Bab 2: Harapan Baru

0 0 0
                                    

Hari pertama di SMA terasa asing bagi Maria. Dia melangkah masuk ke gedung baru, perasaannya campur aduk. Semangat untuk memulai babak baru dalam hidupnya juga disertai dengan rasa takut dan kecemasan. Dengan perasaan ragu, dia melangkah di antara kerumunan siswa yang sibuk berbincang.

Ruang kelasnya tidak seperti yang dia bayangkan. Teman-teman baru tampak ramah, tetapi Maria tidak bisa mengabaikan rasa rindu pada Kevin dan Demian. Setiap kali dia melihat kelompok siswa lain bercengkerama, dia teringat momen-momen indah bersama sahabatnya. Hatinya terasa berat.

Di kelas, guru mulai memperkenalkan materi pelajaran. Maria berusaha berkonsentrasi, tetapi pikirannya melayang pada sahabatnya. Dia mengingat janji untuk tetap berhubungan, tetapi kenyataan bahwa mereka terpisah oleh sekolah yang berbeda membuatnya merasa kesepian.

Setelah jam pelajaran selesai, Maria duduk di kantin sambil mengamati teman-teman sekelasnya. Dia berusaha berbaur, tetapi ada sesuatu yang hilang. Dia merindukan tawa Kevin dan pandangan mengerti dari Demian. Saat dia mengaduk makan siangnya, pikirannya kembali pada pesan terakhir mereka di grup chat.

"Tetap semangat, ya! Kita pasti akan bertemu lagi," tulis Kevin. Dia tersenyum kecil, tetapi air mata menggenang di matanya.

Hari-hari berikutnya, Maria berusaha menyesuaikan diri. Dia mulai mengenal teman-teman baru dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Namun, setiap kali dia merasa mulai nyaman, bayang-bayang Kevin dan Demian muncul kembali. Dia merasa terasing dalam kerumunan yang ramai.

Di sekolah, berita tentang Kevin yang dekat dengan gadis baru mulai terdengar. Maria tidak bisa menghindari perasaan cemburu dan sakit hati. Dia berusaha berpura-pura tidak peduli, tetapi hatinya bergetar setiap kali mendengar namanya disebut. Di sisi lain, Demian juga merasakan perasaan yang sama, terjebak antara sahabat dan cinta yang tidak terungkap.

Suatu hari, saat Maria berada di taman sekolah, dia melihat sekelompok siswa berkumpul. Dia mendekat dan mendapati mereka sedang berbicara tentang acara sekolah. Tiba-tiba, dia mendengar nama Kevin. "Kevin beneran dekat sama Lisa, ya? Mereka sering ketahuan bareng."

Maria merasakan sesuatu di dadanya. Dia merasa marah, tetapi juga sakit. Mengapa Kevin tidak memberitahunya? Mengapa dia tidak bisa mendiskusikan ini dengannya? Di saat yang sama, dia merasa bingung dengan perasaannya sendiri.

Ketika pulang, Maria merenungkan segalanya. Dia ingin berbicara dengan Kevin, tetapi rasa cemburu menghalanginya. Dia tidak ingin terlihat lemah di hadapannya. Sementara itu, Demian juga merasakan beban yang sama. Dia ingin memberi tahu Maria tentang perasaannya, tetapi rasa takut untuk merusak persahabatan mereka membuatnya terdiam.

Hidup mereka semakin rumit. Setiap hari, mereka berjuang untuk mengatasi rasa rindu, cemburu, dan ketidakpastian tentang masa depan. Mereka merasa terjebak dalam lingkaran yang tidak berujung, di mana masing-masing tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

Malam itu, Maria berbaring di tempat tidurnya, merenungkan semua yang terjadi. Dia tahu dia harus berbuat sesuatu. Dia tidak ingin kehilangan sahabatnya, tetapi dia juga tidak bisa terus-menerus menyimpan perasaannya. Dia harus menghadapi kenyataan dan mengambil langkah maju.

Dia mengambil ponselnya dan mulai mengetik pesan kepada Kevin. "Hai, Kevin. Kita perlu bicara." Namun, ketika dia melihat foto-foto kenangan mereka, hatinya kembali bergetar. Dia menghapus pesan itu dan berbaring dengan kesedihan.

Jalan BerpisahWhere stories live. Discover now