04 : Blue Rain

745 139 133
                                    

Sepanjang sisa acara piknik itu, Soojae bersama Jihun dan nyonya Park. Untunglah, King memilih untuk mengambil jarak darinya. Sebab, kalau pria itu dekat-dekat dengannya lagi. Soojae yakin ia akan mengambil pisau dari dapur nyonya Bae dan menusuk pria itu di sana. Oh, itu pasti akan menjadi tajuk berita besar berjudul, "Istri Daniel Sung pemilik stasiun televisi melakukan penusukan."

Ibu mertua, Daniel, orang tua kandungnya. Soojae tahu mereka semua membuatnya tertekan, tetapi ia tidak pernah merasa begitu frustasi seperti saat menghadapi King. Pria itu cuma orang asing!

Pria itu tak tahu apa-apa soal dirinya. King cuma penjual mainan, cuma pria biasa yang bekerja sebagai sopir untuk nyonya Park. King pria miskin yang tidak setara dengannya, tetapi pria itu bisa dengan mudah membuatnya tak berdaya. Soojae berjuang menahan setiap ledakan emosi yang membingungkan. Membungkus rapat-rapat rasa bersalah, marah dan benci yang ditujukan pada dirinya sendiri.

Soojae telah gagal menjaga harga diri, kehormatannya sebagai wanita. Ia wanita terkutuk. Ia tak termaafkan karena sudah memainkan api gairah dengan pria yang bukan suaminya. Ini bukan dirinya. Ia sudah tergoda oleh setan. Ia harus membuat seluruh rasa bersalah ini dengan memberitahu Daniel apa yang terjadi. Suaminya mungkin akan marah, tetapi pria itu akan memaafkannya. Pria itu akan mengampuninya.

Setelah acara piknik berakhir. Ia bisa meninggalkan anak-anak di panti. Padahal seharusnya ia tinggal, padahal ia sudah berkata pada Daniel bahwa ia baru akan kembali esok, tetapi ia akhirnya memutuskan untuk pulang karena tidak mau menunda lagi.

Ia terkulai di kursi belakang mobil seperti kain pel yang baru saja diperas. Akhir-akhir ini segalanya terasa kacau. Akhir-akhir ini ia tidak bersemangat, kecuali saat berciuman dengan pria itu.

Saat mengingat betapa menjijikan perbuatannya, Soojae tanpa sadar meneteskan air mata. Rasa bersalah, kecewa, marah, gairah, kesedihan karena ditolak, membuat dadanya bergejolak oleh siksaan. Hatinya patah, tetapi fisiknya bergairah.

Soojae berjuang untuk tidak melewati batas. Meskipun tubuhnya tidak berbohong soal King, tetapi akan menahan godaan itu. Tidak boleh ada yang kedua kali. Ini semua keliru dan ia akan memperbaikinya sebaik yang bisa ia lakukan.

Soojae sudah bertekad, maka dari itu ia tidak mau menunda sebelum keberaniannya hilang. Jadi, begitu sampai di rumah. Soojae mendapati dirinya sudah berjalan menuju kamar Daniel. Malam ini, rumah terasa sangat hening. Padahal sebelumnya rumah memang selalu seperti itu.

"Daniel?"

Tidak ada jawaban. Soojae mendorong pintu sedikit dan menemukan kamar suaminya tidak terkunci. Tidak ada siapa pun di sana. Daniel mungkin berada di ruang kerjanya. Mengurus sesuatu.

Benar, suaminya mungkin ada di sana atau di suatu tempat. Soojae harus segera menemukan Daniel sebelum keberaniannya hilang. Sebelum ia berubah pikiran. Soojae harus melakukan pengakuan dosa pada suaminya.

"Daniel?"

Rupanya ruang kerja juga tidak berpenghuni. Soojae mesti berpikir untuk memutuskan ke mana harus mencari suaminya di suatu tempat di rumah besar itu.

Apakah Daniel berada di luar? Sedang menyendiri di gazebo? Itu bisa jadi kemungkinan. Pekerjaan yang selalu mendesak dan menjadi beban selalu membuat Daniel butuh lebih banyak udara segar dan ketenangan.

Saat berjalan menuju halaman belakang, Soojae mendengar suara orang berbicara. Suara itu memantul dari lorong yang mengarah ke ruang penyimpanan anggur. Danielkah?

Soojae menduga itu suaminya. Ya, siapa lagi? Rupanya Daniel sedang minum di sana. Memilih tempat penyimpanan anggur sebagai tempat menenangkan diri bukan hal tabu. Kadang-kadang Soojae juga suka melarikan diri ke sana.

ᴅɪʀᴛʏ ɪɴᴠɪᴛᴀᴛɪᴏɴ [21+] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang