BAB 1 : Warisan Aaliyah

3 0 0
                                    

Debu menari di sinar matahari yang menerobos celah jendela loteng. Eliza Brown, dengan rambut cokelat keemasan yang terurai, menunduk, jari-jarinya menelusuri bingkai foto antik yang baru ditemukannya. Foto itu, usang dan pudar, menampilkan seorang wanita muda dengan mata tajam dan senyum tipis, tubuhnya terbungkus kostum balet putih yang berkibar. Di balik foto, tertulis dengan tinta pudar: "Aaliyah Brown, 1928".Eliza terkesima. Wanita dalam foto itu adalah nenek moyangnya, seorang balerina terkenal yang namanya hanya terukir dalam cerita keluarga. Namun, yang membuat Eliza tercengang adalah kemiripan yang luar biasa antara dirinya dan Aaliyah. Mata mereka, hidung, rahang, bahkan senyum tipis mereka, seolah-olah terukir dari cetakan yang sama. "Eliza, apa yang kau temukan?" Suara Jenna Wright, sahabat Eliza, terdengar dari bawah. Jenna, dengan rambut pirang dan mata biru yang ceria, adalah kebalikan dari Eliza yang pendiam. Eliza mengangkat foto itu. "Ini Aaliyah, leluhurku. Kau tahu, dia sangat mirip denganku."Jenna mengerutkan kening. "Benar juga. Tapi kenapa kau ada di loteng? Kau sedang mencari apa?"Eliza menggeleng, masih terpaku pada foto itu. "Aku hanya ingin menjelajahi tempat ini. Aku merasa ada sesuatu yang tersembunyi di sini.""Mungkin hanya debu dan laba-laba," Jenna bercanda, lalu menambahkan, "Oh, ngomong-ngomong, nenekku, Emily Shaw, akan datang berkunjung sore ini. Dia ingin bertemu denganmu."Eliza mengangguk, pikirannya masih tertuju pada Aaliyah. "Baiklah. Kapan dia akan datang?""Sekitar jam empat," jawab Jenna, lalu berlalu turun tangga.Eliza kembali menatap foto Aaliyah. Rasa ingin tahu yang menggerogoti hatinya membuatnya memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang nenek moyangnya. Dia membuka laptopnya dan mulai mencari informasi tentang Aaliyah Brown.Pencariannya membuahkan hasil yang mengejutkan. Aaliyah Brown memang seorang balerina terkenal di era 1920-an. Dia dikenal dengan bakatnya yang luar biasa dan penampilannya yang memukau. Namun, tak lama setelah mencapai puncak karirnya, Aaliyah ditemukan tewas di teater tempat dia menari. Kematiannya dinyatakan sebagai bunuh diri, tetapi banyak yang meragukannya. Eliza membaca lebih lanjut. Ada desas-desus tentang persaingan sengit antara Aaliyah dan seorang balerina lain, Emily Shaw, yang dikabarkan cemburu pada kesuksesan Aaliyah. Emily Shaw... nama itu terasa familiar. Eliza mengerutkan kening. "Jenna, tunggu!" teriak Eliza, berlari ke bawah tangga. "Nenekmu, Emily Shaw... apakah dia...?"Jenna mengerutkan kening. "Kenapa kau bertanya? Apa yang terjadi?"Eliza terdiam, pikirannya berkecamuk. "Tidak apa-apa. Aku hanya... berpikir tentang Aaliyah. Dia meninggal secara tragis, kau tahu."Jenna mengangguk. "Ya, aku pernah mendengarnya. Tapi itu sudah lama sekali."Eliza merasakan hawa dingin menjalar di tulang punggungnya. Dia tahu bahwa dia harus menggali lebih dalam. Dia harus menemukan kebenaran di balik kematian Aaliyah, dan mungkin, dia akan menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya: mengapa dia begitu mirip dengan nenek moyangnya itu.Eliza menatap foto Aaliyah sekali lagi. Matanya yang tajam seolah-olah menatapnya, penuh dengan misteri dan kesedihan. Eliza merasakan sebuah firasat kuat: Aaliyah memiliki sesuatu yang ingin dia katakan, sebuah rahasia yang terkubur dalam masa lalu. Eliza bertekad untuk mengungkapnya. 

The BallerinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang