08 : Bound

419 102 48
                                    


King terbangun dari tidurnya, sendirian di kamar yang sunyi.

Telanjang—terbungkus rapat oleh selimut, beberapa bagian anggota tubuhnya terasa pegal, tetapi pegal yang nikmat.

Harusnya King mendapat satu dua kecupan, tetapi pagi ini rupanya sama dengan pagi-pagi sebelumnya.

Ia sendirian.

Soojae sudah pergi.

Pergi tanpa mengatakan apa pun padanya.

King tidak biasa bangun terlambat, tetapi Soojae berhasil membuatnya tidur sangat lelap.

Kehadiran wanita itu, kehangatan tubuhnya, membuat King merasa nyaman.

Ia menghela napas, melipat tangannya di bawah kepala dan menutup mata sejenak.

Ingatannya melayang.

Saat dirinya mencium bibir manis Soojae, lehernya, payudaranya. King ingin mengulangi saat-saat itu.

Saat tubuhnya terbakar, saat mulutnya penuh akan pujian-pujian. Han Soojae adalah anugerah yang indah, dan King berterima kasih pada Tuhan karena telah mempertemukannya dengan wanita luar biasa itu.

Soojae adalah perawan yang liar, penuh kejutan. Meski King tahu dia sudah menikah, di matanya Soojae tetaplah miliknya.

Tak ada yang bisa mengubah itu semua.

"Sial," gumam King sambil tertawa kecil pada dirinya sendiri.

"Aku lupa meminta nomor teleponnya."

Rasa frustrasi bercampur dengan kesenangan dari kenangan yang masih segar di pikirannya. Ia duduk di tepi ranjang, meraih ponselnya.

Ada sebuah notifikasi muncul, mengganggu lamunannya.

"King? Sore nanti antar aku, sore nanti ada perjalanan menuju Daegu."

"Oke, baiklah."

King menghabiskan pagi itu dengan pikiran yang penuh.

Tubuhnya masih terasa hangat dari kenangan malam itu bersama Soojae, tetapi kenyataan bahwa wanita itu telah pergi tanpa jejak membuatnya gusar.

Ia memutuskan untuk melanjutkan rutinitasnya, meskipun kepalanya terus menerawang pada sosok yang telah meninggalkannya.

Setelah mandi dan bersiap, ia mengenakan jins dan kemeja yang sudah menjadi seragam hariannya.

"Yeah, aku akan menunggumu kembali, Nyonya."

King tidak mungkin pergi untuk mencari Soojae. Karena itu tidak ada dalam kesepakatan. Soojae tidak akan senang jika ia pergi menemui wanita itu.

Mungkin mereka bisa bertemu di suatu tempat, dan anggap saja itu kebetulan yang menyenangkan.

"Kita lihat saja nanti."

♥️♥️♥️

Tiga minggu kemudian.

Di sisi lain.

Soojae sedang mengurus anak-anak di pantai asuhan.

Mereka sedang dipakaikan baju dengan warna seragam.

Gadis-gadis kecilnya memakai gaun berwarna biru muda dengan pita merah, sementara anak laki-lakinya memakai kemeja dengan warna sama.

Mereka akan dipotret untuk majalah tahunan panti asuhan dan Soojae harus memastikan beberapa anak benar-benar bisa mendapatkan orang tua permanen mereka sebelum mereka benar-benar besar di panti asuhan. Meskipun beberapa kali Soojae kehilangan fokus.

ᴅɪʀᴛʏ ɪɴᴠɪᴛᴀᴛɪᴏɴ [21+] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang