05 : Ambiguous

833 146 115
                                    

Bunga sedang layu.

Mungkinkah karena cuaca? Ataukah karena disebabkan oleh kumbang yang mengambil terlalu banyak selain daripada nektar?

Ya, selain mengambil nektar. Kumbang telah mengunyah kelopak dan tangkai sang bunga, menggigit dan melumatnya menjadi sebuah borok, yang kemudian membawa sang bunga menuju akhir hidupnya.

Bunga baru saja mekar, bahkan belum sepenuhnya. Sang bunga masih punya beberapa hari yang indah sebelum dia berubah menjadi sesuatu yang baru atau gugur. Seharusnya bunga punya hal-hal menyenangkan yang bisa dikenang pada saat hari itu tiba.

Kasihan. Seharusnya sang bunga dilindungi. Seharusnya sang bunga yang rapuh memiliki seseorang untuk merawat luka-lukanya.

King memperhatikan saat Soojae berbaring di tempat tidurnya yang mungil. Wanita itu basah kuyup saat King membawanya ke flat.

Dengan meneguhkan hati dan menjaga tangannya untuk tidak bertindak kurang ajar. King menelanjangi wanita itu dan mengganti seluruh pakaian yang basah dengan kemeja kering miliknya.

Demam tinggi membuat Soojae menggigil. Sepanjang malam King terjaga hanya untuk menemani Soojae yang terus mengigau.

Kadang-kadang wanita itu berteriak, menangis tersedu-sedu dan memohon seperti anak kecil agar tidak ditinggalkan sendirian. Mimpi-mimpi buruk yang dialami Soojae seolah mengalir pada genggaman tangan mereka. Soojae sering terjaga, tidurnya gelisah dan karena demam itu. Soojae mengira King adalah ibunya atau sosok yang diharapkan hadir saat wanita itu membutuhkan.

King tidak keberatan. Dia tidak pernah melihat seseorang yang begitu rapuh. Bahkan wanita yang rapuh pun tidak lebih rapuh daripada Soojae saat ini. Wanita itu sakit, tetapi sorot terluka dari tatapan matanya sebelum jatuh pingsan membuat King memikirkan kembali kesedihan yang terpancar pada saat pertama kali mereka bertemu—dan King bersumpah ingin menyingkirkan kesedihan itu dari sana.

"Ibu ... ibu tidak pernah tinggal saat aku sakit. Ada apa? Apa aku akan meninggal? Jadi ibu di sini untuk melihatku?" kata Soojae, dini hari. Saat hujan yang lebat berubah menjadi badai dan membuat sekeliling gedung banjir. King langsung dapat mengetahui seperti apa sosok ibu yang Soojae miliki.

"Aku lelah," katanya.

"Aku tahu, Sayang. Tidurlah."

King masih punya ibu, dan meskipun saat ini mereka sudah tidak tinggal bersama. King masih lebih beruntung, sebab dulu saat sakit dan demam. Ibunya selalu berada di dekatnya.

Setelah semalaman terjaga. King akhirnya menyerah dan tertidur di kursi. Bahkan meskipun hari sudah pagi, cahaya matahari tak sanggup menembus tebalnya awan di langit. King terbangun beberapa jam kemudian. Menemukan Soojae yang diam-diam tengah menatapnya kebingungan.

"Apa semalam aku dilecehkan?"

Apakah itu pantas ditanyakan pada seseorang yang dengan baik hati mau menampung dan bahkan rela memberikan satu-satunya tempat tidur untuk orang lain? King yakin sekali wanita yang kini berbaring di tempat tidurnya itu benar-benar sudah sembuh dari demamnya. King bahkan tak perlu memeriksa.

"Aku tidak bercinta dengan wanita yang sedang terbakar demam. Nanti sosisku bisa matang."

Soojae tidak tersenyum atau bahkan bergerak. Wajahnya masih pucat dan King tahu wanita itu pasti lemas sekali.

"Jam berapa sekarang?"

King tak punya jam dinding. Ia meraih ponsel dari nakas kecil dekat situ dan mengernyit.

"Pukul 9 pagi."

"30 menit lagi," kata Soojae, nyaris berbicara pada diri sendiri. Berencana untuk segara kembali ke rumah.

ᴅɪʀᴛʏ ɪɴᴠɪᴛᴀᴛɪᴏɴ [21+] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang