Sudah diterbitkan di Teori Kata Publishing.
Tulisan belum direvisi.
FOLLOW DULU SEBELUM BACA‼️
--
Hanya satu pilihan ; "Bertahan hidup."
Ketika kamu harus memilih ego atau rasa perduli yang menguasai diri.
Bertahan atau pertahankan.
START : 14 Nov...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Semua itu hanya mitos belaka!"
----
Rayha mendudukkan tubuhnya lelah di atas sofa panjang di ruang tengah, ia menghela nafas kasar dengan pikiran yang masih berputar-putar. Dirinya mulai merogoh saku mencari ponsel genggamnya.
Saat tengah memperhatikan ponselnya, keningnya sedikit berkerut. Tak ada satupun notifikasi yang masuk ke ponselnya, ini tak seperti biasanya. Ia kemudian mencoba mengirim pesan acak untuk mengecek apakah ia kehabisan data seluler?
"Sepertinya memang habis." ucapnya yakin kali ini, kemudian meletakkan ponsel itu sembarang.
Ia kembali mengingat ucapan adik kelasnya, Aisha, mengenai hal-hal aneh yang akhir-akhir ini ia rasakan. Ternyata diam-diam adik kelasnya itu memperhatikan dengan cermat meski tampak luarnya sangat cuek.
Beberapa kali ternyata ia tertangkap basah saat tengah panik dan bingung ketika mengalami kejadian aneh, seperti saat supir bus mereka yang kabur entah kemana.
Aisha melihat raut paniknya dan Aisha juga melihat, supir bus yang berlari saat itu ke arah jalan setapak di tengah hutan sekeliling mereka. Ia pikir hanya dirinya yang menyadari hal itu, hal itu jugalah yang membawa ia merasa bersalah kepada seluruh siswa bus dua.
Ia juga merasa aneh dengan apa yang dipikirkan supir itu. Kabur ditengah kesusahan, entah ingin lepas tanggung jawab atau ada alasan lain dirinya tak tau, entahlah.
Hal lain yang mengikat pikirannya adalah ucapan Aisha, yang mengatakan mereka tengah berada didalam bahaya. Aisha sama sekali tidak menjelaskan hal itu.
Rayha berpikir Aisha hanya tengah merasa cemas.
Saat tengah berkecamuk dengan pikirannya, fokusnya dialihkan kepada sosok Ceysha yang terlihat baru saja turun dari kamar, wajah kusutnya dengan ponsel ditangannya menjadi pemandangan pertama Rayha.
Ia kemudian bertanya, "Kenapa kamu?" Tanyanya datar, melihat Ceysha seperti mengguncang ponselnya itu dengan tak santai.
Ceysha menghampiri Rayha, dengan nada kesal ia menjawab. "Males banget disini, liat deh! Ponsel pun nggak ada sinyal, Kak." Ia mendengus kesal, "kak Rayha ponselnya ada signal gak?" Lanjutnya.
Rayha menanggapinya dengan memberikan ponselnya kepada Ceysha, ia biarkan anak itu yang memeriksa. Lagi pula yang ia tau, ponselnya juga sedang kehabisan data, jadi terserah Ceysha mau di apakan.
"Kak, nggak ada juga tuh!" Ucapnya sedikit berteriak, kenapa baru sekarang hilangnya sinyal ini terjadi. Padahal baru saja Ceysha memulai menonton sebuah series di ponselnya.
"Handphone saya memang lagi habis kuota, coba kamu cek tinggal berapa?" Rayha menyarankan
"Masih ada kak, liat deh tinggal 404 MB lagi." Rayha menoleh ke arah Ceysha, ia kemudian mengecek ulang dan benar saja ternyata kuota miliknya tidak habis.