4 - Senin Atau Selasa

2.9K 931 138
                                    

"Mas Biru, ada tamu yang cari di depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Biru, ada tamu yang cari di depan."

Biru yang sedang duduk di kursi di dalam ruang kantornya, mengalihkan pandangan dari sederet laporan yang sedang diperiksanya di atas meja. Menatap pada Miko-salah satu pekerjanya yang baru saja memasuki ruangan.

"Siapa?" tanya pria itu pada si Miko.

"Dari rumah sebelah, Mas. Kakaknya Mbak Anyelir meminta Mas datang ke rumah."

Kening pria itu mengernyit dalam. Untuk apalagi keluarga wanita itu memintanya datang? Biru jelas-jelas sudah tidak lagi memiliki kepentingan di sana. Ya, pada akhirnya dia merelakan saja semuanya. Keinginan untuk menghadirkan keluarga yang utuh untuk Nay, sudah dia lenyapkan dalam-dalam. Tidak punya Ibu pun tidak masalah. Toh, Biru dan adik perempuannya yang sedang merantau pun tumbuh tanpa hadirnya seorang ibu. Mereka tetap hidup sampai sekarang.

"Aku nggak akan ke sana," jawab pria itu tegas, sebelum kembali abai dengan menatap kembali berkas-berkasnya.

"Tenan gak bakal teko, Mas? Tapi iki lho Kakakne Mbak Anyelir sing njaluk. Sapa ngerti penting?" (Benar nggak akan datang, Mas? Tapi ini Kakaknya Mbak Anyelir yang minta. Siapa tahu penting)

Menghela napasnya, Biru menatap Miko lagi. "Aku nggak akan ke sana, Mik, kamu dengar. Nek butuh, yo biar dewe sing mrene. Emange sopo dewe seenaknya njaluk wong teko?" (Kalau dia yang perlu, biar dia yang kemari. Memangnya dia siapa seenaknya memanggil orang datang?)

"Nggeh, Mas." Miko pun pasrah. Kembali keluar dari ruangan Biru dan menutup pintunya.

Selepas kepergian Miko, Biru mendecap keras. Dibantingnya berkas-berkas ke atas meja sebelum jemarinya memijat tipis kepalanya yang sejak semalam berdenyut-denyut. Oh, tentu saja. Biru tidak tertidur semalaman. Lebih tepatnya, tidak bisa tertidur. Pria itu berpikir banyak, mengenai bagaimana kelangsungan hidupnya dan Nay setelah ini.

Tentu akan banyak hal yang berbeda. Biru tidak mungkin membiarkan Nay bertemu Anyelir lagi setelah apa yang wanita itu lakukan pada anaknya. Dan hal itulah yang membuatnya pusing. Nay sudah sangat menempel sekali dengan Anyelir. Bahkan sejak semalam, juga tadi pagi ketika bangun tidur, yang si kecil itu tanyakan adalah Maminya. Belum lagi bagaimana Nay yang menangis dan mengamuk untuk minta bertemu dengan Anyelir yang mana hal tersebut tidak bisa Biru kabulkan.

Hari ini juga, Biru terpaksa membatalkan niatnya memecat Bu Rahayu-pengasuh Nay yang tidak becus. Pria itu tidak memiliki pilihan lain. Dia harus bekerja dan mengajak Nay bekerja tanpa pengasuh adalah mustahil. Putri kecilnya itu tidak bisa diam. Dia suka bereksplorasi dan berlarian ke sana ke mari. Dan tidak mungkin Nay dibiarkan tanpa pengawasan sedang Biru juga banyak hal yang harus dilakukan. Maka untuk beberapa hari ke depan sampai dia bisa mencari pengganti Bu Rahayu, Biru harus terpaksa mengandalkan wanita itu untuk mengasuh putrinya.

Tok tok

Pintu ruangannya kembali diketuk. Sosok Miko hadir lagi di sana. Kali ini, berdiri dengan sedikit kaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Perfect Princess And Her Perfect ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang