2 | Crying

284 29 4
                                    

"Kau tidak ingat, ya?" Matteo memainkan ujung rambut Lariette, mengelus-elus nya dengan lembut sembari berkata. "Aku kan menyuruhmu mencari siapa pelakunya. Apakah berhasil?" Matteo menghentikan aksinya lalu menatap Lariette dengan tajam.

Lariette yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi hanya diam dan membisu. Dihadapannya saat ini adalah Matteo Varnezedz, sang antagonis paling tidak waras dalam sejarah berdirinya kerajaan Nezedz.

Salah bicara, sudah dipastikan kepalanya hilang.

Sekalipun Matteo hanya seorang mantan Putra Mahkota, tetap saja dia adalah seorang Pangeran. Sangat mungkin baginya untuk menghukum seseorang.

Tangan Matteo merambat naik lagi-lagi memegang ujung rambut blonde milik Lariette. Menghirupnya seolah apa yang ia lakukan saat ini sudah menjadi kebiasaannya.

"Menangislah..."

"Kau terlihat sangat cantik saat menangis."

"Lariette.." Bisik Matteo.

Lariette tidak menyahut, yang ia lakukan hanya membalas tatapan Matteo dengan bimbang. Iris gelap itu seolah-olah menyimpan sesuatu yang tidak Lariette pahami.

"Sebagai pelayan pribadi ku yang baik, maukah kau menuruti perintahku?" Senyum Matteo mengembang. Wajahnya mendadak lebih bersahabat.

"Apa itu, Yang Mulia Pangeran?" Jawabnya ragu.

Matteo mendekatkan wajahnya. Kemudian berbisik lirih pada Lariette. "Menangislah..." Pintanya terdengar cukup aneh ditelinga Lariette.

Lariette Bolweyn adalah pelayan pribadi yang telah Matteo pilih sendiri setelah berhasil menyelesaikan Debutante nya. Lariette yang dikenal sebagai pelayan kesayangan mantan Putra Mahkota tersebut kerap berada di sisi Matteo selayaknya pelayan pribadi pada umumnya.

Tapi, kejadian beberapa hari yang lalu, Matteo menyadari jika Lariette sedikit menghindarinya.

Matteo menghembuskan nafasnya pelan. "Sudahlah lupakan saja permintaanku waktu itu." Berbalik berjalan menuju jendela, Matteo tak lagi bersuara membuat perasaan Lariette bingung.

Antara pergi atau tetap berada disini.

Lariette jelas tidak tahu mengenai hubungan Matteo si antagonis dengan dirinya. Tapi satu fakta yang terkuak, ia adalah seorang pelayan yang dilihat-lihat memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Matteo.

Dalam novelnya, memang diberitahu bahwa Matteo memiliki seorang pelayan yang mengurus segala kehidupannya. Tapi, tidak dijelaskan secara rinci bagaimana perlakuan Matteo terhadap pelayan pribadinya dan asal usul pelayan tersebut.

Setelah meninggalkan Matteo di ruangannya, Lariette berinisiatif mencari Sasha, satu-satunya orang yang cukup ia kenali ketika berada di dunia asing ini.

Lariette tidak tahu apa yang terjadi sebelum ia terbangun ditubuh Lariette. Namun, jika bertanya seolah-olah dirinya tidak mengingat apapun bukankah akan menimbulkan kecurigaan?

Jadi, Lariette akan bertanya hal yang tidak terlihat mencurigakan di mata Sasha.

"Seluruh Nezedz juga tahu bagaimana perangai Yang Mulia Pangeran, Lariette."

Lariette menggeleng ribut, "Bukan seperti itu maksudku, Sasha. Tapi, bagaimana menurutmu hubunganku dengan Yang Mulia akhir-akhir ini?"

Bukankah kata-katanya terdengar seperti meminta pendapat? Ya, hanya itu yang tidak menimbulkan kecurigaan untuk saat ini.

Sasha tidak langsung menjawab. Ia memperhatikan Lariette dengan bimbang. Benar juga, hubungan Matteo dengan pelayan pribadinya, Lariette, terlihat cukup dekat. Tapi, akhir-akhir ini pun, Lariette kerap mengeluh akan rasa muak nya terhadap pekerjaannya sebagai pelayan pribadi Matteo.

"Bukankah kau berniat akan mengundurkan diri?" Alih-alih menjawab pertanyaan Lariette, Sasha melontarkan pertanyaan padanya.

"Kapan? Apa sebabnya aku ingin mengundurkan diri?" Tanya Lariette.

"Mengapa kau bertanya,"

"Karena aku tidak tahu."

"Lalu, mengapa kau mengatakannya padaku?" Tutur Sasha kesal.

Sial, jika tidak mendapatkan sedikitpun jawaban mengenai Lariette dulu, ia tidak bisa bertindak lebih.

"Baiklah, terimakasih." Setelah itu Lariette pergi begitu saja.

Pada novel-novel yang pernah ia baca, pekerjaan menjadi pelayan pribadi seorang bangsawan kelas atas atau pewaris tahta bukan semata-mata hanya mengurus segala kebutuhannya.

Hal-hal diluar privasi mereka pun tak jarang dikerjakan oleh orang-orang terdekat mereka, termasuk pelayan pribadi.

Jadi, besar kemungkinan Lariette mengetahui hal yang tak seharusnya diketahui oleh orang lain?

"Tapi apa, ya?" Gumam Lariette.

Hari-hari yang Lariette laluin sebagai pelayan Matteo hanya mempersiapkan segala kebutuhan pria itu, tidak ada yang aneh terhitung sudah lima hari lamanya ia berada disini.

Matteo pun tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa Lariette memiliki urusan dengannya setelah tempo hari mengatakan untuk melupakan kejadian waktu itu.

Kejadian apa?

Ya, Lariette tidak perlu memikirkannya. Selagi nyawanya tidak terancam ia tidak perlu pusing.

"Kaisar mengundangku ikut serta pada jamuan yang diadakan oleh Putra Mahkota tiga hari lagi," Jeda sesaat sebelum Matteo kembali bertanya, "Bagaimana menurutmu?"

"Lebih baik Yang Mulia menerima ajakan tersebut." Saran Lariette.

Putra Mahkota? Bukankah Putra Mahkota yang Matteo maksud adalah Calestio? Pemeran Utamanya.

"Kita akan mampir ke salah satu toko perhiasan nanti." Putus Matteo.

Lariette tidak lagi bertanya. Ia kembali memalingkan pandangan keluar jendela kereta kuda. Melihat pemandangan masyarakat ramai yang berlalu lalang dari tempatnya.

Berada di satu tempat tertutup bersama Matteo agak membuatnya was-was. Sampai sekarang pun, Lariette tidak mendapatkan sedikit saja ingatan mengenai hubungan atau kehidupannya dulu bersama Matteo.

Sekeras apapun ia menghilangkan pikiran negatifnya terhadap Matteo, Lariette merasa tidak sepenuhnya aman. Ia merasa bahwa ada yang tidak beres sebelum ia berada disini.

Matteo memperhatikan Lariette dalam diam. Tatapannya tidak sekalipun berpaling dari pelayan pribadinya. Sudah banyak sekali moment yang mereka simpan selama dua tahun belakangan ini.

Dan Matteo menyukai setiap moment yang ia ciptakan bersama Lariette. Pandangan Matteo turun memperhatikan leher gadis itu. Terdapat tanda merah yang cukup familiar dari penglihatannya, ahh belum hilang ternyata.

"Yang Mulia, kita sudah sampai."

Suara pemandu kereta kuda dari luar membuat pikiran Matteo teralihkan. Ia membuka pintu kuda tersebut lalu beranjak keluar di ikuti oleh Lariette.

Tujuannya kali ini adalah toko yang menjual Gaun dan perhiasan wanita.

Memasuki salah satu toko yang berada di pasar itu, mereka langsung disambut khusus oleh pemilik toko tersebut.

"Yang Mulia?" Panggil pemilik toko itu dengan girang. Siapa yang tidak mengenal Matteo Varnezedz? Pikirnya.

"Ada yang bisa kami bantu, Yang Mulia?"

Mendengar itu, Matteo mengangkat tangannya. Jari telunjuknya bergerak kearah Lariette seolah memanggilnya untuk mendekat ke arahnya.

"Buatkan Gaun yang pas untuk dirinya." Ujar Matteo.

Tanpa membiarkan Lariette berkomentar lebih lanjut Matteo melanjutkan langkahnya menuju tempat perhiasan yang masih berada didalam toko ini.

Memperhatikan satu-persatu kalung-kalung indah itu hingga perhatiannya tertuju pada sebuah kalung berwarna coklat. Kalung itu mengingatkannya pada iris warna mata milik Lariette serta rambut blonde gadis itu.

Benar-benar indah.

***

The Crown Prince CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang