Kepergian Lariette menyisakan rasa sesak dalam sunyi nya ruangan Matteo. Pria bersurai putih tersebut terduduk menahan rasa sakit yang menjalar ke area kepalanya dengan tangan terkepal hebat.
"Sial!" Maki Matteo. Ia merasa tidak sanggup walaupun kenyataan dirinya tidak hanya sekali merasakan ini.
Kutukan kehancuran ini membuat Matteo tidak bisa bergerak dengan bebas. Setiap malam Bulan Purnama, warna hitam yang berada di tubuhnya mengeluarkan cahaya dan rasa sakit yang sulit dikatakan. Rasa sakit ini juga yang mengakibatkan perubahan fisik yang terjadi padanya.
Rambut yang awalnya berwarna putih berubah menjadi hitam pekat bagai kegelapan, bola mata berwarna biru khas keturunan anggota kerajaan berubah menjadi berwarna merah layaknya darah.
Matteo tidak berharap hidupnya akan berakhir dengan baik setelah mengetahui ia adalah pewaris tahta dengan gelar Putra Mahkota yang akhirnya digulingkan dari tahtanya, tapi setidaknya kutukan ini tidak semestinya berada di tubuhnya dan merenggut seluruh yang ia punya.
Kebencian, hinaan serta ketidakadilan sudah Matteo rasakan sedari kecil.
Tetapi sekali ini saja, bisakah ia meminta kutukan ini tercabut.
Tahun demi tahun berlalu tidak pernah Matteo mendapatkan seseorang yang berhasil mencabut kutukan ini, akankah dia harus egois kali ini untuk kembali mengambil seluruh yang ia punya atas segala yang sudah direbut darinya?
Lariette...
Ditengah rasa sakit dan keputusasaan, Matteo mengingat nama itu. Satu-satunya orang yang sanggup berada disisinya, satu-satunya orang yang menganggap dirinya layaknya manusia.
Matteo bisa terlihat kuat dihadapan musuh ataupun orang-orang yang membencinya tetapi Matteo, tidak akan pernah bisa menunjukkan sikap seperti itu dihadapan Lariette terlepas dari kasarnya sikap yang ia tunjukkan di atas pengaruh kutukan kehancuran ini.
Tapi sayangnya, satu fakta terkuak berhasil membuat Matteo meragukan sosok Lariette yang selama ini ia percaya. Karena itu pula membuat sosok Lariette semakin berada jauh disekitarnya.
Matteo benar-benar membenci semua yang ada dalam dirinya termasuk kutukan ini.
"Menjengkelkan." Ucap Matteo pelan. Sembari menahan rasa sesak di dada nya, Matteo bangkit dan beranjak kearah jendela. Langkahnya kian tertatih terasa semakin melemah, inilah sosok Matteo yang dikenal sebagai manusia kejam.
Lemah dan hina.
"Orang-orang yang berada di sisimu akan meninggalkanmu, Matteo."
Bisikkan penuh amarah itu terdengar menggelikan. "Enyahlah perempuan bajingan..." Lirih Matteo.
"Kau akan kehilangan segalanya, tersiksa lah atas kesalahan yang tidak kau perbuat."
Matteo memejamkan kedua matanya, hati memberontak tetapi tubuhnya tidak demikian. Setelah membuka jendela, Matteo melompat kebawah. Alam bawah sadarnya tidak terkendali sama sekali.
Mata merah itu menyala seperti terancam. Tanpa kesadaran, Matteo berjalan pelan dengan sebelah tangan memegang sebuah belati, sebelum akhirnya ia menghilang ditengah samarnya cahaya malam pada Bulan Purnama.
***
Setelah berbulan-bulan lamanya, akhirnya kerajaan Nezedz memenangkan perang dengan korban sedikit. Dalam sejarah penaklukan wilayah yang pernah kerajaan Nezedz lakukan, perang ini adalah yang terlama.
Putra Mahkota Calestio berhasil memenangkan perang dan membawa pulang ratusan prajurit dengan selamat.
Karena kemenangan yang dibawa langsung oleh calon Raja tersebut, Kaisar mengadakan perjamuan hangat untuk merayakan kemenangan.
Lariette tidak mengerti seperti apa perjamuan para bangsawan, tetapi dalam novel-novel yang pernah ia baca, pesta perjamuan ini hanya untuk saling memamerkan kekayaan.
Benar-benar tidak punya moral.
Sesuai perkataan Matteo, kini mereka berdua tampak berjalan beriringan memakai pakaian dengan warna serupa.
Layaknya seorang pasutri, pikir Lariette.
"Apa kau tidak nyaman?" Matteo memperhatikan gerak-gerik Lariette.
"Hanya sedikit gugup, Pangeran." Balas Lariette.
"Bisakah kau memanggilku dengan nama saja?" Pinta Matteo. Lariette memang gadis yang sopan, tetapi jika sedang berduaan seperti ini mungkin lebih menyenangkan saling memanggil nama.
"Anda adalah seorang Pangeran. Tidak sepantasnya saya memanggil anda seperti itu." Jangan lupakan bahwa dihadapannya ini adalah seorang antagonis paling tidak punya hati
Antagonis yang memiliki kutukan paling mematikan yang dapat mempengaruhi kekuatan sihirnya. Lariette tidak pernah lupa apa yang terjadi malam tadi. Matteo yang nyaris mencengkram lehernya seolah-olah ingin membunuhnya.
Bisikan-bisikan yang Lariette dengar pada saat itu adalah suara dan ingatan si pemilik tubuh ini.
Tidak banyak ingatan yang Lariette ketahui. Hanya saja, saat Lariette asli menangis dihadapan Matteo bisa ia simpulkan jika Matteo kerap menyiksa Lariette dan tak melepaskan Lariette pada saat malam Bulan Purnama.
Malam dimana pria itu berubah dan tidak dapat mengendalikan kekuatannya.
Pantas saja, disatu waktu yang berbeda, sifat Matteo kerap berubah-ubah dan jalan satu-satunya yang bisa Matteo ambil adalah menyiksa Lariette.
Ini terdengar sangat kejam. Jika Lariette terus berada disisi Matteo, Lariette tidak yakin ia akan bertahan lebih lama.
Semua yang ia rasakan terasa sangat nyata. Bagaimana Matteo mencekiknya, aroma tubuh pria tersebut, lalu sentuhan kulit Matteo yang menyentuh lehernya.
Lariette bisa merasakannya dengan jelas. Mereka fiksi, tetapi meraka tetap sama seperti kehidupannya dulu. Berinteraksi, berbicara, seluruh kemampuan mereka seperti bukan fiksi.
"Tidak masalah. Saat aku sedang sehat seperti ini, kau tidak perlu mempermasalahkan nya."
"Saya akan mengingatnya." Balas Lariette. Ia menggandeng sebelah tangan Matteo dengan pandangan lurus kedepan. Seolah-olah tatapan tajam para bangsawan yang hadir dalam pesta perjamuan ini tidak melunturkan rasa takut Lariette.
Jauh didalam relung hati Lariette, ia bisa merasakan bagaimana perasaan Matteo dalam novelnya. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, Matteo adalah antagonis, seorang mantan Putra Mahkota yang hina. Kehadirannya hanya akan menjadi boomerang dalam hidupnya yang telah hancur.
Lagi pula, apa yang salah dari seorang antagonis?
Bukankah kejahatan yang telah Matteo lakukan adalah hasil dari perlakuan orang-orang kepadanya?
"Akhirnya kau datang juga, kakak..."
Baik Matteo maupun Lariette dengan kompak menoleh ke sumber suara. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, seorang pria berambut keemasan dengan mata biru serupa seperti milik Matteo sedang tersenyum hangat pada mereka.
"Aku merindukanmu," Gumam pemuda itu berniat merentangkan kedua tangan hendak memeluk Matteo. Tetapi belum sempat ia memeluknya, Matteo berbalik dan pergi meninggalkan pria itu sambil menarik tangan Lariette.
"Yang Mulia..," Lariette tahu siapa pria tadi, Calestio Varnezedz, adik tiri Matteo selaku pemeran utama dalam cerita ini.
"Apa?" Sahut Matteo datar.
"Jika kau ingin mengatakan mengapa aku tidak menyapanya terlebih dahulu, ku rasa kau sudah tahu jawabannya Lariette."
***
masiii abu-abu banget yaa mereka semua.. baik Lariette, Matteo maupun Calestio.
yaaa nanti aku bakal kemas jadi satu biar kalian paham sama alurnya, soo.. tunggu selalu aku update yaa sengkuuu ❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince Cage
FantasyMatteo Varnezedz, orang-orang mengenalnya sebagai Putra Mahkota yang tidak sempurna karena sebuah kutukan. - Matteo selaku Putra Mahkota tersebut digulingkan dari tahtanya dengan kejam dan diasingkan sejauh-jauhnya dari wilayah kerajaan karena menda...