Bab 3: Ketegangan yang Meningkat

1 0 0
                                    

Hari-hari di SMA baru Maria terasa berat. Meskipun dia berusaha bersikap positif, perasaan rindu akan kebersamaan dengan Kevin dan Demian terus menghantuinya. Suasana kelas yang baru, guru-guru yang belum dikenal, dan teman-teman baru yang lebih akrab membuatnya merasa seperti ikan di luar air. Dia merindukan canda tawa bersama Kevin dan Demian, dua sahabatnya yang selalu menjadi sandaran.

Di sekolah barunya, Maria mulai beradaptasi, tetapi selalu ada yang mengganjal di hatinya. Setiap kali dia melihat grup-grup siswa berkumpul dan tertawa, bayangan Kevin dan Demian muncul di benaknya. Rindu itu terus-menerus mengganggu, mengingatkan bahwa persahabatan mereka kini terpisah oleh sekolah yang berbeda. Meskipun mereka berjanji untuk tetap berhubungan, kenyataan tidak selalu seindah harapan.

Di tengah rutinitasnya, Maria merasa terasing. Suatu pagi, saat istirahat, dia duduk sendirian di sudut ruang kantin, mengamati teman-teman sekelasnya berbincang dengan ceria. Sebuah kelompok siswa di dekatnya terlihat sangat akrab, dan tawa mereka membuat Maria merasa semakin kesepian. Dia menyeduh kopi, berharap bisa menghangatkan hatinya yang dingin.

Sementara itu, Kevin dan Demian juga menjalani hari-hari mereka di sekolah baru. Kevin, yang terkenal dengan kepribadiannya yang ceria, berusaha beradaptasi dengan cepat. Dia berteman dengan banyak orang, tetapi di dalam hatinya, dia merasa ada yang hilang. Dia sering teringat akan Maria dan betapa mereka bersenang-senang saat masih bersama. Lisa, teman sekelasnya yang kini sering bersamanya, berusaha mendekatkan diri, tetapi di matanya, Kevin hanya melihat bayangan Maria.

Suatu sore, saat istirahat, Kevin melihat Lisa berdiri bersama beberapa teman di lapangan. Dia merasa sedikit canggung, tetapi Lisa tersenyum dan mengajaknya bergabung. "Kevin, ayo main bola! Kami butuh satu pemain lagi!" katanya ceria. Kevin merasa sedikit terpaksa, tetapi dia mengangguk dan mengikuti Lisa.

Di lapangan, Kevin berusaha fokus bermain, tetapi pikirannya terus melayang ke Maria. Dia teringat semua kenangan mereka, saat-saat indah di mana mereka bertiga selalu bersama. Rasa cemburu menyelusup saat melihat Lisa dekat dengannya. Meskipun Lisa baik dan menyenangkan, Kevin merasa tidak ada yang bisa menggantikan Maria.

Di sisi lain, Demian juga merasakan hal yang sama. Meskipun dia tidak bisa berada di dekat Maria setiap hari, dia selalu berusaha untuk mengetahui kabar Maria. Suatu malam, dia memutuskan untuk menghubungi Maria melalui pesan singkat.

"Hey, Maria. Gimana sekolah barumu? Aku harap kamu baik-baik saja," tulis Demian.

Maria menerima pesan itu dan merasa sedikit lega. Meskipun mereka terpisah oleh jarak, mendengar dari Demian membuatnya merasa dekat. Dia membalas pesan itu dengan cepat.

"Hai, Demian! Sekolah baru agak sulit, tapi aku akan berusaha. Aku merindukan kalian berdua!" jawab Maria.

Obrolan mereka berlanjut, dan Demian merasa senang bisa terhubung dengan Maria lagi. Mereka membicarakan berbagai hal, dari kesulitan beradaptasi hingga rindu akan kebersamaan mereka. Namun, di dalam hatinya, Demian merasa tertekan. Dia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Maria, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya tanpa merusak persahabatan mereka.

Keesokan harinya, Maria kembali ke sekolah dengan semangat baru. Dia bertekad untuk lebih terbuka dan bersosialisasi dengan teman-teman barunya. Di kelas, dia mulai berbicara dengan beberapa siswa dan mencoba bergabung dalam kelompok belajar. Namun, ketika dia melihat foto-foto Kevin di media sosial bersama Lisa, hatinya terasa hancur. Dia berusaha menenangkan diri, tetapi perasaan cemburu itu terus membara.

Suatu sore, saat pulang sekolah, Maria memutuskan untuk berjalan-jalan di taman untuk menghilangkan penat. Taman itu adalah tempat yang selalu mereka kunjungi bertiga. Saat dia duduk di bangku taman, kenangan indah bersama Kevin dan Demian kembali membanjir di pikirannya. Tawa mereka, canda tawa, semuanya terasa begitu nyata, tetapi kini hanya tinggal bayangan.

Sementara itu, Kevin dan Lisa sedang berada di taman yang sama, tidak jauh dari tempat Maria duduk. Kevin merasa senang bisa bersenang-senang dengan Lisa, tetapi di sudut hatinya, dia merindukan Maria. Saat dia menoleh, dia melihat sosok Maria duduk sendirian di bangku. Hatinya bergetar. "Aku harus pergi menjenguknya," pikirnya.

Kevin meminta izin kepada Lisa dan bergegas menuju Maria. "Hey, Maria!" dia menyapa dengan suara ceria. Maria menoleh dan tersenyum, tetapi ada rasa sedih di matanya.

"Kevin, hai! Apa kabar?" Maria bertanya, berusaha terdengar ceria.

Kevin duduk di sebelahnya. "Aku baik, baru-baru ini bermain dengan Lisa. Bagaimana denganmu? Masih beradaptasi?"

Maria mengangguk. "Ya, sedikit demi sedikit. Tapi aku merindukan kalian."

"Begitu juga aku. Kita harus sering-sering bertemu," kata Kevin, sambil tersenyum. Namun, ketika dia melihat ekspresi Maria, dia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Mereka berbincang-bincang tentang hal-hal kecil, tetapi suasana terasa canggung. Kevin merasakan ketegangan di antara mereka. "Maria, ada yang ingin aku bicarakan," katanya dengan hati-hati.

Maria menatapnya. "Apa itu?"

Kevin menarik napas dalam-dalam. "Tentang Lisa. Aku tahu kita sudah berpisah, tetapi aku merasa bingung. Dia baik, tetapi aku... aku merasa ada sesuatu yang kurang."

Maria menelan ludah, perasaannya campur aduk. "Kevin, aku... aku juga merasa bingung. Melihat kalian bersama membuatku merasa cemburu."

Mendengar pengakuan itu, hati Kevin bergetar. "Kita perlu membicarakan ini lebih lanjut. Mungkin kita bisa mencari jalan tengah."

Saat itu, Demian muncul di taman. Dia melihat Kevin dan Maria duduk bersama dan merasakan ketegangan di antara mereka. Hatinya bergetar melihat kedekatan itu, dan dia merasa tidak ingin mengganggu.

"Hey, kalian berdua!" Demian menyapa, berusaha bersikap ceria. "Apa yang kalian bicarakan?"

Kevin berusaha tersenyum. "Kami hanya berbicara tentang sekolah dan bagaimana kami beradaptasi."

Demian merasakan ketidaknyamanan di udara. "Bagaimana dengan kalian? Apakah semuanya baik-baik saja?" Dia berharap Maria tidak merasa tertekan.

Maria mencoba tersenyum. "Iya, semuanya baik. Kami sedang berusaha menjalin kembali persahabatan."

Ketiga sahabat itu menghabiskan waktu di taman, tetapi suasana terasa berat. Maria merasa terjebak di tengah antara dua sahabat yang sama-sama dia cintai. Dia ingin menjaga hubungan mereka tetapi juga tidak ingin menyakiti hati siapa pun.

Saat matahari mulai terbenam, Maria menyadari bahwa mereka perlu mencari jalan keluar dari ketegangan ini. "Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan? Kita semua berusaha untuk jujur satu sama lain tentang perasaan kita," katanya.

Kevin dan Demian saling memandang, kemudian mengangguk. "Itu ide yang bagus," kata Kevin. "Kita harus berkomitmen untuk tidak membiarkan perasaan mengganggu persahabatan kita."

Maria merasa lega mendengar kata-kata itu. Dia berharap kesepakatan ini akan membantu mereka melalui masa-masa sulit ini. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir, dan ketegangan antara mereka akan terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Malam itu, ketika Maria pulang ke rumah, dia merenungkan segala sesuatu yang terjadi. Dia merasa terjebak dalam perasaan yang rumit dan tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Di satu sisi, dia ingin tetap dekat dengan Kevin, tetapi di sisi lain, dia tidak ingin menyakiti Demian, yang selalu ada untuknya.

Maria menghabiskan malamnya dengan merenung, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Di tengah kebingungan itu, dia bertekad untuk menjaga persahabatan mereka meskipun semua perasaan ini terasa semakin rumit.

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan ketegangan yang semakin meningkat. Maria, Kevin, dan Demian terus berusaha untuk beradaptasi dengan kenyataan baru mereka, tetapi setiap pertemuan semakin menyentuh perasaan masing-masing. Ketika Maria melihat Kevin dan Lisa bersama, rasa sakitnya semakin mendalam, dan dia mulai meragukan apakah kesepakatan mereka bisa bertahan.

Namun, di balik semua itu, Maria tetap berusaha untuk bersikap kuat. Dia tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai, dan satu hal yang pasti: persahabatan mereka akan menghadapi ujian yang lebih berat di depan.

Jalan BerpisahWhere stories live. Discover now