ketakutan dan ketertarikan

41 6 0
                                    




Ketakutan menghantui Lee Jeno seperti bayangan.  Bayangan Na Jaemin, sosok misterius yang telah memasuki hidupnya bak meteor yang jatuh dari langit malam, semakin nyata.  Bukan hanya bisikan-bisikan di rumah sakit, tetapi juga instingnya sendiri yang memberitahu Jeno bahwa ia telah terjerat dalam sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan.  Ia adalah seorang dokter, terbiasa menghadapi bahaya dalam bentuk penyakit dan cedera, tetapi bahaya yang satu ini berbeda.  Ini adalah bahaya yang datang dari manusia, dari dunia yang gelap dan kejam yang sebelumnya hanya ia kenal dari berita-berita kriminal.

Ia mencoba untuk fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya selalu melayang ke Jaemin.  Wajah tampan itu, dengan tatapan dingin dan tajamnya, terus berputar-putar di benaknya.  Ia mengingat aroma parfum Jaemin yang tajam dan maskulin, aroma yang seolah-olah menandakan kekuasaan dan dominasi.  Ia mengingat sentuhan tangan Jaemin yang dingin saat Jeno memeriksa lukanya, sentuhan yang terasa seperti es yang menusuk kulitnya.  Dan ia mengingat tatapan posesif Jaemin, tatapan yang seolah-olah ingin mengklaim Jeno sebagai miliknya.

Jeno mencoba untuk menghindari Jaemin, tetapi tampaknya itu mustahil.  Ia melihat Jaemin di koridor rumah sakit, di ruang tunggu, bahkan di kafetaria.  Pria itu selalu muncul di tempat-tempat yang tidak terduga, seolah-olah ia selalu mengawasinya.  Pengawal-pengawal Jaemin, pria-pria berbadan tegap dan berwajah dingin, juga selalu ada di dekatnya, seperti bayangan yang tak pernah lepas.  Mereka tidak pernah mengganggu Jeno secara langsung, tetapi kehadiran mereka terasa seperti ancaman yang konstan.

Suatu sore, setelah menyelesaikan operasi yang panjang dan melelahkan, Jeno menemukan sebuah kotak kecil di mejanya.  Kotak itu terbuat dari kayu gelap yang halus, dan di atasnya terdapat sebuah pita sutra hitam.  Jeno membuka kotak itu dengan hati-hati.  Di dalamnya terdapat sebuah kalung perak yang indah, berbentuk salib kecil yang dihiasi dengan batu permata hitam.  Kalung itu terlihat mahal dan elegan, tetapi juga sedikit menyeramkan.  Jeno tahu bahwa kalung itu berasal dari Jaemin.  Itu adalah hadiah, tetapi juga sebuah peringatan.  Sebuah tanda bahwa Jaemin selalu mengawasinya, selalu ada di dekatnya.

Jeno mencoba untuk menolak hadiah itu, tetapi ia tidak bisa.  Ada sesuatu yang menariknya pada Jaemin, sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.  Ia takut pada Jaemin, tetapi ia juga tertarik padanya.  Ketakutan dan ketertarikan itu bercampur aduk dalam dirinya, menciptakan konflik internal yang semakin kuat.  Ia merasa seperti sedang berjalan di atas tali yang rapuh, dengan jurang yang dalam di bawahnya.  Satu kesalahan kecil saja bisa membuatnya jatuh ke dalam jurang yang gelap dan berbahaya.

Pada saat yang sama, Jeno mulai melihat sisi lain dari Jaemin.  Ia mendengar cerita-cerita dari perawat dan dokter lain tentang kebaikan hati Jaemin yang tersembunyi di balik penampilannya yang dingin.  Ia mendengar tentang bagaimana Jaemin menyumbangkan sejumlah besar uang untuk rumah sakit, bagaimana ia selalu membantu orang-orang yang membutuhkan, meskipun ia sendiri adalah seorang mafia.  Jeno mulai menyadari bahwa Jaemin bukanlah monster yang ia bayangkan.  Ia adalah manusia yang kompleks, dengan sisi gelap dan sisi terang yang bercampur aduk.

Suatu malam, Jeno melihat Jaemin di atap rumah sakit.  Pria itu duduk sendirian, menatap kota yang gemerlap di bawahnya.  Jeno menghampirinya dengan hati-hati.  "Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Jeno.  Jaemin tidak menjawab.  Ia hanya menatap Jeno dengan tatapan yang sulit diartikan.  Ada kesedihan dalam tatapan itu, kesedihan yang membuat Jeno merasa iba.

"Saya... saya tidak tahu harus berbuat apa," kata Jaemin akhirnya, suaranya terdengar lemah.  "Saya terjebak dalam dunia ini, dunia yang penuh dengan kekerasan dan pengkhianatan.  Saya ingin keluar, tetapi saya tidak tahu bagaimana caranya."  Jaemin menatap Jeno dengan mata yang berkaca-kaca.  "Anda... Anda berbeda," katanya.  "Anda baik, dan jujur.  Saya... saya ingin melindungi Anda."

Kata-kata Jaemin membuat Jeno terkejut.  Ia tidak menyangka bahwa Jaemin akan mengungkapkan perasaannya seperti itu.  Ia merasa iba pada Jaemin, tetapi ia juga masih takut.  Ia tahu bahwa Jaemin adalah seorang mafia, dan ia tahu bahwa dunia mafia adalah dunia yang berbahaya.  Namun, ia juga mulai merasakan ketertarikan pada Jaemin, ketertarikan yang semakin kuat setiap hari.  Ia merasa terjebak di antara ketakutan dan ketertarikan, antara bahaya dan cinta.

Tiba-tiba, suara tembakan memecah keheningan malam.  Jeno dan Jaemin langsung bersembunyi.  Dari kejauhan, mereka melihat sebuah mobil yang melaju kencang meninggalkan rumah sakit.  Itu adalah mobil yang sama yang selalu mengantar Jaemin.  Jeno semakin menyadari bahwa Jaemin sedang dalam bahaya.  Dan ia, tanpa sadar, sudah terjerat dalam bahaya itu.

mafia dan dokter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang