Setelah beberapa minggu berusaha untuk menavigasi perasaan mereka yang rumit, Maria merasa bahwa ketegangan di antara mereka bertiga semakin menumpuk. Meskipun mereka telah sepakat untuk berbicara terbuka, kenyataannya adalah bahwa mereka masih berusaha untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam hubungan mereka. Setiap kali Maria melihat Kevin dan Lisa bersama, hatinya terasa semakin berat. Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa terus menerus menghindar dari kenyataan.
Hari itu, di sekolah, Maria menemukan diriya kembali terjebak dalam pemikirannya. Dia berusaha untuk berkonsentrasi di kelas, tetapi pikirannya selalu melayang ke Kevin dan Demian. Mereka berencana untuk pergi ke bioskop akhir pekan ini, tetapi Maria merasa tidak yakin apakah itu ide yang baik.
Setelah jam terakhir, Maria bertemu dengan Demian di kantin. "Hai, Maria! Apa kabar?" tanya Demian sambil mengambil tempat duduk di depannya.
"Hai, Demian. Aku... tidak tahu. Rasanya semakin rumit," jawab Maria, menatap piring makanannya.
Demian mengangguk, memahami. "Kita perlu berbicara tentang apa yang terjadi antara kita. Aku tidak ingin kita kehilangan persahabatan ini."
Maria menghela napas. "Aku tahu, tetapi bagaimana kita bisa berbicara tentang itu tanpa menyakiti satu sama lain?"
"Mungkin kita bisa jujur tentang perasaan kita, tetapi juga harus saling menghormati. Kita semua adalah teman," saran Demian.
Maria merasa sedikit lega mendengar saran Demian. "Baiklah, kita bisa mencoba. Tetapi kita harus melakukannya dengan hati-hati."
Setelah makan, mereka memutuskan untuk pergi ke taman dekat sekolah, tempat mereka sering menghabiskan waktu. Suasana yang tenang di taman membuat mereka merasa lebih nyaman untuk berbicara. Mereka duduk di bangku dan mengamati suasana sekeliling.
"Aku tahu Kevin dekat dengan Lisa, dan itu membuatku merasa tidak enak," Maria mulai berbicara. "Tetapi aku tidak ingin mengganggu hubungan mereka."
Demian mengangguk. "Aku paham. Tapi kita juga tidak bisa mengabaikan perasaan kita. Kevin juga harus memahami bagaimana perasaan kita."
"Ya, aku ingin dia tahu bahwa aku menghargai persahabatan kita, tetapi aku juga tidak bisa membohongi diri sendiri," Maria melanjutkan, merasa lebih terbuka.
"Cobalah untuk berbicara dengan Kevin. Dia mungkin tidak menyadari betapa sulitnya ini bagimu," Demian menyarankan.
Maria merasa bingung. "Aku tidak tahu apakah aku bisa. Apa yang harus kukatakan? 'Hey, aku cemburu padamu dan Lisa?'"
"Mulailah dengan jujur. Katakan bagaimana perasaanmu dan bahwa kamu masih ingin menjaga persahabatan kita. Itu yang terpenting," kata Demian dengan tegas.
Maria mengangguk, berusaha untuk mencerna saran Demian. Dia tahu bahwa percakapan ini akan menjadi salah satu yang paling sulit dalam hidupnya. Tetapi jika itu bisa menyelamatkan persahabatan mereka, maka dia siap untuk mencobanya.
Setelah beberapa saat, mereka kembali ke sekolah dan menemui Kevin. Maria merasa jantungnya berdebar saat dia melihat Kevin sedang berbicara dengan teman-temannya. Dia memutuskan untuk mengambil langkah dan menghampiri Kevin.
"Kevin, bisa kita bicara sebentar?" Maria bertanya, berusaha terdengar tenang meskipun hatinya berdebar.
Kevin tampak terkejut tetapi mengangguk. "Tentu, apa yang terjadi?"
Maria merasa sedikit gugup, tetapi dia tahu dia harus melanjutkan. "Aku ingin membicarakan tentang kita... dan tentang Lisa."
Kevin tampak bingung. "Oh, baiklah. Ayo ke taman."
Setelah sampai di taman, Maria merasa suasana semakin tegang. Dia duduk di bangku sambil mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Kevin, aku merasa tidak enak akhir-akhir ini. Aku tahu kamu dekat dengan Lisa, dan itu membuatku merasa bingung."
YOU ARE READING
Jalan Berpisah
JugendliteraturSetelah lulus SMP, Maria, Kevin, dan Demian menghadapi tantangan baru saat masuk SMA. Persahabatan mereka diuji oleh perpisahan dan cinta segitiga yang rumit. Ketika perasaan terpendam muncul dan keputusan sulit harus diambil, mereka berjuang untuk...