PuDar

3 0 0
                                        


"Jiii yang bener ini?"

Aku terkejut tak salah lihat, mereka berdua memasang foto profil couple, lalu bio whats app nya juga berganti bersamaan.

"Bentar bentar ini pasti bercanda kan?"

Puji menggeleng dengan senyuman.

What !! Yang bener aja ? Mereka baru kenal beberapa hari loh, aku memastikan langsung mengirim pesan ke abang.

Bang Dar

"Bang lu pacaran sama Puji?"

"Tanya Puji lah, kakak ipar mu itu"

"Serius?"

"Serius lah ngapain abang main main"

"Aaaaaaa"

Seketika ku guncang bahu Puji, tak percaya seorang Puji akhirnya berpacaran dengan abang ku, meski ga kandung sih.

"Gimana kaget ?"

Ujar Puji sambil memakan bekal nya.

"Ya iyalah gw shok selebih nya shik shak shok"

Aku tertawa ikut bahagia dengan hubungan Puji dan bang Darma, sangat bahagia karna orang yang ku kenal kan tanpa sengaja tiba tiba membuat hubungan waw ini plot wish.

"Oh ya Ji aku mau mampir ke rumah mu buat siap siap les nanti siang boleh ga? Timbang aku bolak balik ke rumah ngabisin bensin"

Aku membalik badan ku menghadap Puji sambil memakan tempe goreng.

"Yaa boleh lah kau kan adik ku sekarang"

Aku bahagia mendengar itu.

Jam pulang pun tiba, kami anak kelas 12 di beri waktu 1 jam untuk siap siap les, jadi aku memilih mampir di rumah Puji untuk menghemat bensin.

Oh ya aku dan Puji sudah sedekat ini selama masa kelas 12, ibu nya juga sudah mengenalku dengan dekat menerimaku layak nya anak sendiri, dan aku juga sudah menganggap ibu Puji sebagai ibu ku juga hehe.

Aku juga sering mampir ke rumah Puji hanya sekedar untuk ngobrol dan curhat dengan Puji, kadang juga makan es krim bersama hanya untuk menghindari rumah ku yang beringsik, jadi Puji sudah ku anggap sahabat bahkan saudara dia adalah orang yang sangat baik, sangat sangat baik membantuku dengan ihklas mendengarkan curhatan ku tanpa mengadu nasib, dia gadis yang baik.

Hari hari bahagiaku berlalu seperti itu.

Namun setiap malam aku akan menjadi nyamuk di hubungan mereka, yah bisa dibilang saksi bucin mereka, Puji tak berani telfon sendirian tanpa aku, begitupun bang Darma dia bilang "kamu ikut telpon aja biar rame dan ga hening hening banget, timbang kamu mikirim pacar mu itu" sedikit menusuk tapi ga papalah emang kenyataan nya.

Oh ya karna aku sering di tanya

"Dimana Dew? Kenapa ga nemenin kamu?"

Aku mulai jujur, menyakitkan jika aku bohong, aku sedang terluka.

Setiap telfon itu semua punya cerita masing masing, dan lelucon masing masing layak nya pasangan normal, aku kadang jadi saksi bisu kebucinan mereka, sungguh itu membuat ku iri, terkadang juga membuat ku merasa "kenapa aku tidak di perlakukan seperti itu?" Dan akhirnya banyak pertanyaan yang muncul.

Alur Absurd GADISKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang