Bonus Chapter (II)

29 0 0
                                    

Chapter Bonus Terakhir: Dimensi Tak Terbatas

.

.

Lorong sempit itu terasa semakin dalam saat Arin melangkah lebih jauh, seolah-olah ia memasuki dunia yang tak terjangkau oleh waktu dan ruang. Setiap langkahnya menggema dalam kesunyian yang aneh, penuh dengan energi yang tidak dapat dijelaskan. Di sepanjang jalan, cermin-cermin besar dan kecil memantulkan bayangan-bayangannya, tapi semuanya terlihat sedikit berbeda. Tidak hanya Arin, tapi sosok-sosok yang pernah ada dalam hidupnya-Arya, dirinya yang kini, bahkan bayangan masa depan yang belum tercapai-semua muncul dan menghilang dalam pantulan-pantulan itu, saling berkelindan dalam ketidakpastian.

Di ujung lorong itu, sebuah pintu besar dengan ukiran yang rumit menunggu. Ia mendekati pintu itu dengan hati yang penuh keraguan dan keberanian, namun ada juga rasa ingin tahu yang begitu kuat. Sesuatu di dalam dirinya merasa bahwa pintu itu adalah kunci untuk menjawab semua pertanyaan yang selama ini mengganggunya-pertanyaan tentang siapa dirinya, tentang mengapa ia berubah, tentang potensi yang tersembunyi dalam dirinya.

Tangan Arin meraih pegangan pintu yang dingin. Dengan tarikan nafas dalam-dalam, ia membukanya, dan tanpa mengetahui apa yang akan ia temui, ia melangkah ke dalam. Begitu ia melangkah, dunia seolah berguncang, dan segala sesuatu di sekitarnya menjadi kabur. Semua suara, semua bentuk, semuanya melebur menjadi satu kesatuan yang membingungkan. Ia merasa seperti terombang-ambing dalam gelombang tak terlihat yang menariknya ke tempat yang tak terjangkau oleh akal manusia.

Namun, ada perasaan yang luar biasa mengalir di dalam dirinya. Seperti sebuah kebenaran besar yang perlahan-lahan akan terungkap. Tubuhnya terasa ringan, hampir seperti terbang, dan ia mendapati dirinya berada di sebuah ruang luas yang tampaknya tanpa batas.

Di sana, ruang itu terasa seperti kombinasi dari banyak dunia yang berbeda. Ada ruang yang tampak seperti ruang tamu biasa, ada yang menyerupai hutan belantara, dan ada juga yang tampak seperti medan pertempuran kuno yang penuh dengan bayangan pertempuran. Semua dunia ini berbaur, saling berinteraksi, dan menciptakan sebuah kaleidoskop yang hidup-dunia yang tidak terikat oleh hukum-hukum fisika atau logika, melainkan oleh perasaan dan keputusan.

Arin tidak bisa mengerti sepenuhnya, tetapi di dalam dirinya, ia merasakan bahwa ini adalah tempat di mana banyak kemungkinan bertemu. Tempat di mana semua versi dirinya-dari yang telah ada, yang sedang ada, dan yang mungkin akan ada-berkumpul. Ia tahu, ini adalah tempat di mana dirinya yang paling sejati bisa ditemukan. Semua peran yang ia mainkan selama ini-sebagai Arya, sebagai Arin, sebagai sosok yang selalu mencari-semuanya berada di sini, di dalam ruang ini yang penuh dengan kemungkinan.

Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di dalam kepalanya, seperti bisikan yang datang dari dalam ruang itu sendiri.

"Kamu telah datang. Kamu siap untuk melihat dirimu yang sejati?"

Suara itu datang dari arah yang tidak bisa ia tentukan. Arin menatap ke sekeliling, mencoba menemukan sumber suara itu, namun tidak ada satu pun bentuk yang jelas. Hanya ada bayangan yang bergerak dan berpadu dalam pola yang tak menentu. Seolah-olah suara itu datang dari dalam dirinya sendiri, dari inti paling dalam jiwanya yang sedang mencari jawaban.

"Aku siap," jawab Arin dengan suara yang penuh ketegasan. "Aku siap untuk mengetahui siapa aku sebenarnya."

Ketika suara itu kembali, kali ini lebih jelas dan lebih kuat. "Maka, kamu harus melihat dirimu yang telah ada dan yang belum terwujud. Dunia ini adalah tempat yang memungkinkan kamu melihat semua kemungkinan itu. Jangan takut untuk menemui setiap bagian dari dirimu."

The Mystery Behind The MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang