1 | Matteo Varnezedz

281 35 6
                                    

Matteo Varnezedz adalah salah satu karakter penting dalam sebuah novel yang berjudul 'Prince And A Mistress'.

Dalam novelnya, Matteo di agung-agungkan menjadi penerus tahta kerajaan Nezedz selanjutnya. Gelarnya sebagai Putra Mahkota yang ahli dalam seni pedang membuat dirinya mendapat pengakuan khusus dari sang Raja dan pujian hangat dari masyarakat Nezedz.

Jika dilihat-lihat, kehidupan Matteo lempeng-lempeng saja. Tapi, tidak setelah satu fakta terkuak mengenai keturunan Raja Nezedz yang akan mendapatkan sebuah kutukan kehancuran yang mampu membumi hanguskan seluruh wilayah kerajaan.

"Dan yang mendapatkan kutukan itu adalah Matteo Varnezedz." Gumam Lariette.

Ramalan itu mengakibatkan kontroversi paling ricuh kala itu. Sebagian besar dari mereka tidak ingin melenyapkan seseorang yang akan menghancurkan wilayah Nezedz dan sebagian orang lagi berpikir kebalikannya.

"Raja Nezedz mengambil resiko dengan mengasingkan Pangeran Mahkota, lalu..."

Mengangkat Calestio Varnezedz sebagai Putra Mahkota yang akan menggantikan Matteo.

"Calestio? Bukankah dia anak haram hasil hubungan gelap sang Raja bersama rakyat jelata, ya?" Seingat Lariette seperti itu. Calestio adalah anak diluar nikah Raja Nezedz. Artinya, Calestio adalah saudara tiri Matteo dalam cerita novelnya.

Matteo bukanlah tokoh utama. Pria berambut putih tersebut berperan sebagai antagonis paling mematikan dalam sejarah keturunan Varnezedz. Selama pengasingan, Matteo diam-diam merencanakan pemberontakan besar-besaran yang akan mengembalikan tahta ke tangannya lagi.

Sebagia pembaca, Lariette mengingat jelas bagaimana alur novel tersebut berjalan. Kutukan yang menimpa Matteo membuat kepribadian pria itu hancur dalam waktu semalam. Ditengah kehancuran hidupnya, seorang gadis cantik jelita mengulurkan tangannya untuk merangkul kehidupan Matteo yang sudah hancur lebur.

"Ya, jelas gadis itu adalah pemeran utamanya,"

Dibawah pengaruh obsesi yang menggila pada Ariesta, selaku pemeran utama wanita, Matteo membentuk anggota pemberontakan yang akan menghancurkan kedudukan Calestio sebagai Putra Mahkota.

"Sebagai ahli pedang terbaik, Matteo pasti dengan mudah menghancurkan lawannya termasuk Calestio, Putra Mahkota pengganti itu."

Lariette mengacak-acak rambutnya. Dari sekian banyaknya buku novel yang pernah ia baca, mengapa harus masuk dalam cerita yang tidak waras ini?

"Untuk sekelas pelayan, bukankah tubuh ini terlihat sangat cantik?" Lariette memperhatikan sosok dirinya didepan sebuah cermin yang ada di ruang istirahat.

Rambut coklat yang lurus, bola mata berwarna coklat terang, juga kulit yang terbilang bersih. "Sayangnya hanya seorang pelayan."

Tapi setidaknya, Lariette yang sebagai pelayan ini tentu tidak akan terlihat dalam cerita mengerikan tokoh-tokoh penting yang ada dalam novel ini. Agaknya Lariette sedikit lebih beruntung.

"Lalu, bagaimana cara agar aku kembali ke kehidupan ku dulu?"

Benar-benar memusingkan.

"Bagaimana kondisimu?" Sasha muncul dari balik pintu sambil membawa beberapa camilan dan segelas air putih.

Lariette menerimanya. Ia ingat gadis ini, "Baik, terimakasih." Ucapnya.

"Lain kali berhati-hati lah. Kau tidak perlu berurusan dengan Yang Mulia Pangeran lebih jauh lagi." Peringat Sasha. Sebagai pelayan yang sudah berkerja dari hari pertama Matteo datang ke castle ini, Sasha agaknya sedikit paham bagaimana perawakan Matteo.

"Apa maksudmu?"

"Tidak, aku hanya memperingati mu."

Lariette mengerutkan alisnya tidak mengerti dengan apa yang barusan Sasha katakan. Ingatan Lariette sebelumnya pun tidak ada sama sekali muncul barang sedikitpun.

"Beristirahatlah, untuk saat ini kau tidak perlu melayani Yang Mulia Pangeran." Setelah itu Sasha beranjak meninggalkan Lariette.

Lariette menggerutu, dirinya masih tidak terima karena telah memasuki novel ini. Mengapa harus novel bertema dark romance ini yang menjadi pilihannya? Terlebih, berperan sebagai pelayan pula.

"Tidak ada beruntungnya sama sekali." Cetusnya.

Pagi ini castle Barat terlihat tidak seperti biasanya. Hawa dingin menyeruak terasa hingga ke tulang-tulang. Prajurit dan beberapa pelayan sedang berdiri didepan sebuah ruangan berpintu emas. Air wajah mereka nampak pucat, seluruh tubuh mereka bergetar hebat kala melihat seorang pelayan dengan kondisi mengenaskan dikeluarkan dari ruangan tersebut.

Sasha menelan ludahnya kasar sebelum akhirnya ia melangkah masuk kedalam. Kepalanya tertunduk dengan jari saling bertautan.

"Yang Mulia, saya akan mengirimkan pelayan baru--" Perkataan Sasha terpotong saat pria berambut putih itu melemparkan sebuah belati yang nyaris tertancap di kepala Sasha.

"Tidak perlu." Pria itu memainkan lidah dalam rongga mulutnya. "Bawa Lariette kehadapan ku." Jeda beberapa detik sampai akhirnya pria itu berdiri dihadapan Sasha dan sedikit menunduk.

"Katakan padanya, aku merindukannya." Nada gurauan yang tercetus dari bibir tipisnya jelas membuat Sasha pontang-panting.

Semakin lembut perkataan seseorang, semakin mematikan pula racunnya.

"Baik, Yang Mulia Pangeran." Ucap Sasha. Tanpa lebih lama lagi ia segera menyusul Lariette yang kini sedang menikmati beberapa kue tanpa tahu jika nyawanya terancam.

Sasha tidak menyangka masalah ini akan bertambah besar. Salahkan Lariette yang memaksa nya agar gadis itu menjadi pelayan pribadi sang Putra Mahkota namun berakhir mengenaskan.

"Lariette? Cepatlah, Yang Mulia Pangeran memanggilmu."

Uhukk—mendengar panggilan Yang Mulia Pangeran membuat Lariette tersedak kue yang ia makan. Mengapa antagonis sialan ini memanggilnya?

Melihat Lariette yang tidak bergerak dari tempatnya, alhasil Sasha dengan gerakan cepat meraih salah satu tangan Lariette.

"Ehh.. mengapa buru-buru sekali?" Tanya Lariette.

"Aku sudah memperingati mu sebelum nya Lariette. Lihatlah apa yang sudah kau lakukan."

"Hah—" Beo Lariette. Apalagi ini?

"Aku tidak mengerti maksudmu." Bantah Lariette.

"Masuklah." Sasha mengabaikan Lariette dan mengetuk pintu emas di hadapannya lalu mendorong Lariette masuk. Sasha tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi mengingat kejadian beberapa waktu lalu, Sasha tidak menjamin Lariette akan selamat.

Lariette memandang ruangan ini dengan jantung berdetak kencang. Suram sekali dan juga adakah suatu kejadian yang telah melibatkan dirinya?

Sebenarnya apa yang terjadi?

Pandangan Lariette teralihkan pada seorang pria berambut putih yang kini tengah menatapnya datar. Itukah antagonis? Wahh... cocok sekali.

"Lambat."

Lariette berkedip, apa yang harus ia lakukan? Teringat pada cerita-cerita novel pada umumnya, Lariette menunduk sembari membungkukkan tubuhnya. Alangkah baiknya ia tidak mencari perkara dengan tokoh antagonis ini, bukan?

"Maaf."

Kedua alis Matteo memicing tajam. "Hanya itu?" Ucapnya.

"Y-yaa?"

Kekehan tipis keluar dari bibir Matteo. Ia beranjak semakin mendekat ke arah Lariette, memperhatikan gadis itu dari atas hingga bawah. Seperti bukan pelayan, gadis ini justru terlihat seperti bangsawan dari pada pelayan, pikir Matteo.

"Kitten?" Nada jenaka itu berhasil mengusik Lariette. Ia tidak tahu siapa yang baru saja Matteo sebut.

"Kau tidak ingat, ya?" Matteo memainkan ujung rambut Lariette, mengelus-elus nya dengan lembut sembari berkata. "Aku kan menyuruhmu mencari siapa pelakunya. Apakah berhasil?" Matteo menghentikan aksinya lalu menatap Lariette dengan tajam.

Bolehkah Lariette berteriak saat ini?

***

The Crown Prince CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang