Tertanda di sana,
di sembilan November,
pada pertengahan bulan hujan,
pada tahap harap-harap cemas,
menunggu ribu kejutan dalam
labirin yang disebut masa depan.
Tertanda di sana,
di sembilan November,
bertumbuh dari diri kemarin,
melanjutkan hidup
selayak kupu-kupu baru,
selayak Falee di langkah baru,
pijakan pertambahan usia.
Tertanda di sana,
di sembilan November,
kue krim abu-abu,
gerbang dari hitam yang sempat,
menuju putih yang abadi.
Tertanda di sana,
di sembilan November,
Sabisma dan Faleesha,
berbahagia kembali.
***
Nyaris tiga bulan komunikasi dua sejoli itu jauh dari kata lancar dan sering.
Bertemu di kelas, memeluk sebentar, lalu sepi kembali.
Ulang tahun Sabisma Hardialas dihias sunyi. Ia justru masih bergelut dengan asa di ruang pengadilan, sementara Falee di kediamannya merayakan pesta sendirian.
Oktober dengan hujan derasnya lewat begitu saja seakan bukan apa-apa.
Maka dengan itu Fika Faleesha Hanum tak ingin berharap banyak ketika November datang.
Terlebih, empat hari kemarin Bisma menghilang sepenuhnya.
Tapi di pagi hari ketika embun masih apik mengerubungi kaca jendelanya, mata Falee terbuka untuk menemukan kue dengan krim abu-abu di nakas kamar.
Falee's Day!
Heran bukan kepalang.
Kemarin Ibun dan Ayah berpamit dengan ribuan maaf untuk perjalanan bisnis hingga minggu depan. Mustahil adiknya yang menyiapkan itu.
Meski pilihan warnanya aneh, sebagaimana sikap remaja itu, tapi tetap saja rasanya tidak mungkin.
Maka diangkatnya kue dalam kotak kertas itu, dibawa menuju ke luar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
tanda | br & ffh
Nouvellesdidedikasikan sepenuhnya untuk kakak cantikku yang currently usernamenya babylukeypookey.