Hujan gerimis mulai turun ketika Shaka mengemudikan mobilnya pulang dari kampus. Pikiran tentang skripsinya yang belum selesai masih membebani. Saat memasuki gerbang komplek perumahan, matanya tertumbuk pada seorang gadis yang mendorong motor di sisi jalan. Ia memperlambat mobilnya, mengerutkan kening saat mengenali sosok itu.
"Naomi?" gumam Shaka, sedikit tidak percaya.
Naomi tampak berjuang mendorong motornya sambil sesekali melirik ke belakang, memastikan jalan aman. Shaka segera memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Ia turun dengan mantel hujan seadanya, berjalan cepat menghampirinya.
"Mas Shaka?!" Naomi memekik kaget begitu melihatnya mendekat.
"Ngapain dorong motor sendiri, Na?" tanya Shaka tanpa basa-basi.
Naomi menggaruk kepala dengan canggung. "Ini, Mas... minyaknya habis. Aku lupa ngecek tadi pagi."
Shaka menghela napas. Ia melirik motor yang tampak mulai berat. "Pom bensin jauh, tahu. Mana gerimis lagi. Udah, aku bantu dorong."
Naomi menoleh, matanya membesar. "Loh, serius, Mas? Aku bisa sendiri, kok."
"Tadi kamu nyebut 'kebetulan banget,' kan? Ya udah, anggap aja ini rezeki kamu hari ini," ucap Shaka santai, langsung mengambil posisi di belakang motor.
Naomi tidak sempat menolak. Ia kembali memegang stang motor sambil sesekali melirik Shaka yang mendorong tanpa banyak bicara.
"Eh, Mas Shaka nggak capek, nih?" tanya Naomi pelan.
Shaka mendengus kecil. "Udah, jalan aja. Jangan banyak tanya."
Gerimis semakin deras, membuat jalanan sedikit licin. Mereka berjalan pelan, hanya diiringi suara hujan dan gesekan roda motor dengan aspal.
Setelah hampir lima belas menit, mereka sampai di pom bensin kecil. Naomi segera memarkirkan motornya dan menghampiri loket. Tapi saat ia merogoh saku jaketnya, wajahnya berubah.
"Astaga, Mas... dompetku ketinggalan!" Naomi menoleh panik ke arah Shaka. "Duh, aku lupa kalau tadi aku udah habis beli buku sama minuman. Uangnya udah nggak ada..."
Shaka mendekati petugas pom. "Udah, biar aku aja yang bayar," katanya sambil menyerahkan uang.
"Mas, nggak enak, tahu."
"Daripada kamu dorong motor sampai rumah? Udah, nggak usah ribet," ujar Shaka tegas.
Setelah selesai mengisi bensin, Naomi kembali menatap Shaka. "Makasih banget, Mas. Beneran. Maaf udah ngerepotin."
Shaka mengangguk ringan. "Ya udah, sekarang bawa motornya ke mobilku. Kita balik bareng."
Naomi mengangkat alis. "Naik motorku, Mas?"
"Iya. Cepet."
Naomi akhirnya mengiyakan. Ia mempersilakan Shaka naik di belakangnya, sesuatu yang membuatnya sedikit gugup. Setelah mereka sampai di tempat mobil Shaka diparkir, Shaka turun dan memindahkan mobilnya ke jalur jalan pulang. Naomi kemudian mengikuti dari belakang, mereka beriringan di bawah sisa hujan gerimis yang masih turun.
Sesampainya di komplek, mereka berhenti di depan rumah masing-masing. Naomi tersenyum sambil melambai. "Makasih sekali lagi, Mas Shaka. Lain kali kalau ada apa-apa, aku gantian bantuin, deh!"
Shaka hanya tersenyum tipis sebelum masuk ke rumah. Di dalam hati, ada sedikit rasa hangat yang mulai muncul, meski kecil. Mungkin, kehadiran Naomi tak seburuk yang ia pikirkan.
.
.Terimakasih sudah membaca, jangan lupa meninggalkan jejak ya!
Have a nice day💙!
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Sunyi
Randommenggambarkan perjuangan Shaka keluar dari kesunyian yang ia ciptakan sendiri, dengan Naomi sebagai cahaya kecil yang perlahan menerobos dinding itu. Shaka dulunya adalah sosok ceria dan penuh semangat, tapi kehilangan Kalea mengubah segalanya. Kini...