cupcake

10 2 0
                                    

Typo





















❤️❤️❤️🫂
thanks yang mau baca cerita aku




























.Di ruang TV, suara tawa kecil terdengar. Suami Ika sedang bermain dengan putri kecil mereka, Fia, yang tertawa riang. Dari arah dapur, Ika memanggil, “Mas, ya kenapa?”

Suaminya menoleh sebentar, lalu menjawab, “Itu, di luar kayaknya ada yang ngetuk. Coba kamu cek, Dek.”

“Oh, yaudah. Biar aku yang cek,” balas Ika.

Ika berjalan ke arah pintu depan sambil mengintip dari celah tirai jendela. Di luar, seorang remaja dengan hoodie hitam berdiri membelakangi pintu. Ika mengernyitkan dahi sambil bergumam, “Siapa, ya? Kayaknya aku nggak pesan paket apa-apa.”

Pelan-pelan, dia membuka pintu. "Cklekk..."

"Loh, Raskal?" ujar Ika terkejut saat melihat remaja itu. Dia segera mendekat dan memperhatikan Raskal dengan penuh rasa iba. Mata remaja itu merah, jelas habis menangis.

“Kamu kenapa?” tanya Ika lembut.

Suaminya, yang penasaran mendengar suara dari depan rumah, ikut menghampiri. "Siapa yang datang, Dek?" tanyanya.

Fia tiba-tiba berlari kecil ke arah mereka dan berseru gembira, “Kakak musuh!”

Raskal tersenyum tipis melihat gadis kecil itu, lalu dengan sopan menyalami suami Ika.

“Ayuk, kita masuk dulu. Ceritain pelan-pelan apa yang terjadi,” ajak Ika sambil menuntun Raskal masuk ke dalam rumah.





.Ibu, kenapa bicara seperti itu ke Raskal?" suara Tama terdengar tegas saat menatap ibunya.

Di ruangan pribadinya yang mewah di kantor perusahaan, Tama bersama ibunya dan Argaino sedang membahas insiden yang terjadi di mall tadi.

"Tama, ibu hanya bicara untuk kebaikan dia. Ibu tidak salah, kan?" jawab Ibu Tama santai sambil duduk di sofa, terlihat tenang namun penuh perhitungan.

"Bu," Tama menarik napas panjang, berusaha menahan emosinya. "Sekali lagi saya tekankan, Raskal adalah tanggung jawab saya. Ibu tidak punya hak mencampuri cara saya membesarkan anak saya."

"Ibu cuma bilang, dia punya ibu kandung, kan? Walaupun kamu papanya, dia tetap butuh kasih sayang dari ibu kandungnya," balas Ibu Tama ringan, nada suaranya masih seolah tidak mau disalahkan.

Tama memijit pelipisnya dengan frustrasi. "Bu, kalau ibu sekali lagi bicara seperti itu ke anak saya, saya tidak segan-segan menghentikan uang bulanan untuk ibu," ancamnya dingin.

Wajah Ibu Tama berubah seketika, namun dia memilih tidak melawan lebih jauh. Dengan gerakan anggun namun penuh amarah, dia mengambil tas mahalnya dan berjalan keluar dari ruangan tanpa berpamitan.

"Perlu saya hubungi sopir untuk ibu?" tanya Tama sambil tetap fokus pada laptopnya, hanya sesekali melirik ibunya.

"Tidak usah," jawab Ibu Tama singkat sebelum menutup pintu dengan keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 18 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KANUYA SABATILI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang