yh

61 6 2
                                    

Era Perang Dunia II membawa banyak cerita tak terduga—seperti kisah seorang komandan tank yang tabah dan seorang perawat medis yang lembut hati.

Yunho, seorang komandan muda dengan perawakan tinggi dan ketegasan di matanya, memimpin sebuah unit tank yang dijuluki Titan’s Fury. Di medan perang, ia dikenal karena keberaniannya. Tapi di balik sikapnya yang tegas, Yunho adalah sosok yang memendam banyak kerinduan. Tidak kepada keluarganya, bukan juga kepada kampung halamannya, melainkan kepada satu orang: perawat medis bernama Seonghwa.

Seonghwa adalah seseorang yang jarang terlihat di garis depan, tapi kehadirannya selalu dirasakan oleh semua orang. Ia adalah tangan yang merawat luka, suara yang menenangkan hati, dan kehangatan di tengah dinginnya perang. Yunho pertama kali bertemu dengannya ketika dirinya terluka di sebuah serangan mendadak, dan sejak saat itu, ia tidak pernah bisa melupakan tatapan teduh Seonghwa.

Garis depan sedang kacau balau. Peluru berdesing, ledakan terdengar di mana-mana. Tapi di tengah kerusuhan itu, Yunho tetap memimpin dengan kepala dingin. “Fokus ke target! Jangan biarkan mereka mendekat!” teriaknya melalui radio.

Namun, sebuah ledakan besar mengguncang Titan’s Fury, membuat tank itu kehilangan kendali sejenak. Yunho yang berada di dalam merasakan hantaman keras di bahunya. Meski begitu, ia tetap memastikan timnya selamat.

Beberapa jam kemudian, setelah keadaan terkendali, Yunho dilarikan ke pos medis. Dan di sanalah ia melihat Seonghwa lagi, sedang sibuk merawat seorang tentara yang terluka.

“Seonghwa!” panggil Yunho dengan suara serak.

Seonghwa menoleh, matanya membelalak saat melihat Yunho. Ia langsung menghampiri, memeriksa bahu Yunho yang berdarah. “Kapten Jung, kenapa kau selalu membuatku khawatir?”

“Aku hanya ingin kau memperhatikanku,” balas Yunho sambil tersenyum kecil meskipun kesakitan.

Seonghwa mendengus pelan, tapi pipinya merona. “Duduk diam dan biarkan aku bekerja,” katanya tegas.

Setelah perawatan selesai, Yunho tetap tinggal di pos medis untuk pemulihan. Ia menggunakan kesempatan itu untuk lebih dekat dengan Seonghwa.

“Kenapa kau memutuskan menjadi perawat?” tanya Yunho suatu malam saat mereka duduk di bawah tenda, menatap langit malam yang dipenuhi bintang.

Seonghwa menghela napas. “Aku ingin membuat perbedaan. Di tengah perang yang begitu banyak menghancurkan, aku ingin menjadi seseorang yang membawa harapan. Meskipun kecil.”

Yunho menatapnya dengan kekaguman. “Kau lebih dari sekadar harapan, Seonghwa. Kau adalah alasan banyak dari kami bisa terus bertahan.”

Seonghwa menunduk, merasa malu dengan pujian itu. Tapi ia juga merasa hangat di hatinya. Yunho selalu punya cara untuk membuatnya merasa istimewa.

Beberapa hari kemudian, Seonghwa mendapati dirinya berada di tengah kekacauan lagi. Pos medis tempatnya bertugas terkena serangan musuh, dan ia terjebak bersama beberapa tentara yang terluka.

Ketika Yunho mendengar kabar itu, ia tidak berpikir dua kali. Ia langsung memerintahkan timnya untuk bergerak, meskipun itu berarti melawan perintah atasan.

“Kapten, ini berbahaya!” teriak salah satu anak buahnya.

“Tutup mulut dan jalankan perintahku!” balas Yunho dengan nada tegas.

Menggunakan Titan’s Fury, Yunho dan timnya menerobos garis musuh untuk mencapai pos medis. Di tengah ledakan dan peluru yang beterbangan, Yunho akhirnya menemukan Seonghwa yang sedang berusaha melindungi seorang tentara muda.

“Yunho!” seru Seonghwa ketika melihatnya.

“Cepat naik!” Yunho membuka pintu tanknya, menarik Seonghwa masuk.

Mereka berhasil menyelamatkan semua orang, meskipun harus melewati situasi yang sangat menegangkan. Ketika akhirnya mereka kembali ke markas, Seonghwa langsung menghampiri Yunho dan memeluknya erat.

“Jangan pernah lakukan itu lagi!” serunya dengan mata berkaca-kaca.

“Aku tidak bisa diam saja saat kau dalam bahaya,” balas Yunho, suaranya lembut.

Seonghwa menatapnya, dan untuk pertama kalinya, ia melihat Yunho sebagai lebih dari sekadar komandan. Ia melihat seseorang yang mencintainya dengan tulus.

Sejak hari itu, hubungan mereka semakin dekat. Meskipun perang tidak memberi mereka banyak waktu untuk bersama, setiap momen yang mereka miliki terasa begitu berharga.

“Ketika semua ini berakhir,” kata Yunho suatu malam, “aku ingin kau ikut denganku ke tempat yang jauh dari perang ini. Kita bisa memulai hidup baru, Seonghwa.”

Seonghwa tersenyum, matanya bersinar dengan harapan. “Aku akan ikut ke mana pun kau pergi, Yunho. Karena bersamamu, aku merasa aman.”

Mereka menemukan cinta yang menjadi pelita di tengah kegelapan.

Tank mereka bukan hanya kendaraan perang, tetapi juga simbol kekuatan dan perlindungan.

Exquisite Episode • All × SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang