DINDA POV
"Apa? Jadi lo sekarang lagi gak pake baju gitu nelfon gue? Ihh jorok banget sih lo Ar! Trus tadi lo bilang 3 menit itu? Ishh, jadi lo ngitungin waktu gue ngomong tadi? Kurang kerjaan banget sih lo! Gue kira tuh lo udah dijalan trus ngangkat telfon gue daritadi. Itukan bahaya banget Arr, kalo lo kenapa-napa, tabrakan, keserempet trek, atau ditilang polisi nanti gue kesekolah sama siapa coba??"
"..."
"Hallo.. Ar, lo denger gue ngomong nggak sih? Hallo Arkaaa.." aku kesal sendiri karna tidak ada jawaban dari Arka, langsung saja aku melihat kelayar handphone ku. Dan benar saja seperti dugaanku, dia sudah mematikan telfonnya. Dasarrr.. dia memang sangat menyebalkan, sudah memotong omonganku, sekarang dia mematikan telfonnya saat aku masih belom selesai bicara. Huh.
Aku memang sering sekali kesiangan apalagi Hari Senin seperti sekarang ini, mungkin tidurku yang terlalu nyenyak setelah kemarin seharian pergi bersama Saski dan Rena.
Sebenarnya biasanya aku berangkat kesekolah dengan diantar oleh Kak Riko, Kakak ku satu-satunya. Tapi semenjak dia jadian dengan Raya, mau tak mau aku harus mengalah kalau ka Riko sedang ingin mengantar pacarnya itu ke sekolah. Dan saat itulah aku akan mengandalkan ojeg setia ku yang sangat menyebalkan, Arka.
Raya setahun lebih tua dariku, ia sekarang kelas 3 disekolah yang berbeda denganku tentunya. Dia cantik, dan juga pintar masak karna dia sering membawakan makanan- yang ia akui sebagai masakannya -ketika mampir kerumah. Namun, aku tidak menyukainya karna menurutku dia terlalu manja dan jutek kepadaku. Sangat berbeda dengan sikapnya ke orang tuaku yang sangat dimanis-maniskan. Cih.
Setelah menata rambut ikal sebahuku, memakai sedikit bedak dan lip ice didepan cermin lalu menyemprotkan parfum favoritku, aku segera beranjak turun kebawah untuk sarapan bersama keluargaku -minus Ka Riko tentunya.
Aku menuruni tangga dengan cepat dan membuat kedua orangtuku menoleh karna mendengar hentakkan kakiku yang beradu dengan tangga.
"Akhirnya keluar dari sarang juga ni anak mah. Kirain lagi nelor makannya gak keluar-keluar." Ujar papaku yang memang paling hobi menggodaku, aku hanya cemberut dan bergabung dengan mereka dimeja makan.
"Hush papah nih, dikira anaknya ayam apa bertelor disarang.." seperti biasa mama selalu menjadi pembelaku ketika papah atau kak Riko menggodaku.
"Taunih papah pagi-pagi udah ngeledekin anaknya aja. Mama lagi nih, mana ada ayam bertelor disarang. Adanya tuh dikandang, kalo disarang itu burung mamahh.." ujarku sambil menuang air kedalam gelas, aku sengaja menggoda mamaku hehe.
"Kamu nih din. Udah mama belain juga, kok mama juga kena sih"
"Hehe, bercanda maah" aku menyunggingkan senyum kearah mamah untuk meredakan kekesalannya.
"Riko lagi keluar, kamu berangkat bareng sama Arka din?"
"Iya pah. Abis kak Riko pagi-pagi udah ngilang aja. Aku yakin mah, pah, dia pasti bukan lagi jogging tapi lagi jemput kak Raya. Isshh dasar abang durhaka" ucapku kesal.
"Dinda, gak boleh ngomong gitu. Biarinlah sekali-kali kakak kamu nganterin Raya, mereka jugakan gak banyak waktu buat ketemuan, gak kaya kamu sama Arka yang tiap hari ketemu di sekolah."
"Haha, aku gak salah denger mah? Sekali-kali dari mana mah, kak Riko tuh udah sering banget nganterin Kak Raya dan bikin aku jadi harus nebeng sama Arka. Biar gini-gini juga aku kasian sama dia harus muter kesini dulu buat jemput aku. Kalo rumah aku sama Arka masih tetanggaan kaya dulu sih gapapa" ucapku membela diri sambil mulai memakan roti dengan selai strawberry kesukaanku.
"Tumben kamu kasian sama si Arka, dari dulu juga kamu gaada kasian-kasiannya sama dia kamu suruh anterin kesini, jemput kesana, temenin kemana-mana. Ayoo jangan-jangan.."
"Tok tok tok, Assalamualaikum,," tiba-tiba suara yang sudah sangat kuhafal terdengar dan memotong ucapan papahku. Hahh, syukurlah dia sudah datang, kalo tidak papah pasti akan melanjutkan omongannya yang ngelantur itu.
"Waalaikumsalam, tuh din Arka udah nyampe. Buruan gih nanti kalian telat. Gausah didengerin, papah kamu mah ngaco" ucap mamaku. Aku pun segera bangkit setelah menghabiskan rotiku. Setelah mencium tangan mama dan papah dan mengucapkan salam aku langsung menghambur kepintu depan untuk menghampiri Arka.
Ketika aku membuka pintu, seorang lelaki dengan seragam SMA dan tas export warna hitam berdiri membelakangiku. Sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku dibelakangnya. Seketika ide jail pun muncul diotakku untuk mengagetkan orang itu yang tidak lain adalah Arka. Aku sudah bersiap-siap untuk mengagetkannya dan sedikittt lagi. Satu... dua...ti...
"Udah, gak usah pake acara ngaget-ngagetin gue deh. Buruan udah jam segini nih lelet banget sih lo" mendengar suaranya yang tiba-tiba menggagalkan rencana jahatku itu, langsung saja membuat ku ingin menjedotkan kepalaku ketembok dan menggaruk wajah tak berdosanya setelah menjatuhkan harga diriku. Huh, menyebalkannn!
"Kalo lo masih bengong disitu, gue tinggal." Ucapnya dan menyadarkanku bahwa kini dia telah duduk manis diatas motor besarnya. Segera saja aku menghampirinya dengan kesal.
"Issh, iya bawel. Rese banget sih lo. Pagi-pagi udah ngejatohin harga diri gue tau nggak!" aku memarahinya sambil meraih helm yang ia sodorkan dan segera mengenakannya dikepalaku.
"Hahaha gitu aja kesel. Makanya gausah sok-sok an mau ngagetin gue deh. Ayo buruan naek katanya gamau telat." Akupun segera menaiki motornya dan menghadiahi dia sebuah toyolan dikepalanya yang tertutup helm. Ia hanya terkekeh dan segera melajukan motornya menuju sekolah kami tercinta.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovtangle
Teen FictionARKA POV Aku sudah berjanji akan selalu menjaga dia. Tapi kini dia memilih orang lain untuk menjaganya. Apa yang bisa aku lakukan selain ikut bahagia untuknya? Aku sangat menyayanginya, atau mungkin lebih dari itu? DINDA POV Aku merindukannya, aku b...