Ini minggu ke dua Arsya tidak pernah melihat batang hidung Aril. Kali ini,Arsya benar benar khawatir,apa yang sebenarnya terjadi pada lelaki itu? bahkan Arsya sudah memberanikan diri untuk bertanya pada teman kelas Aril,tapi nihil,ia tetap tidak bisa menemukan informasi tentang Aril.
-
Hari ini seperti biasa Arsya mengendarai motor untuk pergi ke sekolah. Tidak butuh waktu lama Arsya sampai dan langsung memarkirkan motornya di parkiran sekolah
"a-aril?"
Lelaki yang di panggil Aril itu langsung menengok ke Arsya,dan langsung mengembangkan senyumnya
Astaga. Sudah lama sekali rasanya Arsya tidak melihat senyuman itu. Apa dia benar-benar Aril? kemana saja dia selama ini? mengapa tidak pernah kelihatan?
"aril? ini beneran lo?" Ucap Arsya sambil mendekati insan yang sedang memegang helm itu
"iya njay,emang napa dah jir,kaya udah ga ketemu se abad aja lu"ucapnya santai
a-apa?gua ga salah denger nih? njay? jir? lu?, Aril napa dah jir,ko beda bet
"eh Ril,ni beneran lu apa kaga dah"
Arsya benar benar bingung dengan perubahan sifat dan kepribadian Aril yang berubah 180°
"beneran lah, emang saha kalo bukan gua?"
"lu beneran berubah ya" ucap Arsya masih heran
"iya nih,kece bet kan gua" ia lalu melihat ke kaca spion "eh anjir,cowo ganteng mana tuh, anjay,gua laa" lanjut nya sambil memegang dagunya yang mulus
"Ril, kayanya lu over deh"
"over begimane? kalo gini kan gua kece bet jadinya"
"serah deh"
sepertinya Aril berhasil membuat Arsya sedikit ilfeel padanya. Sedikit.
.
.
.
.
"Na kamu tau gak? aku tadi ketemu Aril tauuu,sumpah Na,dia berubah bangettt,dia ga boti lagi Na"ucap Arsya excited seperti ibu ibu komplek
"masa si? bukannya kita udah ga perna liat dia lagi ya? ko dia tiba-tiba ada lagi sii,aneh bangettt"
"iya kann?? makanya aku juga heran bangettt coba deh nanti kamu liat sendiri ya Allah,berasa liat orang lain euy"
Nada pembicaraan mereka yang terdengar seperti ibu ibu itu membuat mereka menjadi pusat perhatian di kelas Hana,11A
-
"duh sayangggg,udah makin level up aja kamu yaa, sekarang aku kasi selamat dehh"ucap Maura sambil memelintir kedua tangan Aril dengan keras
"AGGRRHH"
"ih jangan sok sakit gitu dong,kan salah kamu sayang, ngapain coba kamu pergi tanpa minta izin aku, sengaja banget lagi nyamperin Arsya,caper banget deh kamu"
"jijik gua denger lu ngomong gitu tau gk"ucapnya masih menahan rasa sakit
Maura memutar bola matanya malas,sudah terlalu sering Aril mengatakan hal itu dan sudah terlalu sering pula Maura menanggapi nya dengan tendangan dan tamparan,tapi sepertinya Aril tidak jera
Tapi kali ini tidak. Maura tidak akan memperlakukan Aril dengan kasar lagi.
Maura mendekati Aril,Aril sudah ancang-ancang menahan rasa sakit di tampar ataupun di tendang. Ia sudah menutup matanya
"maafin gua ya"
Aril perlahan membuka matanya sesaat setelah mendengar bisikan lembut itu dari dekat gendang telinga nya
Aril menatap Maura tidak percaya. Biasanya memang,Maura selalu begitu, meminta maaf lalu mengulang hal yang sama,dan begitu seterusnya,tapi anehnya,yang kali ini berbeda.Entah kenapa,Aril merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya, sesuatu yang berbau.. tulus? mungkin,tapi intinya ini benar-benar berbeda. Tapi Aril tidak boleh langsung mempercayai Maura,bisa jadi ini hanya bisikan kecil hatinya yang selalu berharap Maura berubah seperti dulu lagi
