Chapter Two

121 8 0
                                    

Chapter 2: Bayangan di Balik Cermin

.

.

Arya tidak pernah menyangka perjalanan ini akan membawa begitu banyak kekacauan dalam hidupnya. Sejak malam pertemuan dengan wanita tua misterius itu, hari-harinya terasa seperti dipenuhi teka-teki yang saling berkelindan, sulit dipahami. Meski kini ia berada dalam tubuh perempuan, cermin yang menghantuinya seolah mengisyaratkan bahwa ada kebenaran tersembunyi yang harus ia pecahkan-sesuatu yang terkait dengan siapa dirinya sebenarnya.

Saat itu, malam mulai larut ketika Arya dan Indra kembali ke kosan. Sepanjang perjalanan pulang, Indra hanya bisa diam. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka, seolah semua yang mereka alami di toko itu terlalu aneh untuk dicerna.

"Apa maksudnya, ya?" gumam Arya tiba-tiba, memecah keheningan. "Kenapa dia bilang kalau cermin itu menunjukkan 'diriku yang sebenarnya'?"

Indra, yang tampak tengah tenggelam dalam pikirannya, akhirnya menoleh. "Arya, kalau aku boleh jujur... kamu nggak merasa aneh dengan ucapan perempuan tua itu? Seakan-akan dia tahu sesuatu tentang kamu. Sesuatu yang bahkan kamu sendiri mungkin nggak sadari."

Arya terdiam. Ucapan Indra menggema dalam pikirannya. Ia mulai mengingat momen-momen dalam hidupnya, pertanyaan-pertanyaan yang selalu ia abaikan-kecanggungan, ketidaknyamanan yang sering ia rasakan namun tak pernah bisa dijelaskan. Ada kalanya ia merasa asing dalam tubuhnya sendiri, seolah dunia di sekitarnya tidak pernah benar-benar sesuai dengan apa yang ia inginkan. Apakah ini yang dimaksud wanita tua itu?

"Kalau benar ini soal diriku yang sebenarnya, kenapa harus terjadi sekarang?" gumamnya pelan. "Aku merasa hidupku di balik tubuh ini seperti sebuah teka-teki yang sengaja dipecah-pecah oleh seseorang."

.

.

Keesokan harinya, Arya memutuskan untuk mencari lebih dalam tentang cermin itu. Selama beberapa hari berikutnya, ia menghabiskan waktu di perpustakaan kota, memeriksa buku-buku tua tentang cermin-cermin mistis, mitologi, hingga catatan sejarah setempat. Ia berharap bisa menemukan jejak cermin tersebut atau setidaknya petunjuk tentang toko antik misterius itu. Sayangnya, hasil pencariannya nihil.

Namun, justru di saat ia mulai merasa putus asa, seorang pustakawan tua menepuk bahunya. "Nak, kamu mencari sesuatu yang berhubungan dengan cermin antik?" tanyanya ramah.

Arya mengangguk. "Saya sedang mencari informasi tentang cermin... cermin yang mungkin punya kekuatan mistis, atau setidaknya sesuatu yang berhubungan dengan perubahan diri."

Pustakawan itu mengangguk pelan, lalu mengarahkan Arya ke sebuah bagian yang tersembunyi di sudut perpustakaan, di mana buku-buku yang berdebu dan lapuk tersimpan. "Di sini ada sebuah buku lama yang mungkin menarik perhatianmu. Isinya sedikit menyeramkan, tapi kurasa ini yang kamu cari."

Arya menatap buku yang ditunjukkan pustakawan itu. Judulnya tertulis dalam huruf-huruf emas yang sudah memudar: "Bayangan di Balik Cermin: Mitos dan Realitas". Ia membukanya dan mulai membaca dengan seksama. Buku itu bercerita tentang berbagai cermin antik yang dipercaya memiliki kemampuan untuk 'membuka sisi tersembunyi' dalam diri seseorang. Salah satunya adalah cermin dari abad ke-17 yang konon digunakan oleh seorang penyihir untuk mengungkap sisi tersembunyi dari jiwanya.

Tiba-tiba, ia menemukan halaman yang menjelaskan sebuah legenda lokal tentang cermin bernama Cermin Rahwana. Legenda itu menyebutkan bahwa cermin tersebut diciptakan untuk menunjukkan sisi tersembunyi dari penggunanya, namun dengan harga tertentu. Sang pengguna akan berubah secara fisik menjadi refleksi yang mereka lihat, dan hanya dapat kembali ke wujud semula jika mampu memahami siapa diri mereka yang sejati.

The Mystery Behind The MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang