14. Masalah.

558 135 6
                                    

Enjoy!













Sudah 3 bulan berlalu. Sama halnya dengan hubungan rahasia Zio dan Erine yang masih belum di ketahui siapapun. Termasuk Bastian dan juga Nina.

Walaupun, tatapan curiga sering keduanya pancarkan pada Zio dan Erine.

Karna hal itu juga— kedua sejoli itu harus bisa bersikap sebiasa mungkin ketika sedang bekerja, berada tempat umum, dan juga ketika sedang berhadapan dengan kedua temannya. 3 bulan memang bukan waktu yang singkat, sehingga kini Zio dan Erine kian semakin dekat.

Hari demi hari yang mereka lalui tidaklah mudah. Banyak tantangan dan ujian yang datang pada keduanya. Tetapi, dengan kepercayaan juga kebersamaan, mereka berhasil melalui itu semua.

Erine kini tak lagi menyembunyikan sifat cengengnya. Kadang ia menangis di pelukan Zio hanya karna hal sepele. Ia terus mengadu, serta mengeluarkan sifat clingy-nya yang hanya di ketahui oleh Zio seorang.

Bagaimana dengan Kimmy? Gadis itu masih terus mengejar Zio. Bahkan, ia sudah lebih berani. Mengirim begitu banyak surat dan pesan. Mulanya, Zio merasakan bahwa itu adalah hal yang biasa, tetapi seiring berjalannya waktu, Zio sudah mulai merasa risih.

Ia tak berani mengadu hal tersebut pada Erine karna yang ia tau, Erine sangat agresif dengan Kimmy. Bisa-bisa Erine melakukan hal nekat pada gadis itu. Khawatir? Tidak. Zio hanya tak mau jika seseorang terluka karna dirinya.

Seperti saat ini, Zio baru saja selesai melakukan ritual paginya. Yaitu mandi. Begitu banyak suara notif yang terdengar dari ponselnya.

Zio berdecak kesal lalu melirik keberadaan ponselnya. Ia segera meraih ponsel itu dan melihat nama kontak yang tertera pada layar. "Kak Kim"

Zio tak berniat untuk membalasnya sekarang. Yang bisa ia lakukan hanyalah menyalakan silent agar suara notif itu berhenti terdengar.

Gadis itu mengacak rambutnya dengan handuk yang terbalut, mencoba untuk mengeringkan rambutnya yang masih terasa basah.

Pakaian yang Zio kenakan hari ini cukup sederhana, karna hari ini adalah harinya libur bekerja. Sama halnya dengan Erine.

Zio segera beranjak dari kamarnya menuju ruang makan. Ia berniat untuk sarapan bersama Erine.

Disana, terlihat Erine yang tengah berkutat pada benda pipihnya. Raut wajahnya berkerut kesal.

Zio segera berlari kecil menghampiri gadis itu.

"Kenapa, kak? Kesel banget kayaknya?" Tanya Zio.

Erine menoleh, dagunya terangkat. "Ini, Bastian ngeselin banget." Ketusnya sembari mengulurkan tangannya, memperlihatkan isi chat dirinya dengan Bastian.

Kemudian, Zio terkekeh. "Aneh-aneh aja ih kak Bastian. Tapi kayaknya boleh di coba," sarkasnya kemudian.

Sontak Erine memutar matanya jengah, raut wajahnya semakin jengkel mendengar respon dari Zio. Sama saja seperti Bastian. "Kamu makin kesini makin berani, ih,"

Zio tertawa kecil. "Maaf, maaf." Setelahnya, Zio kembali berjalan menuju dapur. Seperti hari-hari sebelumnya, dirinya lah yang akan menyiapkan makanan. Mau itu untuk sarapan, makan siang, ataupun makan malam.

Erine terkadang membantunya memasak, hanya ketika sedang dalam mood yang baik.

Sementara Zio mulai memasak, Erine kembali berkutat pada ponselnya. Ia mengulum bibirnya sejenak.

"Em ... Oline," panggil Erine.

"Iya?" Zio menyahutnya tanpa menoleh. Tangannya begitu sibuk mengiris bawang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fell In Love With You, Ziolline?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang