6

65 12 1
                                    

Maira POV

Aku menatap sisa makanan diatas meja. Sama seperti hari sebelumnya, masih tersisa banyak. Tapi itu hal yang wajar mengingat hanya 3 orang yang makan malam. Sebanyak apapun Nasya makan, tidak mungkin dia menghabiskan porsi makan untuk 4 orang lainya.

Aku menghela nafas kembali. Kehidupan baru yang kukira akan lebih berwarna, ternyata malah lebih sepi. Setiap malam hanya tinggal Aku, Kak Binar, dan Nasya.

Yvonne selalu pulang larut, bahkan aku sendiri tidak bisa memastikan jam berapa dia pulang.

Selama berapa waktu ini Ophelia menjadi lebih dekat dengan Nasya. Ini juga karena mereka 1kelas disekolah, sehingga interaksi mereka menjadi lebih banyak. Tapi hal itu tidak berarti Ophelia menjadi terbuka dengan Nasya. Setiap sore, setelah mengantar Nasya pulang kerumah. Dia kembali pergi dan pulang larut malam juga.

Tidak tahu apa yang dilakukan kakak beradik itu diluar. Apakah itu urusan keluarga?

Sejak awal hubungan kami memang tidak baik. Awalnya aku juga tidak berharap kami akan menjadi keluarga sungguhan. Akan tetapi sejak tinggal serumah rasa memiliki dan khawatir mulai timbul dalam hatiku.

Aku, kak Binar, dan Nasya diam diam menjadi semakin khawatir. Sempat terlintas dipikiran ku untuk membahas masalah ini pada saat sarapan. Satu satunya waktu dimana kami berkumpul dengan lengkap. Tapi aku selalu ragu. Aku takut menghancurkan satu satunya waktu harmonis yang kami miliki.

Mungkin kak Binar dan Nasya memiliki pemikiran yang sama denganku. Sehingga tidak ada diantara kami yang membahas permasalahan ini. Kami berpura-pura semua berjalan dengan baik.

Bagaimana dengan 2 kakak sulung? Sejujurnya mereka berdua yang sangat aku harapkan untuk peka terhadap permasalahan di Rumah. Tapi keduanya seperti terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Kak Belinda selalu pulang larut. Sedangkan kak Riana, aku bahkan tidak tau kapan dia pulang.

Aku larut dalam pikiran. Hingga tepukan lembut di pundak kembali membawaku pada kenyataan.

Kulihat kak Binar tersenyum padaku."Dibereskan saja Ra. Kita simpan dilemari. Kalau kalau mereka lapar"

Aku mengangguk setuju dengan saran Binar. Tanganku mulai bergerak merapikan meja makan. "Nasya sudah tidur kak?"

"Sudah, tadi dia sempat menelpon Ophelia. Tapi tidak diangkat." Suara kak Binar terdengar lirih. Sepertinya dia juga menghawatirkan kedua saudari Silverlake itu.

Aku menghembuskan nafas lagi. Masalah ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Bukanya aku ingin ikut campur, tapi akan berbahaya jika gadis muda pulang terlalu larut.

"Besok aku akan coba bicara dengan Yvonne."

.
.
.
.
.
.

Jam Istirahat istirahat, waktu yang paling ditunggu para siswa. Segera setelah bell berbunyi para siswa berhamburan keluar kelas.

Aku melangkahkan kakiku. Berjalan melewati keramaian dilorong. Kali ini bukan kantin yang menjadi tujuan ku. Melainkan kelas sebelah, tepatnya kelas Yvonne.

Dari pintu kelas aku bisa melihat gadis itu sedang terduduk dimeja sibuk dengan buku-buku. Aku mendekat menghampiri gadis itu.

"Ayo kita bicara"

Yvonne mendongak, menatapku bingung. Tanpa menunggu jawabannya, aku berbalik pergi.

Saat berjalan aku mendengar derit kursi dan langkah kaki. Aku yakin sekali Yvone sedang mengikuti dibelakang.

Pikiranku terus bergelut tentang bagaimana aku berbicara nanti. Tanpa sadar kaki ku sudah melangkah menuju taman belakang. Disini cukup sepi, cocok untuk kami berbicara.

Aku berhenti di bawah salah satu pohon dan berbalik.Kembali aku tatap Yvonne yang juga sedang menatapku dengan penasaran.

"Kemana aja tiap malem?" Berjuta kata yang berputar di otakku. Malah kata sini yang keluar dari mulutku.

Benar saja, Yvonne langsung menatapku dengan tidak senang.

"Apa Urusan Lo?"

"Kita sekarang serumah Von"

"Terus?!"

"Kita sekarang keluarga, jadi kalau Sampek terjadi apa apa sama Lo. Itu jadi urusan gue dan yang lainya"

"Cih. Sejak kapan permainan itu Lo anggap serius." Nada sinis Yvonne seperti pedang yang menusuk hati.

"Lo kalau mau serius main Rumah-rumahan, main aja sama yang lain. Gak usah ikut Campur urusan gue. Inget Lo itu cuma ORANG ASING"

Yvonne menenggor bahu ku dan berjalan pergi. Aku bahkan tidak bisa berbalik atau menghentikankanya. Tubuhku seakan kaku tidak mau bergerak.

.
.
.
.
.
.
.
------
House of Hope

House Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang