Arka POV
"Assalamualaikum.." dari kamarku samar-samar terdengar suara wanita dari bawah. Wanita yang paling cantik dan paling kusayangi didunia ini. Bunda.
Setelah selesai mengganti seragamku dengan kaos biru dan celana hitam sedengkul, aku segera turun kebawah menyambutnya.
Disana ternyata sudah ada Cindy yang sedang bermanja-manja dengan Bunda. Setelah pulang sekolah dan mengganti pakaian, Cindy memang selalu menghabiskan waktu diruang tamu menunggu Bunda pulang kantor. Entah itu nonton tv, membaca novel, makan, belajar bahkan tidur. Yaa, anak itu memang dari kecil sangat dekat dan manja pada Bunda.
Bukan berarti aku tidak dekat dengan Bunda, hanya saja aku sebagai anak lelaki satu-satunya dan sebagai anak pertama yang menggatikan posisi ayah, tidak mungkin aku ikut-ikutan Cindy bersikap seperti anak kucing dengan induknya pada Bunda.
Aku mencium tangan Bunda lalu bergabung dengan mereka di sofa.
Wajah Bunda terlihat lelah walau ia membingkainya dengan senyuman yang selalu setia terukir diwajah cantiknya untuk kami berdua.
Aku mengambil remot tv lalu mengganti chanel yang awalnya Drama korea kesukaan Cindy.
Sesekali aku tertawa pelan dan menimpali obrolan mereka berdua saat Cindy mulai membawa-bawa namaku.
Hhh, dalam hati aku sangat ingin cepat-cepat tumbuh dewasa, lulus dari sekolah dan bekerja untuk dua wanita disampingku ini. Aku ingin Bunda tidak perlu lagi bekerja sebagai karyawan swasta dari pagi hingga sore.
Ya, sejak Ayah ku meninggal dunia 2 tahun lalu Bunda mau tidak mau harua bekerja untuk membiayai hidup kami. Karna tidak mungkin kami hanya mengandalkan uang pensiun ayah.
Pasti akan lebih baik jika Bunda bisa sarapan bersama kami tiap pagi, mengantar kami sampai depan pintu, berbelanja ditukang sayur dan mengobrol dengan tetangga-tetangga, istirahat dan melakukan hal yang ia senangi, kemudian sore harinya menyambut kami dengan senyumnya yang hangat. Pokoknya melakukan hal-hal seperti ibu rumah tangga lainnya.
Pasti itu juga hal yang diinginkan Bunda jauh dilubuk hatinya.
"Ya kan kak?" pertanyaan Cindy membuyarkan lamunanku. Aku mengernyit tidak mengerti.
"Iya apa?" tanyaku bingung.
"Tuhkaan.. Makanya jangan bengong mulu. Kebiasaan si, orang ngomong udah nyampe jerman dia masih dijonggol!" serunya padaku yang kubalas dengan jitakan pelan.
"Ih Bundaa.. Kak Arka rese banget tuh maen jitak-jitak aja!" kesalnya dan merajuk pada Bunda yang kini memelototiku sedangkan aku hanya terkekeh.
"Gausah lebay dehh.. Emang lagi ngomongin apasih? Orang kaka aja gak denger hehe"
"Tau ah, tanya Bunda aja sono!" Cindy hanya membuang muka dan cemberut. Ckck dasar anak kecil..
"Kata Cindy tadi kamu dikira maling sama tetangga baru kita yang nolongin dia pas lagi mati lampu. Ada-ada aja sihh.." Bunda tertawa pelan dan membuat Cindy juga menahan tawanya.
"Ohh, jadi soal itu. Dasar tukang ngadu.. Gak sekalian ceritain kalo kaka dipukulin pake payung hello kitty? Nih liat ampe benjol!" seruku dan menunjukkan kening sebelah kiriku yang agak membengkak.
"Ya ampun ampe benjol gini sih Ar, untung gak parah-parah banget" Bunda memperhatikan keningku sedangkan Cindy melihatnya malah menertawaiku. Dasar adik durhaka!
"Yee malah ngetawain lagi. Perutnya sakit lagi tau rasa lu!"
"Ihh ka arka gitu, nyumpahin! Lagian masih bagus benjol doang, nggak ampe amnesia. Haha" katanya menertawaiku -lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovtangle
Teen FictionARKA POV Aku sudah berjanji akan selalu menjaga dia. Tapi kini dia memilih orang lain untuk menjaganya. Apa yang bisa aku lakukan selain ikut bahagia untuknya? Aku sangat menyayanginya, atau mungkin lebih dari itu? DINDA POV Aku merindukannya, aku b...