Hari kelulusan akhirnya tiba, dan Maria merasakan campur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan. Dia mengenakan gaun sederhana, tetapi terasa istimewa karena mengingat semua kenangan yang telah dilalui bersama Kevin dan Demian. Suasana di sekolah terasa penuh dengan semangat, tetapi di dalam hati Maria, ada rasa berat yang tak bisa dihindari.
Setelah upacara kelulusan yang meriah, mereka semua berkumpul di lapangan untuk berfoto bersama. Maria melihat wajah-wajah familiar, teman-temannya yang telah bersamanya selama ini. Saat mereka berpose, dia merasakan perpisahan ini lebih sulit daripada yang dia bayangkan.
Ketika acara selesai, mereka berkumpul di taman untuk merayakan pencapaian mereka. Kevin, Demian, dan beberapa teman lainnya tampak ceria. Namun, Maria merasa cemas. Dia ingin berbicara dengan Kevin, tetapi suasana yang riuh membuatnya ragu.
"Maria, ayo! Kita harus berfoto di sini!" seru Lisa, menarik tangannya ke arah kerumunan.
"Ya, tentu!" jawab Maria, tetapi hatinya berdegup kencang. Dia tahu ini bisa jadi kesempatan terakhir mereka bersama.
Setelah berfoto dan berbincang-bincang, suasana mulai tenang. Maria melihat Kevin dan Demian duduk di bangku taman, terlihat serius berbicara satu sama lain. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dan ingin mendekat.
"Hey, ada apa? Kenapa kalian terlihat serius?" tanya Maria saat dia bergabung.
Kevin menoleh dan tersenyum. "Oh, kami hanya membahas rencana kita setelah lulus. Kita harus tetap berhubungan, kan?"
Maria mengangguk, tetapi hatinya berdebar. "Tentu, aku ingin kita tetap berkomunikasi."
Demian tersenyum. "Kita bisa membuat grup chat atau bahkan video call setiap minggu. Aku tidak ingin kehilangan kalian."
Setelah beberapa saat, Maria merasa perlu untuk mengungkapkan perasaannya. "Tapi... jika kita tidak bisa bertemu, bagaimana kita bisa menjaga persahabatan ini?"
Kevin menatapnya dengan serius. "Kita harus berusaha keras, Maria. Kita harus saling mendukung, tidak peduli di mana kita berada."
Malam itu, Maria kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Dia merasa senang telah berbicara dengan Kevin dan Demian, tetapi ada rasa takut yang menyelimuti hatinya. Apa yang akan terjadi jika mereka terpisah?
Di malam hari, Maria terbangun dari tidurnya. Dia melihat ponselnya, ada pesan dari Kevin. "Maria, bisa kita bicara sebentar?"
Dia merasa gugup tetapi juga bersemangat. Dengan cepat, dia membalas. "Tentu, di mana?"
Kevin membalas, "Di taman dekat rumahmu. Aku akan datang dalam beberapa menit."
Maria segera bersiap-siap dan bergegas keluar. Di taman, dia melihat Kevin menunggu di bangku. Wajahnya tampak serius, dan Maria merasa jantungnya berdebar.
"Hey, terima kasih sudah datang," kata Kevin saat Maria mendekat.
"Tidak masalah. Apa ada yang penting?" tanya Maria, mencoba menenangkan diri.
Kevin mengangguk, menatapnya dengan tatapan dalam. "Aku ingin memastikan kita tidak kehilangan satu sama lain. Meskipun kita akan berpisah, aku ingin kita tetap saling mendukung."
Maria merasakan harapan baru. "Aku juga. Aku ingin kita tetap berkomunikasi, tidak peduli seberapa jauh jarak memisahkan kita."
"Dan satu hal lagi," kata Kevin, mengambil napas dalam. "Aku tidak ingin pergi tanpa mengungkapkan perasaanku."
Maria merasa terkejut, tetapi juga bahagia. "Kevin, aku juga merasa hal yang sama. Aku ingin kita mencoba, meskipun kita terpisah."
Kevin tersenyum lebar, dan mereka berbagi momen penuh harapan. Namun, di dalam hati Maria, dia masih meragukan apakah hubungan ini bisa bertahan di tengah jarak yang memisahkan mereka.
YOU ARE READING
Jalan Berpisah
Teen FictionSetelah lulus SMP, Maria, Kevin, dan Demian menghadapi tantangan baru saat masuk SMA. Persahabatan mereka diuji oleh perpisahan dan cinta segitiga yang rumit. Ketika perasaan terpendam muncul dan keputusan sulit harus diambil, mereka berjuang untuk...