Anyelir pernah terlibat hubungan satu malam dengan Biru, yang kemudian membuatnya memutuskan untuk melarikan diri. Sampai dua tahun berlalu dan Anyelir kembali bertemu dengan Biru yang tiba-tiba telah memiliki seorang putri kecil--Nay. Nay yang hera...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anyelir cukup terkejut menatap seonggok celana dalamnya yang tergantung di kamar mandi. Bahkan, dia sempat menghentikan niatnya di kamar mandi tersebut hanya karena pemandangan celana dalam yang ia ingat semalam sudah ia cuci akibat terkena sedikit noda menstruasinya dan ia gantung di jemuran yang ada di sudut dapur ini.
Jadi, bagaimana caranya celana dalam ini pindah kemari?
Apa ... Biru yang melakukannya?!
Sial! Anyelir langsung menutup wajahnya erat-erat membenarkan praduga tersebut. Artinya, Biru menyentuh kain itu? Kain privasinya? Menyentuh bahkan menenteng-nenteng celana dalamnya? Tapi, untuk apa? Apakah pria itu gila?!
Atau bahkan, Biru berbuat yang tidak-tidak dengan celana dalamnya? Ingatan Anyelir tidak mungkin salah bahwa suaminya itu sudah sangat berhasrat tadi malam. Biru juga, bahkan membersihkan kamarnya untuk mereka. Apa Biru sudah sangat kepalang tanggung sampai menggunakan—
Oh, sial! Benarkah Biru semesum itu?
Baiklah, tadi malam, memang Anyelir yang menggoda duluan. Tidak bisa menyalahkan Biru juga, kan? Tapi, haruskah sampai memuaskan hasratnya dengan celana dalam Anyelir? Tidak bisakah pria itu menunggu sampai tamu bulanannya pulang?
Memikirkan itu semua membuat Anyelir langsung bersungut-sungut. Menyelesaikan urusannya di kamar mandi secepat kilat, wanita itu pun keluar dari sana dengan wajah memberengut. Dia harus membuat perhitungan dengan Biru. Meski pun mereka sudah suami istri, Biru tetap tidak sopan jika memperlakukan pakaian dalam Anyelir untuk memuaskan hasrat pria itu tanpa si pemiliknya tahu. Apalagi, bagaimana Biru yang berkali-kali sok menolaknya.
"Nay am-nya pelan-pelan, nanti tersedak."
Sampai suara lembut itu masuk ke dalam telinganya. Melihat langsung bagaimana Biru yang baru saja membenarkan letak bando hello kitty milik Nay yang hendak merosot dari kepala. Si gadis kecil bahkan sudah segar dan wangi. Bagaimana pria itu yang sangat lembut dan kebapakan membuat langkah Anyelir terdiam di tempat. Sosok tampan pria itu dengan pakaian rumahannya, juga dilihatnya dapur bekas masak yang masih belum dibersihkan.
Biru sedang memasak. Pria itu bahkan bisa memasak. Dia juga bisa mengurus anak. Biru yang katanya kesulitan memandikan Nay tampaknya sekarang sudah mulai pandai.
Kenapa pria itu mesum itu sangat memesona?
Tetap tidak bisa! Anyelir tidak akan membiarkan perasaannya menutup akal sehat. Dia tetap harus memberi perhitungan pada Biru meskipun pria itu membuatnya terpesona pagi ini, entah untuk yang ke berapa kali.
"Mas Biru, aku mau bicara." Suara ketus Anyelir mulai mengalun. Juga bagaimana tangannya yang bersedekap di depan dada menyambut Biru yang akhir menoleh, menyadari keberadaannya.