08

8 5 0
                                    

08| lembaran yang ditemukan

"Kenapa kau berkeliaran tengah malam?" tanya Theo pada Lilly yang duduk di sofa kamar tidurnya.

Pada akhirnya dia membawa Lilly ke kamarnya. Masih ada sisa air mata di pipi Lilly dan dia sungguh penasaran kenapa tadi dia seperti melihat hantu.

Theo memperhatikan Lilly selagi dia menyesap segelas Scotch dari botol yang tersisa di lemari.

"Apa kau melihat sesuatu?" tanyanya.

Lilly ketahuan menelan ludah ketika dia menggeleng dan mencoba bersuara. "Tidak."

"Aku yakin kau melihat sesuatu. Jika tidak kenapa berlari seperti itu?"

"Aku melihat hantu."

Theo mengerjap. Dia menegakkan tubuh. "Kau melihatnya?"

"Ya," kata Lilly. Berusaha keras untuk tampak alami. Tapi dia melihat Theo mempercayainya. Karena dia tampak sedikit ketakutan.

"Kau sendiri, kenapa berkeliaran tengah malam?" tanya Lilly.

"Aku mau mengambil anggur di tempat penyimpanan, tapi lupa membawa kuncinya. Jadi aku hendak ke atas. Dan begitulah kau melihatku." Theo menaruh gelas minumannya ke lemari pendek di dekatnya dan duduk di sebelah Lilly dengan raut penasarannya.

Theo juga kelihatan jauh lebih ramah dan dia saat ini tampak senang.

"Seperti apa wujudnya?" tanyanya antusias.

Di balik kemewahannya, rumah ini menyimpan sejarah. Dibangun di era perang dunia dengan arsitektur renaisans yang marak di zaman itu dan tetap dipertahankan hingga kini. Setiap batu bata di bangunan ini menyimpan cerita tentang masa lalu. Keluarga Winehouse membelinya dari keluarga bangsawan yang anggota keluarganya terbunuh dalam suatu peristiwa.

Sementara Theo adalah orang yang agak spiritualis dalam hal-hal semacam itu. Dia memang tidak pernah melihatnya, tapi dari mendegar cerita pekerja yang pernah bekerja di rumah ini, mereka sering mendengar suara-suara aneh.

Dan menyenangkan rasa Theo ketika Lilly mengaku melihatnya.

Lilly jelas kebingungan. Mana dia tahu bagaimana wujudnya karena yang dia lihat pun lebih mengerikan daripada itu.

"Tidak jelas bagaimana. Begitu aku melihat ada seseorang di ujung lorong, aku langsung melarikan diri."

Lilly mampu mencium aroma sigaret dari mulut Theo. Tapi, ini bukan sigaret karena terasa lebih kuat dan menyengat dibandingkan itu. Aromanya seperti harum tanah, rumput, atau rempah-rempah yang khas.

Apa ini aroma ganja? Dia langsung tahu jenis aromanya karena kini dia sudah ingat pernah menciumnya di suatu tempat, seseorang sebelum Alistair menggunakannya.

Ada apa dengan keluarga ini? Kenapa semuanya tampak tidak baik-baik saja?

"Lalu, kenapa kau berada di sana? Malam-malam begini?" tanya Theo. Dia membasahi bibirnya sekilas. Secara sensual memperhatikan wajah Lilly. Dan bertanya dengan nada rendah. "Kau mencariku?"

"Agaknya begitu."

"Kenapa?"

"Aku takut sendirian pada saat seperti ini. Satu-satunya yang kulakukan adalah mencarimu."

"Oh yeah. Aku lupa. Karena aku adalah suamimu."

Lalu dia tertawa keras, Lilly menunggunya hingga selesai tertawa karena dia tidak tahu apa yang ditertawakan oleh Theo.

"Sorry..." katanya di sisa tawa. "Sorry. Ya, aku lupa aku suamimu." Kemudian dia tertawa lagi. Hingga Lilly mulai kesal karenanya.

"Apa yang lucu?" tanyanya tidak tahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang