolah yang sama sampai sekarang kami sudah duduk di kelas 2 SMA. Bisa dibayangkan betapa bosan nya aku mendengarkan koaran dan ocehan nya setiap hari, sepertinya telingaku bahkan sudah kebal mendengar kemampuan bicaranya yang diatas rata-rata itu. Sampai akhirnya tiga bulan yang lalu aku dan keluargaku pindah rumah, memang tidak terlalu jauh namun cukuplah untuk mengurangi kemungkinan kerusakan pendengaran yang akan kuderita bila terus-terusan hidup hanya berbatas tembok dan pagar dari si Bebek itu haha.
Setelah melalui perjalanan kurang lebih 10 menit dari rumah Dinda, akhirnya kami tiba di sekolah tercinta kami SMA PELITA HARAPAN. Akhirnya si Bebek itu bisa siam juga setelah aku berhasil mengantarnya kesekolah tanpa terlambat.
"Apa gue bilang, kita gak akan terlambat. Malah kalo tadi lo bisa diem sedikitt aja, kita pasti udah sampai dari 5 menit yang lalu." Kataku setelah ia turun dari motor.
"Heh, apa hubungannya gue ngomong atau diem sama kecepatan motor lo. Lo nya aja tuh lelet bawa motornya." Katanya membela diri
"Oh gitu, okey besok-besok lo jangan nebeng gue lagi ya kalo ka Riko lagi gak ada, kan gue lelet bawa motornya. Mending lo nebeng sama Mas Dudung aja noh tukang ojeg deket rumah lo biar dibawa ngebut." Balasku
"Hahaha, cieee ngambek nih ceritanya hah? Mana mau gue sama dia, udah keteknya bau asem, bayar lagi. Mending sama lo, biar lelet tapi kan gratis hehe. Udah ah gue kekelas duluan yaa. Bye Arka jelekkkk"
Aku hanya terkekeh melihat tingkahnya. Aku jamin dalam hitungan ketiga ia pasti akan berbalik menghampiriku lagi. Satu... dua... ti... Dan benar saja belum sampai hitungan ketiga ia berbalik berjalan kearahku dengan menahan malu hahaha.
"Apa lo ketawa-tawa?? Nih, helm lo gue balikin. Gue lupa." Ia menyerahkan helm ku yang tadinya masih bergantung manis di kepalanya dan segera berlari meninggalkan parkiran.
Aku tak tahan untuk tidak menertawai kebodohannya, selain berisik Dinda memang sangat ceroboh dan pelupa.
Hah, sejujurnya aku tidak pernah bosan menghadapi tingkahnya setiap hari. Malah, mungkin aku akan sangat kehilangan apabila sehari saja tidak melihat dan mendengar suaranya.
***
DINDA POV
Menyebalkannnnn! Dalam kurun waktu kurang dari 1 jam si Arka rese itu sudah bikin aku malu dua kali. Huh, dari dulu tiap kali aku ingin menjaili atau mengejeknya selalu malah aku yang dipermalukan olehnya.
Sial.. kenapa aku ditakdirkan untuk mempunyai sahabat yang sangat menyebalkan seperti dia?!
Tunggu dulu. Sahabat? Cih, bahkan posisi itu sepertinya terlalu bagus buat dia, tapi apalagi sebutan yang pantas? Kurasa tidak ada. Karna hanya dialah satu-satunya orang yang paling aku kenal dengan baik luar dalamnya, begitu juga sebaliknya.
Kami berdua sudah saling mengenal sifat asli masing-masing. Jadi tidak ada lagi yang namanya gengsi apalagi jaim diantara kami. Tapi justru itulah yang membuat dia begitu mudah menjatuhkan harga diriku dan membuatku malu seperti kejadian tadi.
Tapi diluar sifat menyebalkannya itu, hanya dialah orang yang selalu ada untukku selain keluargaku tentunya. Ia juga yang selalu menghiburku dengan caranya sendiri ketika aku sedang sedih. Bahkan ketika aku sedang gembira atau memiliki masalah, dia adalah orang pertama yang terlintas diotakku untuk ku ceritakan semua yang kurasakan. Meski kadang responnya hanya sebatas kata "Ohh" atau "Masa sih?" itu tidak pernah membuatku merubah kebiasaanku untuk selalu membagi apa yang kualami dan kurasakan padanya.
Entahlah, mungkin karna kami sudah bersahabat sejak kecil jadi aku sudah sangat nyaman dan terbiasa dengan segala sikapnya, begitu juga sebaliknya.
Ketika aku sampai dikelas ku XI IPA 1, aku segera duduk dikursiku. Dan tidak lama Saski dan Rena datang dan menghampiriku.
"Tumben lu din datengnya agak siang, tadi lo dianterin sama ka Riko gue kan?" kata Saski yang merupakan teman sebangkuku.
Selain teman dekatku dikelas, dia juga fans kakak ku nomer satu sejak dulu. Lihat saja bagaimana dia mengganti nama kak Riko menjadi ka-Riko-gue.
"Nggak sas, dia dari pagi ngilang nganterin cewenya. Jadi gue terpaksa minta nebeng si Arka rese itu." kataku sebal teringat kelakuan Arka tadi.
"Apaa din? Kak Riko gue pagi-pagi udah ngapelin cewenya yang jutek itu? Ahhhh gue galau mendadak nihh, lo si masih pagi udah ngasih bad news ajaa." Balasnya dengan air mukanya yang berubah cemberut.
"Yaelahh lebay banget si lo sas, gak usah sok-sok galau gitu deh. Udah ada si Tama juga tuh yang setia nungguin lo dari jaman bahela hahaha." Kata Rena membuat Saski langsung memutar mata dengan malas.
"Hahaha iya bener banget lo Ren, kasian tau si Tama. Gue tuh diceritain Arka kalo dia masih cinta mati sama lo ampe sekarang. Udah lo terima dia aja daripada ngarepin abang gue yang jelas-jelas udah ada penunggunya." timpalku.
"Teeettttttttt"
Saski baru saja hendak membalas ucapanku ketika tiba-tiba bel masuk berbunyi dan murid-murid yang semula diluar kelas berhambur masuk kedalam.
"Awas yaa kalian, gue ngambek setaun gak mau ngomong sama lo berdua. Huh." Katanya dan memalingkan wajahnya dari ku yang duduk disebelah kirinya, sedangkan Rena duduk di bangku didepan ku.
Aku dan Rena pun hanya terkekeh mendengar ucapannya dan mulai fokus pada guru killer kami yang baru memasuki kelas, on time sekali bukan? Saski memang selalu pura-pura ngambek saat digoda oleh kami berdua, tapi itu tidak pernah bertahan lama. Aku jamin beberapa menit lagi juga dia akan kembali seperti biasa haha.
***
Ketika waktunya pulang kami bertiga kembali membahas aksi ngambeknya Saski tadi sambil membereskan buku-buku kami. Itu memang menjadi hiburan tersendiri bagi aku dan Rena untuk menggoda dia dengan hal yang tidak jauh-jauh dari Tama.
Kalau bersama Arka mana bisa aku seperti ini, yang ada aku yang menjadi bulan-bulanan dia.
Tiba-tiba ada pesan masuk dihandphone ku. Hah, ternyata dari Arka. Baru saja aku berfikir tentang dia, akupun membuka pesan darinya.
From : Arka jelek
Lo nelor ya dikelas? Gue udh didket parkiran sm tama. Mau plg brg ga? Klo lama gue tggl!Setelah membaca pesan darinya aku baru sadar bahwa dikelas ini yang tersisa tinggal kami bertiga. Akupun segera mengajak Saski dan Rena yang masih sibuk saling adu ledekan untuk segera keluar kelas.
"Ren, Sas, udahan yuk udah sepi nih. Arka udah nungguin gue diparkiran. Sama Tama juga lohh hahaha. Ayo!" aku segera menarik tangan mereka keluar dari kelas dan tidak menghiraukan Saski yang mulai merajuk lagi.
***
TBC... ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovtangle
Teen FictionARKA POV Aku sudah berjanji akan selalu menjaga dia. Tapi kini dia memilih orang lain untuk menjaganya. Apa yang bisa aku lakukan selain ikut bahagia untuknya? Aku sangat menyayanginya, atau mungkin lebih dari itu? DINDA POV Aku merindukannya, aku b...