34 - Mencari

9.6K 1.7K 206
                                    

              Sebenarnya, Anyelir sendiri pun tidak tahu siapa yang memulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              Sebenarnya, Anyelir sendiri pun tidak tahu siapa yang memulai. Entah Biru, atau bahkan dirinya yang mencoba untuk menjauh. Tiba-tiba saja, kondisi mereka teramat canggung. Setelah perbincangan tadi malam seputar golongan darah yang membuat Anyelir begitu resah, mereka tidak lagi membuka percakapan. Ketika pagi hari datang, keduanya langsung menyibuki diri dengan kegiatan masing-masing.

Bahkan di meja makan pun, Biru dan Anyelir tidak pernah benar-benar bertatapan. Anyelir menyibukkan diri dengan Nay dan Jayendra, sedang Biru, pria itu sibuk berbincang dengan Darren membahas perkebunan. Kemudian, mereka pergi ke kebun begitu saja.

Jujur saja, kepergian Biru kali itu membuat Anyelir lega. Tidak dipungkiri bahwa dirinya amat resah saat suaminya di sekitar. Ketakutannya yang Anyelir tahu akhirnya datang juga. Sudah dipastikan, Biru sudah tahu kebenarannya. Tidak mungkin pria itu percaya dengan kebohongan yang Anyelir ciptakan tadi malam.

Artikel yang salah?

Omong kosong!

Biru bukan orang bodoh. Bodohnya, meski sudah tertangkap basah, Anyelir justru masih tidak mau mengakui. Meski, tadi malam mungkin saja Biru memberikannya kesempatan untuk bicara jujur.

"Bengong terus. Dicolek dedemit baru tahu rasa lo!" Seruan kakak iparnya yang mendekat membuat Anyelir akhirnya kembali mengusai diri.

Menoleh sekitar di mana tempatnya berada saat ini. Di peternakannya membawa Nay dan Jayendra melihat sapi yang sedang diperah. Anak-anak masih tampak semangat mengamati proses pemerahan sapi. Nay juga terlihat begitu antusias dan seolah menjadi pemandu Jayendra mengenal sapi-sapi yang sudah bagai teman gadis kecil itu sehari-hari. Didampingi oleh pengasuh Jayendra yang ikut kemari.

"Gue perhatiin, dari tadi kayaknya lo sama Biru agak lain," kata Cherry.

Anyelir membuang pandangan. "Agak lain gimana?"

"Ya lain. Berantem ya?"

"Sok tahu kamu." Anyelir masih tak mau memandang Cherry.

Dirinya memang kerap bercerita pada kakak iparnya itu. Namun bukan berarti Anyelir begitu terbuka. Wanita itu perlu memproses terlebih dahulu untuk bisa membagi masalahnya dengan orang lain. Dan hubungannya dengan Biru kali ini, dia tidak bisa membaginya.

"Berarti baik-baik aja kan?" tanya Cherry, terselip nada keraguan di dalamnya.

Mengambil jawaban yang mudah, Anyelir mengangguk saja. Syukurnya, Cherry seolah paham dan tak ingin memperpanjang. Kakak ipar Anyelir itu justru langsung beranjak mendekat pada anak-anak. Kembali meninggalkan Anyelir sendirian yang berdiri di sisi kandang paling ujung.

Dengan beberapa kali, napasnya menghela berat-berat.

Apakah ini akhir dari hubungan manis mereka?

The Perfect Princess And Her Perfect ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang