Hari-hari berlalu setelah mereka lulus, dan Maria masih berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya di SMA. Suasana di sekolah baru terasa berbeda. Meskipun dia berusaha bersosialisasi, rasa kesepian terus menghantui. Maria merasa seperti dia terjebak dalam rutinitas yang monoton, tanpa Kevin dan Demian di sisinya.
Malam itu, Maria duduk sendirian di kamarnya, menatap layar ponselnya. Dia membuka pesan terakhir dari Kevin dan Demian, mengingat semua kenangan indah yang pernah mereka bagi. Dia merindukan tawa mereka, percakapan tanpa akhir, dan momen-momen sederhana yang membuatnya merasa hidup. Dengan rasa putus asa, dia memutuskan untuk menghubungi mereka.
"Hey, apa kabar? Aku merindukan kalian!" tulisnya, sebelum menekan tombol kirim.
Beberapa menit kemudian, ponselnya bergetar. Itu adalah pesan dari Kevin. "Aku merindukanmu juga, Maria. Kita harus bertemu lagi."
Jantung Maria berdebar. Dia tidak tahu bagaimana mereka bisa bertemu, tetapi harapannya kembali menyala. "Kapan? Di mana?"
Kevin membalas, "Bagaimana kalau akhir pekan ini? Kita bisa ke taman yang biasa kita kunjungi."
Maria merasa senang. "Baiklah! Aku tidak sabar!"
Akhir pekan itu tiba, dan Maria bersemangat. Dia mengenakan pakaian terbaiknya, berharap bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman tercintanya. Saat dia tiba di taman, dia melihat Kevin dan Demian sudah menunggu. Keduanya terlihat ceria, dan Maria merasa jantungnya berdegup kencang.
"Hey! Akhirnya kita bertemu!" seru Kevin, melangkah maju dan memeluknya.
"Ya, aku merindukan kalian!" balas Maria dengan senyuman.
Mereka duduk di bangku taman, berbagi cerita tentang kehidupan mereka di sekolah baru. Maria merasa lega bisa berbicara dengan mereka lagi. Dia merasakan kehangatan persahabatan yang mulai padam.
"Jadi, bagaimana kehidupan barumu?" tanya Demian.
"Rasanya aneh tanpa kalian. Aku masih berusaha untuk beradaptasi," jawab Maria, tersenyum tipis.
Kevin mengangguk. "Kami merasakan hal yang sama. Sulit berpisah, tapi kita harus saling mendukung."
Mereka menghabiskan waktu berjam-jam berbicara, tertawa, dan mengenang momen-momen indah di masa lalu. Ketika matahari mulai terbenam, Maria merasa seolah-olah tidak ada jarak yang memisahkan mereka.
"Maria," Kevin memulai, menatapnya dengan serius. "Aku ingin kita bisa melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar bertemu. Aku ingin kita mengadakan reuni setiap tahun. Kita harus tetap terhubung."
Maria merasa terharu. "Itu ide yang bagus, Kevin. Aku ingin kita selalu bersama, tidak peduli di mana kita berada."
Demian menambahkan, "Kita bisa membuat grup chat, dan kita akan selalu saling update tentang kehidupan kita."
Mereka sepakat untuk melakukan itu, dan Maria merasa beban di pundaknya sedikit berkurang. Dia tahu persahabatan mereka masih bisa bertahan meski jarak memisahkan.
Namun, saat Maria berjalan pulang malam itu, dia merasa ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya. Dia tidak bisa mengabaikan rasa cemas yang terus membayangi. Meskipun mereka berusaha untuk tetap terhubung, dia tahu bahwa kehidupan mereka tidak akan pernah sama.
Minggu-minggu berlalu, dan meskipun mereka berkomunikasi secara teratur, Maria merasakan pergeseran dalam hubungan mereka. Dia mulai menyadari bahwa Kevin dan Demian memiliki teman-teman baru di sekolah mereka, dan meskipun mereka berusaha menjaga komunikasi, ada hal-hal yang tidak bisa terhindarkan.
Suatu malam, Maria menerima pesan dari Kevin. "Maria, ada yang perlu kita bicarakan."
Jantungnya berdebar. "Apa itu?" balasnya, merasa cemas.
YOU ARE READING
Jalan Berpisah
Teen FictionSetelah lulus SMP, Maria, Kevin, dan Demian menghadapi tantangan baru saat masuk SMA. Persahabatan mereka diuji oleh perpisahan dan cinta segitiga yang rumit. Ketika perasaan terpendam muncul dan keputusan sulit harus diambil, mereka berjuang untuk...