jejak cahaya di bairro alto

16 2 2
                                    


Sinar matahari pagi yang hangat,  seperti sapuan kuas emas,  menembus celah-celah tirai linen tipis di apartemen mereka.  Debu-debu halus menari-nari dalam cahaya keemasan yang menerpa lantai kayu jati yang dipoles mengkilap,  menciptakan pola-pola geometris yang menawan.  Aroma kopi arabika yang baru diseduh bercampur dengan aroma roti panggang gandum utuh dan sedikit manisnya madu lokal,  membuat jaemin menarik napas dalam-dalam,  menikmati aroma pagi yang menenangkan.  Kenangan indah Festival Cahaya Alfama semalam masih terasa hangat di dadanya,  seperti sisa-sisa kembang api yang masih berkelap-kelip di langit malam.

Jaemin,  dengan kemeja linen putih yang baru saja dicuci,  beraroma lembut lavender,  sedang menyiapkan sarapan.  Jari-jarinya yang lincah dan terampil,  seperti penari balet yang anggun,  bergerak cepat meniriskan buah-buahan segar – stroberi merah juicy,  kiwi hijau cerah,  dan beberapa iris mangga kuning keemasan – untuk topping yogurt Yunani mereka.  Ia mengerutkan kening sedikit,  fokus pada setiap detail,  ingin membuat sarapan yang sempurna untuk Jeno.  Ia menambahkan sedikit kayu manis ke dalam yogurtnya sendiri,  menikmati aroma rempah-rempah yang hangat dan sedikit pedas.

Jeno,  dengan kaos bergambar band The Smiths yang sedikit pudar,  warna biru tua yang lembut,  dan gambar gitar yang sedikit retak,  sedang duduk di meja makan kecil mereka yang terbuat dari kayu pinus yang sudah usang.  Ia menyesap kopi hangat dari cangkir keramik berwarna krem,  menikmati rasa pahit yang menyegarkan.  Ia menatap jaemin dengan senyum yang manis,  mata hazelnya berbinar-binar,  menikmati kehangatan dan cinta yang menyelimuti hatinya.  Rambutnya yang sedikit berantakan terurai di atas bahunya,  menambah pesona alami yang dimilikinya.

Setelah sarapan,  mereka bersiap-siap untuk menjelajahi Bairro Alto.  Jaemin mengenakan kemeja dengan corak bunga-bunga berwarna-warni,  mencocokkannya dengan celana jeans biru kesukaannya.  Jeno mengenakan kaos berwarna pastel lembut,  mencocokkannya dengan celana jeans hitam yang elegan.  Mereka saling bertukar pandangan di cermin kecil di lorong,  Mark mengusap lembut pipi Jeno,  mengucapkan,  "Kamu terlihat sangat tampan hari ini."  Jeno tersenyum dan menjawab,  "Kamu juga,  Sayang."  Mereka bergandengan tangan,  jari-jari mereka saling bertautan,  merasakan kehangatan dan kenyamanan satu sama lain.

Di Bairro Alto,  suara deru lalu lintas yang samar bercampur dengan kicauan burung-burung dan alunan musik Fado yang mengalun pelan dari sebuah cafe terdekat.  Aroma kopi bercampur dengan bau roti panggang dan aroma bunga bougainvillea yang merambat di dinding-dinding bangunan tua.  Mereka berhenti di sebuah toko kecil yang menjual kerajinan tangan tradisional.  Bau kayu dan cat memenuhi udara.  Mark menemukan sebuah piring keramik berwarna biru tua dengan motif bunga-bunga berwarna kuning dan oranye,  dihiasi dengan glaze yang mengkilap.  Jeno menemukan sebuah kalung tangan yang terbuat dari kayu jati yang halus dan batu akik hijau tua,  dengan ukiran kecil berbentuk daun di bagian tengahnya.  Jaemin menyentuh lembut kalung itu,  mengucapkan,  "Ini sangat indah,  aku ingin membelinya untukmu."  Jeno tersenyum dan mengangguk.

Saat senja tiba,  mereka menemukan sebuah cafe kecil yang menawarkan pemandangan yang indah dari atas bukit.  Mereka duduk di meja yang berada di teras cafe,  menikmati minuman hangat dan cemilan yang mereka pesan.  Jaemin memesan secangkir teh herbal yang hangat dan menyegarkan,  sementara Jeno memesan secangkir kopi espresso yang kuat dan nikmat.  Mereka menikmati cemilan kue pastel de nata yang baru dibuat,  dengan lapisan gula yang manis dan renyah.  Mereka saling bercerita tentang mimpi dan rencana masa depan mereka,  tawa mereka bercampur dengan suara musik Fado yang mengalun pelan. jaemin menceritakan tentang rencananya untuk ikut kelas memasak Portugal,  sementara Jeno menceritakan tentang pameran foto yang akan diikutinya.  Mata mereka berkilau dengan kegembiraan dan antusiasme.

Saat matahari terbenam,  cahaya keemasan menyelimuti kota Lisbon. jaemin menatap Jeno,  menikmati keindahan Jeno di tengah kejayaan senja.  Jeno menatap jaemin dengan tatapan yang penuh dengan kehangatan dan kasih.  Mark mengusap lembut pipi Jeno,  mengucapkan,  "Aku sangat mencintaimu."  Jeno menjawab dengan senyum yang manis dan sebuah ciuman lembut di bibir jaemin.  Mereka merasakan kebahagiaan yang mendalam,  kebahagiaan yang tercipta dari cinta,  kebersamaan, dan pengalaman yang indah.  Mereka berjanji untuk terus menikmati kehidupan baru mereka di Lisbon,  dengan semua keindahan dan kebahagiaan yang diberikannya.



mafia dan dokter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang