Dianggap sebagai ancaman bagi seluruh klan dan kerajaan karena mempunyai ilmu sihir, Bianca Rosever dihadapkan pada eksekusi mematikan.
Dalam pelariannya, sang puteri yang dicap angkuh seantero negeri itu membawa tangis, amarah dan dendam, terutama...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️ TYPOS ⚠️ • • Backsound : See The Light - Lim Hyunsik • •
Bianca pikir, jika dia hanya berdiam diri menunggu keajaiban datang, dirinya tidak akan pernah menemukan cara untuk kembali ke masa lalu.
Salah satu alasan Bianca merasa perlu kembali ke tempat asalnya karena semakin hari Elias semakin gila dengan mendesaknya melalukan hal-hal tidak bermoral. Bianca masih trauma saat dirinya diminta berpelukan dengan seorang pria asing yang mereka sebut sebagai pasangan pemotretan majalah, kini Bianca didesak untuk memakai pakaian tidak senonoh yang mereka sebut bikini untuk mempromosikan merk pakaian dalam.
"Aku tidak mau!"
"Ada apa denganmu?" Itu ke sekian kalinya Elias meratap karena tidak seperti biasanya, Bianca menolak tawaran iklan dari brand pakaian dalam, "apakah kau sadar bahwa kau tidak dalam situasi untuk memilih-milih pekerjaan, Bianca?"
Itu terdengar seperti jika Bianca kukuh menolak maka dia benar-benar akan berada dalam sebuah masalah.
"Biar aku yang berbicara dengan presdir."
"Tidak. Tidak!" Elias menolak mentah-mentah perkataan Bianca, memikirkan interaksi penuh ketegangan Bianca dan presdir saja sudah membuatnya pusing dan gemetar.
"Elias, kemarilah."
Bianca mendadak menjadi serius dan membuat Elias perlu merenggangkan persendiannya untuk menghadapi wanita itu dan duduk di hadapannya.
"Kurasa kau perlu tahu sesuatu tentangku."
"Kau bercanda? Apa yang tidak ku ketahui tentang dirimu?"
"Tidak, maksudku tentang diriku, bukan Bianca."
"Apa kau meminum obat teler lagi?"
"Oh, sungguh. Kau tidak akan percaya."
"Apa yang kau bicarakan?! Tentang dirimu bukan Bianca. Kau adalah Bianca, apa yang... astaga! Jangan bilang kau sedang mempertimbangkan tawaran peran sebagai orang gila?"
Bianca meremas rambutnya kentara, tentu saja sudah mewanti-wanti bahwa berbicara dengan Elias tidak akan mudah.
"Elias, apa kau ingat saat aku berada di atas gedung?"
"Oh, jangan mengingatkanku tentang tindakan bodohmu itu lagi." Bahkan sampai sekarang Elias masih waswas jika suatu waktu Bianca kembali mencoba mengakhiri hidupnya.
